Didi Kempot, Sad Boys dan Para Perantau
Rabu, 06 Mei 2020 - 10:35 WIB
Pada saat pertama kali masuk dunia kerja, lagu ini pula yang menemani perjalanan mengelilingi beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat.
Mulai dari Mataram, Lombok Timur, menyeberang ke Sumbawa hingga menjelajah ke timur tepatnya di Kota Bima. Maklum meski bergelar tukang insinyur (efek krismon 97), pekerjaan pertama saya adalah all round.
Ya mengemudikan mobil, nyales, administrasi, hingga kuli menaikkan ban ke atas mobil pickup. Kala itu belum ada smartphone. Apalagi Youtube. Perusahaan berbagi video itu juga baru berdiri pada Februari 2005. Dalam rentang 2001 hingga 2002, hanya satu kaset yang ada di dalam mobil saya. Kaset itu berisi album Didi Kempot.
Saya lupa album ke berapa. Tapi dalam satu kaset itu ada lagu Tanjung Mas Ninggal Janji, Sewu Kutho, Stasiun Balapan, Cucak Rowo, dan Ketaman Asmoro. Sisanya saya lupa lagu apa saja. Bisa dimaklumi. Karena Didi Kempot sendiri menciptakan hampir 700 lagu.
Lahir di Ngawi dan besar di Surakarta, Didi Kempot menjadikan budaya perantauan sebagai inspirasi berkarya. Judul-judul dan lirik lagunya sangat menyentuh hati para perantau.
Tidak hanya perantau dari kawasan Solo, Sragen, Ngawi, Wonogiri dan sekitarnya, tapi juga perantau antar negara seperti Suriname. Nama Didi Kempot juga sangat beken di negara yang mayoritas penduduknya berbahasa Jawa itu.
Sebagai orang yang merantau dari Jawa Timur ke Nusa Tenggara Barat, lirik lagu Didi Kempot selalu menjadi obat rindu kangen kampung halaman di Blitar, Jawa Timur.
Apalagi saat menikmati lirik tembang Ketaman Asmoro di tepi Teluk Bima:
Saben wayah lingsir wengi,
Mripat iki ora biso turu, Tansah kelingan sliramu,
Mulai dari Mataram, Lombok Timur, menyeberang ke Sumbawa hingga menjelajah ke timur tepatnya di Kota Bima. Maklum meski bergelar tukang insinyur (efek krismon 97), pekerjaan pertama saya adalah all round.
Ya mengemudikan mobil, nyales, administrasi, hingga kuli menaikkan ban ke atas mobil pickup. Kala itu belum ada smartphone. Apalagi Youtube. Perusahaan berbagi video itu juga baru berdiri pada Februari 2005. Dalam rentang 2001 hingga 2002, hanya satu kaset yang ada di dalam mobil saya. Kaset itu berisi album Didi Kempot.
Saya lupa album ke berapa. Tapi dalam satu kaset itu ada lagu Tanjung Mas Ninggal Janji, Sewu Kutho, Stasiun Balapan, Cucak Rowo, dan Ketaman Asmoro. Sisanya saya lupa lagu apa saja. Bisa dimaklumi. Karena Didi Kempot sendiri menciptakan hampir 700 lagu.
Lahir di Ngawi dan besar di Surakarta, Didi Kempot menjadikan budaya perantauan sebagai inspirasi berkarya. Judul-judul dan lirik lagunya sangat menyentuh hati para perantau.
Tidak hanya perantau dari kawasan Solo, Sragen, Ngawi, Wonogiri dan sekitarnya, tapi juga perantau antar negara seperti Suriname. Nama Didi Kempot juga sangat beken di negara yang mayoritas penduduknya berbahasa Jawa itu.
Sebagai orang yang merantau dari Jawa Timur ke Nusa Tenggara Barat, lirik lagu Didi Kempot selalu menjadi obat rindu kangen kampung halaman di Blitar, Jawa Timur.
Apalagi saat menikmati lirik tembang Ketaman Asmoro di tepi Teluk Bima:
Saben wayah lingsir wengi,
Mripat iki ora biso turu, Tansah kelingan sliramu,
tulis komentar anda