Donald Trump Diberi Deksametason, Obat Pasien COVID-19 Berat yang Dijuluki Obat Dewa
Senin, 05 Oktober 2020 - 17:33 WIB
JAKARTA - Salah satu dokter yang merawat Presiden Amerika Serikat Donald Trump , dr. Brian Garibaldi mengatakan bahwa Trump diberi obat steroid deksametason sebagai bagian dari perawatan COVID-19. Ini merupakan indikasi bahwa kondisi Trump mengkhawatirkan, karena obat tersebut tidak boleh diberikan kepada siapapun yang tidak cukup sakit untuk membenarkan sisi negatif penggunaan steroid, termasuk menekan sistem kekebalan.
"Kami memutuskan bahwa dalam kasus ini manfaat potensial, pada awal kursus, mungkin lebih besar daripada risikonya saat ini," kata Dokter Gedung Putih dr. Sean Conley di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, seperti dilansir dari CNN, Senin (5/10). ( )
Setidaknya satu penelitian besar dan acak telah menunjukkan pasien virus corona bekerja lebih baik jika mereka diberi deksametason , obat kortikosteroid murah dan tersedia secara luas yang mampu meredakan peradangan berbahaya.
National Institutes of Health (NIH) mengatakan dalam pedomannya tentang pengobatan infeksi virus corona bahwa pasien COVID-19 yang parah dapat mengembangkan respons peradangan sistemik (seluruh tubuh) yang dapat menyebabkan cidera paru-paru dan disfungsi organ multisistem.
Berdasarkan hasil satu uji coba, panel ahli NIH merekomendasikan pemberian deksametason kepada pasien COVID-19 yang membutuhkan oksigen. Deksametason direkomendasikan agar tidak digunakan untuk pengobatan COVID-19 pada pasien yang tidak membutuhkan oksigen tambahan. Dalam studi tentang deksametason yang dilakukan di Inggris, sekitar 23% pasien yang mendapat deksametason meninggal, dibandingkan dengan sekitar 26% pasien yang tidak.
"Tidak ada manfaat kelangsungan hidup yang terlihat di antara peserta yang tidak membutuhkan terapi oksigen saat pendaftaran," kata NIH.
Sementara di kesempatan terpisah pada Juni lalu, Akademisi dan Praktisi Klinis Ari Fahrial Syam pernah mengatakan, dexamethasone termasuk obat murah golongan steroid. Obat ini sering dijuluki "obat dewa" karena efek terapinya yang cepat. Bahkan obat tersebut juga bisa digunakan untuk pasien kanker, kelainan darah, asma, alergi pada mata dan THT, serta penyakit autoimun. ( )
"Sepertinya khasiat antiinflamasi itu yang dimanfaatkan dari obat dexamethasone untuk pasien dengan infeksi COVID-19 yang berat," ujar Ari melalui pernyataan tertulis kepada SINDOnews beberapa waktu silam.
Deksametason memang mampu mengurangi peradangan, tetapi hal tersebut kata pakar di NIH, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada pneumonia berat yang disebabkan oleh virus influenza, terapi kortikosteroid menunjukkan hasil klinis yang lebih buruk, termasuk infeksi bakteri sekunder dan kematian. Jadi pasien harus dimonitor secara hati-hati saat mengambil obat, dan manfaat pengobatan apapun harus lebih besar daripada risikonya.
"Kami memutuskan bahwa dalam kasus ini manfaat potensial, pada awal kursus, mungkin lebih besar daripada risikonya saat ini," kata Dokter Gedung Putih dr. Sean Conley di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, seperti dilansir dari CNN, Senin (5/10). ( )
Setidaknya satu penelitian besar dan acak telah menunjukkan pasien virus corona bekerja lebih baik jika mereka diberi deksametason , obat kortikosteroid murah dan tersedia secara luas yang mampu meredakan peradangan berbahaya.
National Institutes of Health (NIH) mengatakan dalam pedomannya tentang pengobatan infeksi virus corona bahwa pasien COVID-19 yang parah dapat mengembangkan respons peradangan sistemik (seluruh tubuh) yang dapat menyebabkan cidera paru-paru dan disfungsi organ multisistem.
Berdasarkan hasil satu uji coba, panel ahli NIH merekomendasikan pemberian deksametason kepada pasien COVID-19 yang membutuhkan oksigen. Deksametason direkomendasikan agar tidak digunakan untuk pengobatan COVID-19 pada pasien yang tidak membutuhkan oksigen tambahan. Dalam studi tentang deksametason yang dilakukan di Inggris, sekitar 23% pasien yang mendapat deksametason meninggal, dibandingkan dengan sekitar 26% pasien yang tidak.
"Tidak ada manfaat kelangsungan hidup yang terlihat di antara peserta yang tidak membutuhkan terapi oksigen saat pendaftaran," kata NIH.
Sementara di kesempatan terpisah pada Juni lalu, Akademisi dan Praktisi Klinis Ari Fahrial Syam pernah mengatakan, dexamethasone termasuk obat murah golongan steroid. Obat ini sering dijuluki "obat dewa" karena efek terapinya yang cepat. Bahkan obat tersebut juga bisa digunakan untuk pasien kanker, kelainan darah, asma, alergi pada mata dan THT, serta penyakit autoimun. ( )
"Sepertinya khasiat antiinflamasi itu yang dimanfaatkan dari obat dexamethasone untuk pasien dengan infeksi COVID-19 yang berat," ujar Ari melalui pernyataan tertulis kepada SINDOnews beberapa waktu silam.
Deksametason memang mampu mengurangi peradangan, tetapi hal tersebut kata pakar di NIH, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada pneumonia berat yang disebabkan oleh virus influenza, terapi kortikosteroid menunjukkan hasil klinis yang lebih buruk, termasuk infeksi bakteri sekunder dan kematian. Jadi pasien harus dimonitor secara hati-hati saat mengambil obat, dan manfaat pengobatan apapun harus lebih besar daripada risikonya.
tulis komentar anda