Mengenal Penyebab Obesitas pada Anak, Tak Melulu karena Makanan
Sabtu, 04 Maret 2023 - 10:35 WIB
Untuk mencegah anak mengalami obesitas, orang tua perlu memantau tumbuh kembang anak sejak dilahirkan. Ukur tinggi dan berat badan anak secara rutin, minimal saat datang untuk imunisasi. Saat anak mengalami kenaikan berat badan yang tidak wajar, pastikan proporsi dengan tinggi badannya seimbang.
“Kriteria obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, nilai BMI ditentukan dengan angka. Tetapi pada anak kita menggunakan kurva pertumbuhan karena memperhitungkan penambahan tinggi badan. Jika berat badan anak menurut tinggi badannya lebih dari 120% maka sudah termasuk obesitas,” ungkap dr. Frida.
Dijelaskan dr. Frida, penanganan obesitas pada anak perlu kerjasama seluruh anggota keluarga. Pemahaman gizi penting, minimal orang tua harus paham makanan mana yang sehat dan makanan yang harus dibatasi untuk anak.
Hal senada disampaikan oleh dr. Diana F. Suganda, M.Kes, SpGK, dari RSPI Bintaro Jaya. Menurutnya salah satu bentuk edukasi gizi di dalam keluarga adalah calon orang tua mesti memiliki ilmu gizi yang cukup. Edukasi ini bisa dilakukan jauh sebelum merencanakan pernikahan, saat hamil, melahirkan, dan seterusnya.
“Masuk fase MPASI, pastikan orang tua memahami bahwa anak butuh makan dalam bentuk gizi seimbang. Makan sesuai kebutuhan bukan keinginan si anak atau keinginan orangtua,” jelas dr. Diana.
Komposisi gizi seimbang yang dibutuhkan anak berupa karbohidrat, protein hewani dan protein nabati, serta zat gizi mikro lainnya. Pastikan makan sesuai kebutuhan anak dan kelompok usia tumbuh kembangnya.
“Prinsipnya makan dengan kebutuhan kalori sesuai kelompok usia. Orang tua harus paham hal ini untuk menghindari asupan kalori berlebih pada anak sehingga terhindar dari risiko obesitas,” ujar dr. Diana.
Selain memilih jenis makanan, perhatikan juga cara masaknnya. Kurangi makanan yang digoreng, misalnya cukup 1-2 kali seminggu. Selebihnya atur cara masak dengan ditumis, sop bening, pepes, panggang. Semua cara itu sangat efektif mengurasi asupan kalori si anak.
“Kriteria obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, nilai BMI ditentukan dengan angka. Tetapi pada anak kita menggunakan kurva pertumbuhan karena memperhitungkan penambahan tinggi badan. Jika berat badan anak menurut tinggi badannya lebih dari 120% maka sudah termasuk obesitas,” ungkap dr. Frida.
Baca Juga
Dijelaskan dr. Frida, penanganan obesitas pada anak perlu kerjasama seluruh anggota keluarga. Pemahaman gizi penting, minimal orang tua harus paham makanan mana yang sehat dan makanan yang harus dibatasi untuk anak.
Hal senada disampaikan oleh dr. Diana F. Suganda, M.Kes, SpGK, dari RSPI Bintaro Jaya. Menurutnya salah satu bentuk edukasi gizi di dalam keluarga adalah calon orang tua mesti memiliki ilmu gizi yang cukup. Edukasi ini bisa dilakukan jauh sebelum merencanakan pernikahan, saat hamil, melahirkan, dan seterusnya.
“Masuk fase MPASI, pastikan orang tua memahami bahwa anak butuh makan dalam bentuk gizi seimbang. Makan sesuai kebutuhan bukan keinginan si anak atau keinginan orangtua,” jelas dr. Diana.
Komposisi gizi seimbang yang dibutuhkan anak berupa karbohidrat, protein hewani dan protein nabati, serta zat gizi mikro lainnya. Pastikan makan sesuai kebutuhan anak dan kelompok usia tumbuh kembangnya.
“Prinsipnya makan dengan kebutuhan kalori sesuai kelompok usia. Orang tua harus paham hal ini untuk menghindari asupan kalori berlebih pada anak sehingga terhindar dari risiko obesitas,” ujar dr. Diana.
Selain memilih jenis makanan, perhatikan juga cara masaknnya. Kurangi makanan yang digoreng, misalnya cukup 1-2 kali seminggu. Selebihnya atur cara masak dengan ditumis, sop bening, pepes, panggang. Semua cara itu sangat efektif mengurasi asupan kalori si anak.
tulis komentar anda