GCB Kembali Edukasi Masyarakat tentang Pengolahan Sampah
Rabu, 02 September 2020 - 15:35 WIB
JAKARTA - Edukasi pengolahan sampah kepada masyarakat terus dilakukan. Kali ini, dengan tajuk Safari TOSS: Journey to The East (JTE), Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) dan comestoarra.com menggandeng PT PLN (Persero), PT Indonesia Power, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk melakukan kegiatan tersebut pada 1-20 September 2020.
(Baca juga: Manfaat Memasak Menurut Psikolog, Mulai Terapi hingga Atasi Kecemasan )
Dalam rangkaian safari ini, GCB dan comestoarra akan melakukan liputan aktivitas, seminar, serta pelatihan dengan mengunjungi 15 lokasi implementasi Tempat Olahan Sampah di Sumbernya (TOSS) di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan secara daring. Kegiatan tersebut merupakan bentuk dukungan kepada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk menggerakkan masyarakat Indonesia dalam mengolah sampah di sumbernya dan memanfaatkan hasil olahannya menjadi energi kerakyatan.
Menurut Ketua Badan Eksekutif GCB, Peni Susanti, kapasitas Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) di sejumlah wilayah semakin kritis. Bahkan sejumlah TPA mengalami bencana seperti longsor yang terjadi di TPA Cipeuncang, Tangerang Selatan pada awal 2020, dan kebakaran TPA yang terjadi di Putri Cempo, Solo di Akhir 2019.
Peni menambahkan bahwa keberadaan TPS-3R dan bank sampah juga belum optimal karena masyarakat belum mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. Bahkan tidak jarang, sampah dibuang ke sungai atau kali sehingga menimbulkan pencemaran terutama di sektor hilir.
"Perlu sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat agar mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. Oleh karenanya, GCB memfasilitasi masyarakat dan seluruh stakeholders untuk bekerjasama dalam pelaksaanaan pengolahan sampah di sumber melalui TOSS yang digagas oleh Supriadi Legino dan Sonny Djatnika Sunda Djaja," ujar Peni dalam Webinar, Selasa (1/9).
TOSS merupakan metode pengelolaan dan pengolahan sampah di sumber berbasis komunitas dengan mengubah paradigma pemilahan di awal menjadi pemilahan setelah proses pengolahan sampah berlangsung. Melalui metode peuyeumisasi (biodrying), bau tak sedap dari sampah akan hilang dan mengering dalam waktu 3-7 hari --tergantung material sampah.
Menurut penggagas TOSS sekaligus Komisaris Utama Comestoarra.com, Supriadi Legino, perubahan paradigma pemilahan sampah tersebut dilakukan di mana seluruh sampah dimasukkan ke dalam box bambu berukuran 2 x 1,25 x 1,25 m3 yang mampu menampung sampah 500 kg-1 ton sampah. Setelah sampah tidak bau dan sudah mengering, maka akan mudah bagi petugas sampah untuk memilah sampah organik, biomassa, plastik (PVC dan Non PVC), serta residu.
"Konsep gotong royong sangat menunjang keberhasilan pengolahan sampah di sumber. Dari kajian sosiologi dan psikologi, masyarakat Indonesia membutuhkan teknologi yang sederhana namun sarat akan nilai-nilai budaya," terang Supriadi.
(Baca juga: 5 Alasan Orang yang Anda Sukai Tidak Lebih Dulu Mengirim Pesan )
Sementara itu, Diektur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Franciscus Welirang memberikan apresiasi dan dukungannya. "Indofood merasa bangga bergabung dalam gerakan ini. Pengelolaan sampah menjadi sumber bahan baku energi ini memiliki nilai yang secara langsung juga mendorong terbangunnya ekonomi sirkular," kata dia.
