Efektifitas Pengobatan Plasma Darah untuk Pasien Covid 19, Masih Belum Jelas

Kamis, 30 April 2020 - 14:49 WIB
Mereka yang telah terinfeksi virus corona dapat mulai membentuk antibodinya sendiri dalam hitungan hari. Antibodi ini dibuat khusus oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus corona baru dan dianggap sebagai komponen penting untuk masa pemulihan. Plasma darah diberikan dari mantan pasien covid-19 yang telah menjalani masa perawatan sekitar 21 hingga 28 hari.Sejumlah ahli kesehatan mengatakan bahwa antibodi ini dapat bekerja dengan cara menetralkan virus.

Saat obat atau vaksin penangakal covid 19 belum ditemukan. Pengobatan dengan plasma darah ini memang jadi kabar baik di tengah pandemi corona. Elliott Bennett Guerrero, peneliti plasma darah dari Stony Brook Medicine Amerika Serikat, mengatakan, terapi plasma darah ini bisa dilakukan sampai dunia kedokteran sudah berhasil menemukan vaksin yang terbukti aman, dan efektif, dan dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Guerrero menambahkan, darah dari seseorang yang sembuh usai terinfeksi virus corona kaya dengan antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh. Tak hanya itu, plasma darah konvalesen dapat meningkatkan kemampuan tubuh yang luar biasa untuk mengembangkan antibodi dan kekebalan terhadap patogen.

Meski demikian, ia juga mengakui bahwa masih dibutuhkan pengujian efektivitas terapi plasma darah ini. Pengujian itu hingga kini masih terus berlangsung dan belum diketahui pasti hasilnya. Beberapa syarat mengenai pasien yang layak mendapatkan terapi serta dosis penggunaan juga belum ditentukan secara resmi. Selain itu, harus diketahui juga ada juga risiko dalam transfusi plasma darah. Misalnya, efek samping yang serius seperti cedera paru-paru dan reaksi alergi.

Menurut Direktur medis di Pusat Medis Universitas Nebraska Scott Koepsell , virus Ebola berbeda dengan Covid-19. Pada pasien Ebola, tranfusi plasma darah telah terbukti dapat membantu mencegah perdarahan yang berbahaya yang disebabkan oleh virus ini. Meski terapi plasma darah bisa menjadi opsi, Koepsell mengatakan obat yang terstandarisasi khusus untuk penyakit Covid-19 masih jadi pilihan utama dan harus tersedia dalam waktu cepat.

Dalam pernyataan resminya Badan Kesehatan Dunia, WHO mengatakan, badan pengawas kesehatan di setiap negara perlu mengevaluasi penerapkan terapi plasma darah konvalesen .WHO mengimbau standar untuk pembuatan produk plasma harus memperhatikan keselamatan donor dan penerimanya.

WHO pun meminta dalam menepakan terapi ini harus juga memperhatikan inkompatibilitas ABO. Inkompatibilitas ABO merupakan kondisi yang muncul karena pasien menerima darah yang berbeda dengan golongan darahnya. Hal itu dapat memicu reaksi sistem kekebalan tubuh yang dapat menimbulkan beragam gejala, diantaranya penyakit kuning, pusing, dan sesak napas.
(eko)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More