5 Fakta Child Grooming yang Harus Diwaspadai, Bentuk Pelecehan pada Anak

Jum'at, 27 September 2024 - 20:19 WIB
Anak-anak yang kesepian dan kurang mendapatkan perhatian dari orang tua dapat menjadi sasaran yang dimanfaatkan oleh sang pelaku child grooming. Anak-anak yang memiliki masalah emosional cenderung lebih mudah untuk dimanipulasi dan dipengaruhi dengan tindakan peduli dan kasih sayang.

Pelaku child grooming akan mencari dan mengenali kondisi anak yang demikian, dan menggunakan strategi untuk mendapatkan kepercayaan dari sang korban. Dengan mengeksploitasi emosional anak yang rentan, pelaku akan membangun sebuah hubungan yang berbahaya bagi sang korban tanpa disadari.

3. Proses Grooming Terjadi dalam Waktu Lama

Proses child grooming bukanlah proses yang instan. Biasanya sang pelaku menghabiskan waktu yang lama untuk membangun hubungan yang lebih emosional dengan sang korban. Sang pelaku akan terus mencoba untuk menjadi “teman” baik sang anak, atau bahkan menggantikan sosok orang tua yang mungkin tidak dimiliki sang anak.

Child grooming ini cenderung dimulai dengan memberikan hadiah, pujian, dan perhatian yang membuat sang korban merasa istimewa dan terjaga. Dengan berjalannya waktu, pelaku akan mulai untuk melewati batasan fisik dan emosional, yang memancing anak untuk terlibat dalam tindakan yang lebih intim. Saat sang korban sudah merasa aman dan tidak berdaya di tangan sang pelaku, disitulah proses child grooming sudah mencapai titik yang berbahaya bagi sang korban.

4. Melibatkan Orang Terdekat

Kerabat ataupun teman dekat belum menutup kemungkinan terjadinya child grooming. Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebagian besar kasus child grooming di Indonesia melibatkan pelaku yang merupakan orang dekat seperti kerabat, teman keluarga, dam guru. Dari fakta tersebut, jelas bahwa anak-anak seringkali terancam oleh sosok yang telah mereka percayai.

Dalam sebagian besar kasus child grooming di Indonesia, sang korban akan cenderung enggan untuk melaporkan pengalaman mereka dengan sang pelaku karena mungkin pelaku adalah seorang yang dikenal dan dihormati. Ini membuat sebuah lingkungan berbahaya dimana sang pelaku akan terus merasa aman melakukan child grooming terhadap para korban selanjutnya.

5. Anak Belum Tahu Batas Relasi

Maraknya kasus child grooming di Indonesia juga difaktorkan oleh anak-anak yang belum dilatih untuk mengetahui batasan hubungan dalam lingkup sehari-hari. Sebagian besar dari korban child grooming di Indonesia tidak mendapatkan ilmu yang memadai terhadap aksi kebahayaan child grooming.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More