Kenali Gejala Diplopia Agar Dapat Terapi yang Tepat
Senin, 28 September 2020 - 12:55 WIB
JAKARTA - Diplopia atau penglihatan ganda adalah kondisi di mana pasien melihat dua tampilan dari satu objek. Apabila mengalami hal seperti ini, seseorang dapat menutup salah satu matanya untuk mengetahui apakah ini merupakan diplopia monokuler atau diplopia binokuler.
Spesialis Mata RS Mata Aini Jakarta dr. Dialika, SpM mengatakan, apabila tetap terlihat dua tampilan dari satu objek saat salah satu mata ditutup, maka itu dapat dikategorikan sebagai diplopia monokuler. ( )
“Sebaliknya, jika objek terlihat normal (hanya satu) saat satu mata ditutup, maka itu dikategorikan sebagai diplopia binokuler," ujar dr. Dialika.
Hal ini penting untuk dibedakan, karena kemungkinan penyebab diplopia monokuler dan diplopia binokuler sangat berbeda.
Ditambahkan dr. Dialika, pada diplopia monokuler, kemungkinan penyebabnya lebih tidak serius, di antaranya adalah adanya kesalahan refraksi yang tidak terkoreksi, gangguan kornea, katarak (gangguan lensa), ataupun gangguan retina.
Sementara diplopia binokuler dapat terjadi karena ketidaksejajaran kedua mata, yang mungkin disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf, otot penggerak bola mata, persimpangan otot saraf, atau gangguan pada tulang sekitar mata.
“ Terapi diplopia akan sangat bergantung pada penyebabnya. Sebelumnya diperlukan beberapa pemeriksaan terlebih dulu untuk menentukan penyebab diplopia,” tandas dr. Dialika.
Di antara pilihan terapi yang mungkin dikerjakan adalah exercise mata, penggunaan eye patch, penggunaan kacamata dengan lensa prisma, dan operasi atau injeksi botulinum toksin pada kasus-kasus tertentu. ( )
“Mengingat besarnya variasi kemungkinan penyebab, besar pula variasi angka kesembuhan gejala diplopia antarpasien yang datang ke rumah sakit. Untuk itu sangat penting bagi pasien untuk segera mengunjungi dokter mata terdekat bila memiliki keluhan diplopia,” pungkas dr. Dialika.
Spesialis Mata RS Mata Aini Jakarta dr. Dialika, SpM mengatakan, apabila tetap terlihat dua tampilan dari satu objek saat salah satu mata ditutup, maka itu dapat dikategorikan sebagai diplopia monokuler. ( )
“Sebaliknya, jika objek terlihat normal (hanya satu) saat satu mata ditutup, maka itu dikategorikan sebagai diplopia binokuler," ujar dr. Dialika.
Hal ini penting untuk dibedakan, karena kemungkinan penyebab diplopia monokuler dan diplopia binokuler sangat berbeda.
Ditambahkan dr. Dialika, pada diplopia monokuler, kemungkinan penyebabnya lebih tidak serius, di antaranya adalah adanya kesalahan refraksi yang tidak terkoreksi, gangguan kornea, katarak (gangguan lensa), ataupun gangguan retina.
Sementara diplopia binokuler dapat terjadi karena ketidaksejajaran kedua mata, yang mungkin disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf, otot penggerak bola mata, persimpangan otot saraf, atau gangguan pada tulang sekitar mata.
“ Terapi diplopia akan sangat bergantung pada penyebabnya. Sebelumnya diperlukan beberapa pemeriksaan terlebih dulu untuk menentukan penyebab diplopia,” tandas dr. Dialika.
Di antara pilihan terapi yang mungkin dikerjakan adalah exercise mata, penggunaan eye patch, penggunaan kacamata dengan lensa prisma, dan operasi atau injeksi botulinum toksin pada kasus-kasus tertentu. ( )
“Mengingat besarnya variasi kemungkinan penyebab, besar pula variasi angka kesembuhan gejala diplopia antarpasien yang datang ke rumah sakit. Untuk itu sangat penting bagi pasien untuk segera mengunjungi dokter mata terdekat bila memiliki keluhan diplopia,” pungkas dr. Dialika.
(tsa)
tulis komentar anda