Wisata Religi : Menelusuri Masjid-masjid Tua Jakarta Yang Sarat Sejarah
Jum'at, 01 Mei 2020 - 08:30 WIB
6. Masjid Al-Anwar Muara Angke
Dulunya bernama Masjid Angke, terletak di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Keberadaan masjid ini tidak bisa dilepaskan dengan tokoh-tokoh pejuang dan pendiri Jakarta seperti Pangeran Fatahillah dan Tubagus Angke. Masjid di atas tanah seluas 400 meter persegi, berukuran 15x15 meter ini memang termasuk kecil. Bangunannya memperlihatkan paduan arsitektur gaya Belanda, Banten kuno, dan Cina.
Masjid Al Anwar ini iyakini dibangun oleh sekelompok orang Bali di Batavia pada tahun 1761. Sebagaimana tertulis pada kaligrafi di ambang pintu sebelah timur, Masjid Angke dibangun pada tahun 1761 M (tepatnya, tanggal 26 Sya'ban 1174 H). Mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah permukiman --pada saat itu-- suku Bali di Batavia, sejarawan Denys Lombard dan juga Adolf Heuken cenderung menganggap orang-orang Bali itulah yang membangun masjid tersebut.
Dugaan ini diperkuat oleh arsitektur masjid yang untuk sebagiannya berciri budaya Bali. Tercatat pula bahwa pada tahun 1804, seorang kapitan (pemimpin) suku Bali bernama Mohammad Paridan Tousalette Babandan telah menyumbangkan perolehannya dari sewa dua puluh lima rumah petak miliknya di daerah Patuakan (kini kawasan Jl Perniagaan) untuk kas Masjid Angke.
Namun demikian, ada pula yang meyakini bahwa Masjid Angke dibangun oleh seorang wanita Tionghoa bernama Tan Nio, dengan arsiteknya Syaikh Liong Tan. Di pemakaman kecil di belakang masjid ini memang terdapat beberapa kuburan. Yang tertua di antaranya nisannya bertulisan aksara Cina: "Chen men Wang shi zhi mu", 'Nisan ny. Chen yang lahir sebagai Wang'. Namun demikian, keberadaan masjid ini konon diyakini sebagai lokasi pertemuan- pertemuan rahasia melawan Belanda.
7. Masjid Jami An-Nawier Pekojan
Keberadaan masjid Jami an-Nawier atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Jami Pekojan ini tidak dapat di lepaskan dari kiprah pendirinya, Komandan Dahlan. Ia adalah seorang tokoh ulama yang sangat disegani pada masanya. Ia dimakamkan di sebelah utara masjid, dikelilingi batu-batu besar pahatan abad ke-18.
Masjid Jami Pekojan merupakan salah satu masjid tua dan sangat besar pengaruhnya dalam penyebaran agama Islam di Jakarta pada masa lampau. Setiap Jumat tidak kurang dari 2.000 jamaah shalat di masjid ini.
Dulunya bernama Masjid Angke, terletak di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Keberadaan masjid ini tidak bisa dilepaskan dengan tokoh-tokoh pejuang dan pendiri Jakarta seperti Pangeran Fatahillah dan Tubagus Angke. Masjid di atas tanah seluas 400 meter persegi, berukuran 15x15 meter ini memang termasuk kecil. Bangunannya memperlihatkan paduan arsitektur gaya Belanda, Banten kuno, dan Cina.
Masjid Al Anwar ini iyakini dibangun oleh sekelompok orang Bali di Batavia pada tahun 1761. Sebagaimana tertulis pada kaligrafi di ambang pintu sebelah timur, Masjid Angke dibangun pada tahun 1761 M (tepatnya, tanggal 26 Sya'ban 1174 H). Mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah permukiman --pada saat itu-- suku Bali di Batavia, sejarawan Denys Lombard dan juga Adolf Heuken cenderung menganggap orang-orang Bali itulah yang membangun masjid tersebut.
Dugaan ini diperkuat oleh arsitektur masjid yang untuk sebagiannya berciri budaya Bali. Tercatat pula bahwa pada tahun 1804, seorang kapitan (pemimpin) suku Bali bernama Mohammad Paridan Tousalette Babandan telah menyumbangkan perolehannya dari sewa dua puluh lima rumah petak miliknya di daerah Patuakan (kini kawasan Jl Perniagaan) untuk kas Masjid Angke.
Namun demikian, ada pula yang meyakini bahwa Masjid Angke dibangun oleh seorang wanita Tionghoa bernama Tan Nio, dengan arsiteknya Syaikh Liong Tan. Di pemakaman kecil di belakang masjid ini memang terdapat beberapa kuburan. Yang tertua di antaranya nisannya bertulisan aksara Cina: "Chen men Wang shi zhi mu", 'Nisan ny. Chen yang lahir sebagai Wang'. Namun demikian, keberadaan masjid ini konon diyakini sebagai lokasi pertemuan- pertemuan rahasia melawan Belanda.
7. Masjid Jami An-Nawier Pekojan
Keberadaan masjid Jami an-Nawier atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Jami Pekojan ini tidak dapat di lepaskan dari kiprah pendirinya, Komandan Dahlan. Ia adalah seorang tokoh ulama yang sangat disegani pada masanya. Ia dimakamkan di sebelah utara masjid, dikelilingi batu-batu besar pahatan abad ke-18.
Masjid Jami Pekojan merupakan salah satu masjid tua dan sangat besar pengaruhnya dalam penyebaran agama Islam di Jakarta pada masa lampau. Setiap Jumat tidak kurang dari 2.000 jamaah shalat di masjid ini.
Lihat Juga :
tulis komentar anda