Saatnya Para Pekerja Seni Bangkit dan Berkarya Bersama
Jum'at, 04 September 2020 - 09:10 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 6 bulan terakhir telah memberikan dampak yang begitu dahsyat bagi industri hiburan Tanah Air. Semua lini aktivitas masyarakat masih dibatasi, termasuk dunia hiburan yang tak tahu akan bertahan sampai kapan.
( )
Kondisi memprihatinkan ini mendorong Kemendikbud menggandeng Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (KOPHI) untuk mengajak pelaku pekerja seni duduk bersama mencari solusi dalam diskusi daring Saatnya Bangkit Bersama. Lewat diskusi ini, semua stakeholder dalam industri hiburan memiliki tekad bersama-sama bangkit dan terus berkarya di tengah masa pandemi .
Diskusi ini pun menghadirkan pembicara kompeten seperti Edi Irawan dari Kapokja Apresiasi dan Literasi Musik, musisi Candra Darusman, promotor musik Harry "Koko" Santoso, wartawan senior Firman Bintang. Semua narasumber sepakat untuk bersama-sama menyiapkan strategi jangka pendek dan panjang guna melakukan upaya recovery atas krisis yang ditimbulkan pandemi Covid-19 .
Menurut Edi Irawan, masa pandemi ini memaksa semua orang untuk kreatif dan mengajarkan bangkit kembali dalam kehidupan. "Khususnya masalah ini, tapi umumnya adalah permasalahan musik Indonesia yang memang luar biasa besarnya. Kita mau duduk bersama saja susah selama ini," ujar Edi Irawan mewakili Kemendikbud dalam diskusi virtual, kemarin (3/9).
"Kami dari Kemendikbud terus berupaya untuk tetap mendukung kegiatan yang mengikutsertakan pekerja seni dan musisi terdampak akibat Covid-19. Melalui kegiatan ini, kita bisa menyusun langkah bagaimana menyelamatkan dunia musik dan seni dari keterpurukan. Pandemi ini mengajarkan kita benar menjadi salah satu peringatan. Memaksa kita untuk berubah, memaksa kita untuk berkolaborasi, bersama dalam bermusik," paparnya.
(Baca juga: Nagita Slavina Permasalahan Keluarganya Bukan Masalah Baru )
Ketua Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI), Chandra Darusman menilai musisi dan pekerja seni merupakan pekerjaan yang begitu terdampak pandemi. Akibat pemberlakuan PSBB dan kebijakan untuk mencegah penyebaran Covid-19 , semua lini usaha di bidang musik dan seni terbatasi. Hal tersebut membuat para musisi jalanan dan pekerja seni di level terbawah kini terancam kelaparan.
"Berdasarkan survei kami, penghasilan terbanyak musisi dan pekerja seni ini mulai Rp3,1 juta hingga Rp5 juta sebanyak 24,6 persen, Rp1,1-3 juta (19,1 persen) dan Rp5,1-7 juta (18,2 persen), Rp 7,1-10 juta (12,3 persen) serta Rp100.000-1 juta (10,7 persen). Sementara musisi yang berpenghasilan Rp10,1-15 juta (8,9 persen) dan Rp 15,1-20 juta hanya 3,5 persen," terangnya.
( )
Kondisi memprihatinkan ini mendorong Kemendikbud menggandeng Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (KOPHI) untuk mengajak pelaku pekerja seni duduk bersama mencari solusi dalam diskusi daring Saatnya Bangkit Bersama. Lewat diskusi ini, semua stakeholder dalam industri hiburan memiliki tekad bersama-sama bangkit dan terus berkarya di tengah masa pandemi .
Diskusi ini pun menghadirkan pembicara kompeten seperti Edi Irawan dari Kapokja Apresiasi dan Literasi Musik, musisi Candra Darusman, promotor musik Harry "Koko" Santoso, wartawan senior Firman Bintang. Semua narasumber sepakat untuk bersama-sama menyiapkan strategi jangka pendek dan panjang guna melakukan upaya recovery atas krisis yang ditimbulkan pandemi Covid-19 .
Menurut Edi Irawan, masa pandemi ini memaksa semua orang untuk kreatif dan mengajarkan bangkit kembali dalam kehidupan. "Khususnya masalah ini, tapi umumnya adalah permasalahan musik Indonesia yang memang luar biasa besarnya. Kita mau duduk bersama saja susah selama ini," ujar Edi Irawan mewakili Kemendikbud dalam diskusi virtual, kemarin (3/9).
"Kami dari Kemendikbud terus berupaya untuk tetap mendukung kegiatan yang mengikutsertakan pekerja seni dan musisi terdampak akibat Covid-19. Melalui kegiatan ini, kita bisa menyusun langkah bagaimana menyelamatkan dunia musik dan seni dari keterpurukan. Pandemi ini mengajarkan kita benar menjadi salah satu peringatan. Memaksa kita untuk berubah, memaksa kita untuk berkolaborasi, bersama dalam bermusik," paparnya.
(Baca juga: Nagita Slavina Permasalahan Keluarganya Bukan Masalah Baru )
Ketua Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI), Chandra Darusman menilai musisi dan pekerja seni merupakan pekerjaan yang begitu terdampak pandemi. Akibat pemberlakuan PSBB dan kebijakan untuk mencegah penyebaran Covid-19 , semua lini usaha di bidang musik dan seni terbatasi. Hal tersebut membuat para musisi jalanan dan pekerja seni di level terbawah kini terancam kelaparan.
"Berdasarkan survei kami, penghasilan terbanyak musisi dan pekerja seni ini mulai Rp3,1 juta hingga Rp5 juta sebanyak 24,6 persen, Rp1,1-3 juta (19,1 persen) dan Rp5,1-7 juta (18,2 persen), Rp 7,1-10 juta (12,3 persen) serta Rp100.000-1 juta (10,7 persen). Sementara musisi yang berpenghasilan Rp10,1-15 juta (8,9 persen) dan Rp 15,1-20 juta hanya 3,5 persen," terangnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda