Regenerasi Pengrajin Batik Muda Lesu, Batik Concept Gencarkan Edukasi dan Inovasi

Senin, 02 Oktober 2023 - 16:29 WIB


Sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketelitian untuk menghasilkan produk batik tulis yang berkualitas. Hal inilah yang jarang ditemui pada generasi muda. Di sisi lain, para pengrajin batik di daerah juga masih kurang mendapatkan apresiasi, baik dari segi pendapatan maupun penghargaan untuk karya yang mereka ciptakan.

"Sudah proses produksinya menyita waktu, pendapatan mereka juga bisa dibilang tidak setimpal dengan waktu yang mereka habiskan. Jadi kalau tidak ada passion di bidang seni batik, wajar saja mereka memilih pekerjaan yang lain," ungkapnya.

Founder Batik Concept lainnya Juan Sidharta dan Gisella Budiono mengatakan, ada beberapa cara untuk membuat industri batik kembali bergairah dan diminati generasi muda. Cara paling sederhana adalah dengan menggencarkan edukasi, promosi, serta meregenasi demand dari batik itu sendiri.

Edukasi dan promosi harus selalu digalakkan agar generasi muda semakin paham nilai-nilai dari warisan budaya Indonesia. Peran pemerintah di sini pun sangat penting untuk memfasilitasi sekaligus mendukung event-event bertema batik atau wastra Nusantara.

“Kalau anak muda sering terekspos dengan dunia batik, makin lama mereka bisa mengerti valuenya, dan mengerti betapa rumitnya membatik. Itulah sebabnya diperlukan edukasi dan promosi karena semua bersinergi dalam creating a demand. A demand for batik. Ketika demand naik otomatis upah pengrajin batik bisa lebih tinggi juga, dan ini berkesinambungan dengan kesejahteraan para pengrajin batik,” ujar Juan Sidharta.



“Kami sendiri sudah berulang kali meluncurkan campaign agar anak-anak muda tertarik mengenakan batik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Jika dilakukan secara konsisten dan mengikuti perkembangan zaman, tidak menutup kemungkinan regenerasi pengrajin batik akan kembali berjalan,” tambahnya.

Selain menggencarkan edukasi dan promosi, Batik Concept telah melakukan sejumlah inovasi menarik dalam setiap koleksinya. Mulai dari merilis koleksi batik bermotif kontemporer, serta bereksperimen memainkan warna-warna yang lebih berani untuk menanggalkan kesan kolot dan kuno.

Meskipun harga batik tulis cenderung lebih mahal dibandingkan batik cap atau print, Gisella mengungkap, ada alasan tersendiri mengapa ia dan kedua partnernya memilih produk batik tulis sebagai lini bisnis utama mereka.

“Kami memang lebih memilih batik tulis karena teknik membatik itulah yang kami mau lestarikan. Jangan sampai terus menjadi dying tradition. Di samping itu, kami juga mau mendukung home industry khususnya para pengrajin yang menggantungkan hidupnya dari membatik,” ungkap Gisella.

“Namun terlepas dari itu semua, kami berharap dan selalu mendorong anak-anak muda untuk bangga mengenakan batik. Any batik is ok, even better if we can preserve our cultural inheritance by promoting batik tulis. Kenapa saya bilang any batik is ok, karena memang batik tulis itu mahal, tidak semua orang mau sisihkan budget untuk beli batik tulis,” tandasnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More