Kisah Sukses Daniel Tanri Rannu dari Dokter hingga Pengusaha
Rabu, 08 Mei 2024 - 01:30 WIB
"Saya anak bungsu, anak paling kecil dari tiga bersaudara cowok semua. Kita berangkat dari keluarga biasa saja, gak miskin banget tapi juga gak bergelimang harta," tutur Daniel.
Meski keluarga Daniel tidak masuk dalam kelas menengah atas, namun tekad untuk mendapatkan pendidikan tinggi jadi tujuan bersama.
Setelah lulus SMA, orang tua Daniel tak mampu membiayainya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Kondisi itu tak lantas membuat Daniel patah arang, ia mencari celah dengan memburu beasiswa untuk bisa kuliah.
"Kita bertiga benar-benar harus dapat beasiswa kalau mau kuliah. Kalau gak dapat beasiswa kayanya gak bisa kuliah karena kondisi keuangan orangtua," kata Daniel.
Dari latar belakang keluarga yang kurang, membuat tiga bersaudara ini memiliki daya juang untuk lebih berhasil menggapai cita-cita sarjana.
"Kedua kakak saya lulus di UI, satunya arsitektur, satunya lagi lulus di Fakultas Ekonomi. Sementara saya lulus jadi dokter di Universitas Atmajaya," sebut Daniel.
Bertahan di perguruan tinggi dengan mengandalkan biaya dari beasiswa saja tidak mudah. Uang beasiswa hanya mampu menyelesaikan biaya kuliah namun tidak dengan biaya-biaya tak terduga di luar perkuliahan.
"Buat ongkos transport, print makalah, ngerjain tugas, buku-bukuan itu saya survive dengan biaya sendiri. Dan itu bisa saya lakukan karena dari zaman SMA memang sudah biasa jualan macam-macam," tuturnya.
Meski keluarga Daniel tidak masuk dalam kelas menengah atas, namun tekad untuk mendapatkan pendidikan tinggi jadi tujuan bersama.
Setelah lulus SMA, orang tua Daniel tak mampu membiayainya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Kondisi itu tak lantas membuat Daniel patah arang, ia mencari celah dengan memburu beasiswa untuk bisa kuliah.
"Kita bertiga benar-benar harus dapat beasiswa kalau mau kuliah. Kalau gak dapat beasiswa kayanya gak bisa kuliah karena kondisi keuangan orangtua," kata Daniel.
Dari latar belakang keluarga yang kurang, membuat tiga bersaudara ini memiliki daya juang untuk lebih berhasil menggapai cita-cita sarjana.
"Kedua kakak saya lulus di UI, satunya arsitektur, satunya lagi lulus di Fakultas Ekonomi. Sementara saya lulus jadi dokter di Universitas Atmajaya," sebut Daniel.
Bertahan di perguruan tinggi dengan mengandalkan biaya dari beasiswa saja tidak mudah. Uang beasiswa hanya mampu menyelesaikan biaya kuliah namun tidak dengan biaya-biaya tak terduga di luar perkuliahan.
"Buat ongkos transport, print makalah, ngerjain tugas, buku-bukuan itu saya survive dengan biaya sendiri. Dan itu bisa saya lakukan karena dari zaman SMA memang sudah biasa jualan macam-macam," tuturnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda