FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac di Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang Berisiko Tinggi
Kamis, 11 Juli 2024 - 10:26 WIB
"Temuan kami menunjukkan bahwa meskipun prevalensi secara keseluruhan tampak rendah, namun angka 2,83% pada populasi berisiko tinggi di RSCM tergolong tinggi jika dibandingkan dengan studi serupa sebelumnya yang menunjukkan angka 0,61%," ungkap dia.
"Hal ini memperlihatkan perlunya perhatian lebih dalam deteksi dini dan diagnosis penyakit celiac," jelasnya.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menyoroti peningkatan konsumsi produk makanan yang mengandung gluten di Indonesia seperti gandum, roti, pasta, dan mi instan, yang dapat berkontribusi pada peningkatan prevalensi penyakit celiac.
Menurut laporan Indonesia Grain and Feed 2018, konsumsi gandum tahunan meningkat dari 22,4 kg per kapita pada 2015/2016 menjadi 23 kg per kapita pada 2016/2017.
Studi ini juga menggarisbawahi pentingnya deteksi dini dan penanganan penyakit celiac untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan mengurangi beban ekonomi baik pada tingkat individu maupun nasional.
"Dengan memahami prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit celiac di Indonesia, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan profesional kesehatan mengenai penyakit ini," tambah Prof Ari yang juga Dekan FKUI.
Temuan ini, sambungnya, diharapkan dapat menjadi dasar bagi kebijakan kesehatan yang lebih baik dalam penanganan penyakit celiac di Indonesia.
Sebagai informasi, Prof Ari dan tim peneliti juga merencanakan untuk membuat penelitian yang melibatkan subjek serta fasilitas lebih besar untuk memperdalam dampak dari konsumsi gluten yang tinggi di masyarakat Indonesia. Tim yang terlibat bersama Prof Ari dalam penelitian ini antara lain dr. Amanda Pitarini Utari, SpPD-KGEH; dr. Nur Hamidah Hasanah; dr. Almaarif Rizky; dan Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, Sp.PD-KGEH.
"Hal ini memperlihatkan perlunya perhatian lebih dalam deteksi dini dan diagnosis penyakit celiac," jelasnya.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menyoroti peningkatan konsumsi produk makanan yang mengandung gluten di Indonesia seperti gandum, roti, pasta, dan mi instan, yang dapat berkontribusi pada peningkatan prevalensi penyakit celiac.
Menurut laporan Indonesia Grain and Feed 2018, konsumsi gandum tahunan meningkat dari 22,4 kg per kapita pada 2015/2016 menjadi 23 kg per kapita pada 2016/2017.
Studi ini juga menggarisbawahi pentingnya deteksi dini dan penanganan penyakit celiac untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan mengurangi beban ekonomi baik pada tingkat individu maupun nasional.
"Dengan memahami prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit celiac di Indonesia, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan profesional kesehatan mengenai penyakit ini," tambah Prof Ari yang juga Dekan FKUI.
Temuan ini, sambungnya, diharapkan dapat menjadi dasar bagi kebijakan kesehatan yang lebih baik dalam penanganan penyakit celiac di Indonesia.
Sebagai informasi, Prof Ari dan tim peneliti juga merencanakan untuk membuat penelitian yang melibatkan subjek serta fasilitas lebih besar untuk memperdalam dampak dari konsumsi gluten yang tinggi di masyarakat Indonesia. Tim yang terlibat bersama Prof Ari dalam penelitian ini antara lain dr. Amanda Pitarini Utari, SpPD-KGEH; dr. Nur Hamidah Hasanah; dr. Almaarif Rizky; dan Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, Sp.PD-KGEH.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda