Ruang Cinta Yang Tersisa, Seni dan Kita di JDC
Rabu, 06 November 2024 - 06:49 WIB
Mereka berdua mewakili yang yunior, dengan Zeta yang sempat mencicipi medali bronze di helatan UOB Painting of the Year 2023 dan Bintang yang getol berpameran solo sejak usia belia (menjadi pelukis cilik) dan sempat karyanya berpartisipasi dipamerkan di ajang Anugerah Kebudayaan. Keduanya sempat menjadi partisipan seniman di ajang ArtJog, event tahunan di Yogjakarta tentang seni kontemporer progresif itu
Balik bercermin pada tokoh dunia, di usia belia, enam belas tahun, Damien Hirst, seniman konseptual jenial dari Inggeris itu—yang ia juga pelopor Young British Artist (YBS)—meniti karir lewat menggambar anatomi jenazah manusia dengan menjadi petugas magang di kamar mayat di Leeds Medical School London.
Seperti kita tahu, karyanya tentang menyoal eksistensi filosofis makhluk hidup di antara yang mati dan hidup mengejutkan seni kontemporer global. Dengan mayat ikan hiu yang diawetkan formalin degan juluk The Physical Impossibility of Death in the Mind of Someone Living (1991), dari tangan dingin art dealer Charles Saatchi terjual fantastis pada 2004.
Penulis juga memantik Bincang-Bincang Seni dengan narasi usia belia, tokoh perupa Jepang sohor, Takashi Murakami. Yang di awal usia 20-an telah membuka studio dan tinggal di New York, AS menyiapkan pamerannya di MoMA (Museum of Contemporary Art) PS1. Murakami dikenal dengan seni-pop yang mengeksplorasi komik lokal Jepang, Manga.
Perupa muda kita, Zeta memilih lukisan figur-figur, yang merepresentasikan dirinya sendiri dalam bahasa realis, memberi isyarat tentang gestur-tangan-jari juga tubuh hingga bertumpuk lebih dari dua buah. Sementara buku-buku tersaput layer-layer warna-warna abstraktif bentuk-bentuk lain yang ganjil.
Makhota dan ekspresi paras wajah, menunjukkan Zeta pasti percaya pada masa depan dan proses berkeseniannya yang melibatkan dirinya di sejumlah kompetisi sebagai emerging artist.
Sedangkan Bintang, membangun instalasi dari benda-benda temuan, seperti kaleng-kaleng minuman instan tergantung senar serta sejumlah boneka-boneka kecil yang ditata sedemikian rupa juga kotak-kotak karton yang bertuliskan teks Fragile. Tentunya, hal itu menerbangkan benak kita, usia muda menjadi jalan untuk bertumbuh kembang, dari kerapuhan menjadi matang dan tahan banting kelak.
Kerapuhan dan proses pendewasaan (kematangnan berkarya) terus beriring; kita menyaksikan ini dari dua seniman muda ini, berharap lebih pada mereka berdua di masa depan.
Yang Senior Memberi Makna Kedalaman
Balik bercermin pada tokoh dunia, di usia belia, enam belas tahun, Damien Hirst, seniman konseptual jenial dari Inggeris itu—yang ia juga pelopor Young British Artist (YBS)—meniti karir lewat menggambar anatomi jenazah manusia dengan menjadi petugas magang di kamar mayat di Leeds Medical School London.
Seperti kita tahu, karyanya tentang menyoal eksistensi filosofis makhluk hidup di antara yang mati dan hidup mengejutkan seni kontemporer global. Dengan mayat ikan hiu yang diawetkan formalin degan juluk The Physical Impossibility of Death in the Mind of Someone Living (1991), dari tangan dingin art dealer Charles Saatchi terjual fantastis pada 2004.
Penulis juga memantik Bincang-Bincang Seni dengan narasi usia belia, tokoh perupa Jepang sohor, Takashi Murakami. Yang di awal usia 20-an telah membuka studio dan tinggal di New York, AS menyiapkan pamerannya di MoMA (Museum of Contemporary Art) PS1. Murakami dikenal dengan seni-pop yang mengeksplorasi komik lokal Jepang, Manga.
Perupa muda kita, Zeta memilih lukisan figur-figur, yang merepresentasikan dirinya sendiri dalam bahasa realis, memberi isyarat tentang gestur-tangan-jari juga tubuh hingga bertumpuk lebih dari dua buah. Sementara buku-buku tersaput layer-layer warna-warna abstraktif bentuk-bentuk lain yang ganjil.
Makhota dan ekspresi paras wajah, menunjukkan Zeta pasti percaya pada masa depan dan proses berkeseniannya yang melibatkan dirinya di sejumlah kompetisi sebagai emerging artist.
Sedangkan Bintang, membangun instalasi dari benda-benda temuan, seperti kaleng-kaleng minuman instan tergantung senar serta sejumlah boneka-boneka kecil yang ditata sedemikian rupa juga kotak-kotak karton yang bertuliskan teks Fragile. Tentunya, hal itu menerbangkan benak kita, usia muda menjadi jalan untuk bertumbuh kembang, dari kerapuhan menjadi matang dan tahan banting kelak.
Kerapuhan dan proses pendewasaan (kematangnan berkarya) terus beriring; kita menyaksikan ini dari dua seniman muda ini, berharap lebih pada mereka berdua di masa depan.
Yang Senior Memberi Makna Kedalaman
tulis komentar anda