Kegiatan Safari TOSS: Journey To The East diharapkan mampu mengedukasi dan menumbuhkan minat masyarakat mengolah sampah menjadi bahan bakar kerakyatan melalui TOSS dengan metode peyeumisasi, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Lihat Juga: Kunjungi 20 Masjid, Ramadhan Roadshow Kesehatan Ajak Masyarakat Lakukan Kegiatan Positif
(Baca juga: Manfaat Memasak Menurut Psikolog, Mulai Terapi hingga Atasi Kecemasan )
Dalam rangkaian safari ini, GCB dan comestoarra akan melakukan liputan aktivitas, seminar, serta pelatihan dengan mengunjungi 15 lokasi implementasi Tempat Olahan Sampah di Sumbernya (TOSS) di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan secara daring. Kegiatan tersebut merupakan bentuk dukungan kepada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk menggerakkan masyarakat Indonesia dalam mengolah sampah di sumbernya dan memanfaatkan hasil olahannya menjadi energi kerakyatan.
Menurut Ketua Badan Eksekutif GCB, Peni Susanti, kapasitas Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) di sejumlah wilayah semakin kritis. Bahkan sejumlah TPA mengalami bencana seperti longsor yang terjadi di TPA Cipeuncang, Tangerang Selatan pada awal 2020, dan kebakaran TPA yang terjadi di Putri Cempo, Solo di Akhir 2019.
Peni menambahkan bahwa keberadaan TPS-3R dan bank sampah juga belum optimal karena masyarakat belum mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. Bahkan tidak jarang, sampah dibuang ke sungai atau kali sehingga menimbulkan pencemaran terutama di sektor hilir.
"Perlu sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat agar mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. Oleh karenanya, GCB memfasilitasi masyarakat dan seluruh stakeholders untuk bekerjasama dalam pelaksaanaan pengolahan sampah di sumber melalui TOSS yang digagas oleh Supriadi Legino dan Sonny Djatnika Sunda Djaja," ujar Peni dalam Webinar, Selasa (1/9).
TOSS merupakan metode pengelolaan dan pengolahan sampah di sumber berbasis komunitas dengan mengubah paradigma pemilahan di awal menjadi pemilahan setelah proses pengolahan sampah berlangsung. Melalui metode peuyeumisasi (biodrying), bau tak sedap dari sampah akan hilang dan mengering dalam waktu 3-7 hari --tergantung material sampah.
Menurut penggagas TOSS sekaligus Komisaris Utama Comestoarra.com, Supriadi Legino, perubahan paradigma pemilahan sampah tersebut dilakukan di mana seluruh sampah dimasukkan ke dalam box bambu berukuran 2 x 1,25 x 1,25 m3 yang mampu menampung sampah 500 kg-1 ton sampah. Setelah sampah tidak bau dan sudah mengering, maka akan mudah bagi petugas sampah untuk memilah sampah organik, biomassa, plastik (PVC dan Non PVC), serta residu.
"Konsep gotong royong sangat menunjang keberhasilan pengolahan sampah di sumber. Dari kajian sosiologi dan psikologi, masyarakat Indonesia membutuhkan teknologi yang sederhana namun sarat akan nilai-nilai budaya," terang Supriadi.
(Baca juga: 5 Alasan Orang yang Anda Sukai Tidak Lebih Dulu Mengirim Pesan )
Sementara itu, Diektur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Franciscus Welirang memberikan apresiasi dan dukungannya. "Indofood merasa bangga bergabung dalam gerakan ini. Pengelolaan sampah menjadi sumber bahan baku energi ini memiliki nilai yang secara langsung juga mendorong terbangunnya ekonomi sirkular," kata dia.
Kegiatan Safari TOSS: Journey To The East diharapkan mampu mengedukasi dan menumbuhkan minat masyarakat mengolah sampah menjadi bahan bakar kerakyatan melalui TOSS dengan metode peyeumisasi, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Lihat Juga: Kunjungi 20 Masjid, Ramadhan Roadshow Kesehatan Ajak Masyarakat Lakukan Kegiatan Positif
(nug)
tulis komentar anda