Vitamin D Rendah Dapat Tingkatkan Kemungkinan Infeksi COVID-19
Kamis, 10 September 2020 - 09:38 WIB
JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah dalam darah dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi virus corona baru.
"Vitamin D penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh dan vitamin D suplemen sebelumnya telah terbukti dapat menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan virus," kata pemimpin penulis studi Dr David Meltzer, seperti dilansir laman WebMD. ( )
Untuk studi barunya ini, tim Meltzer melacak infeksi virus corona di antara 489 pasien yang kadar vitamin D-nya diukur dalam setahun sebelum mereka dites untuk virus corona baru.
Sementara penelitian tidak dapat menentukan sebab dan akibat, pasien dengan kekurangan vitamin D yang tidak diobati (kadar darah kurang dari 20 ng/mL) hampir dua kali lebih mungkin untuk dites positif virus corona daripada pasien dengan kadar vitamin D cukup.
"Analisis statistik kami menunjukkan ini mungkin benar untuk infeksi COVID-19 ," ujar Meltzer.
Diketahui separuh orang Amerika kekurangan vitamin D, dengan tingkat yang jauh lebih tinggi di antara orang Amerika kulit hitam dan orang-orang yang tinggal di daerah seperti Chicago, di mana sulit untuk mendapatkan cukup paparan sinar matahari pada musim dingin. Tubuh memproduksi vitamin D saat kulit terkena sinar matahari langsung.
"Memahami apakah mengobati kekurangan vitamin D mengubah risiko COVID-19 bisa menjadi sangat penting secara lokal, nasional, dan global," jelas Meltzer. ( )
"Vitamin D tidak mahal, umumnya sangat aman dikonsumsi, dan dapat ditingkatkan secara luas," sambungnya.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah suplemen vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi virus corona baru dan bahkan tingkat keparahan COVID-19.
"Vitamin D penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh dan vitamin D suplemen sebelumnya telah terbukti dapat menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan virus," kata pemimpin penulis studi Dr David Meltzer, seperti dilansir laman WebMD. ( )
Untuk studi barunya ini, tim Meltzer melacak infeksi virus corona di antara 489 pasien yang kadar vitamin D-nya diukur dalam setahun sebelum mereka dites untuk virus corona baru.
Sementara penelitian tidak dapat menentukan sebab dan akibat, pasien dengan kekurangan vitamin D yang tidak diobati (kadar darah kurang dari 20 ng/mL) hampir dua kali lebih mungkin untuk dites positif virus corona daripada pasien dengan kadar vitamin D cukup.
"Analisis statistik kami menunjukkan ini mungkin benar untuk infeksi COVID-19 ," ujar Meltzer.
Diketahui separuh orang Amerika kekurangan vitamin D, dengan tingkat yang jauh lebih tinggi di antara orang Amerika kulit hitam dan orang-orang yang tinggal di daerah seperti Chicago, di mana sulit untuk mendapatkan cukup paparan sinar matahari pada musim dingin. Tubuh memproduksi vitamin D saat kulit terkena sinar matahari langsung.
"Memahami apakah mengobati kekurangan vitamin D mengubah risiko COVID-19 bisa menjadi sangat penting secara lokal, nasional, dan global," jelas Meltzer. ( )
"Vitamin D tidak mahal, umumnya sangat aman dikonsumsi, dan dapat ditingkatkan secara luas," sambungnya.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah suplemen vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi virus corona baru dan bahkan tingkat keparahan COVID-19.
tulis komentar anda