Sering Berkeringat Berlebihan? Waspada Serangan Jantung!

Jum'at, 30 Oktober 2020 - 13:45 WIB
Sering berkeringat berkeringat berlebihan, jangan diabaikan. Kondisi ini bisa menjadi salah satu gejala adanya penyakit jantung. Foto/IST
JAKARTA - Serangan jantung terjadi ketika arteri yang memasok darah dan oksigen ke jantung tersumbat, biasanya oleh gumpalan darah. Penyebab paling umum dari pembekuan darah adalah penyakit jantung koroner (PJK), suatu proses di mana arteri koroner (pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung) tersumbat oleh timbunan kolesterol. Mengalami keringat tanpa alasan yang jelas bisa berarti Anda berada dalam bahaya.

Memompa darah melalui arteri yang tersumbat membutuhkan lebih banyak upaya dari jantung, sehingga tubuh lebih banyak berkeringat untuk mencoba menjaga suhu tubuh turun selama pengerahan tenaga tambahan ini. Keringat malam juga merupakan tanda peringatan umum bagi wanita yang mungkin mengalami masalah jantung.



"Penundaan dalam mencari pengobatan tetap menjadi masalah serius bagi korban serangan jantung yang mencari pengobatan yang dapat berakibat serius," kata Dr Ryan.

Sebuah studi terhadap 1.073 pasien serangan jantung yang dirawat di rumah sakit karena serangan jantung menemukan bahwa meskipun banyak orang mengabaikan gejala serangan jantung yang biasa, jika berkeringat terjadi, pasien cenderung tidak menunda pengobatan.



"Mereka seharusnya tidak mengira mereka terserang flu. Jika mereka tidak demam, maka mereka harus mulai memikirkan hal lain," tambah Dr. Ryan.

Pasien dengan penundaan terpendek dalam mencari pengobatan memiliki gejala paling banyak dan lebih cenderung mengalami nyeri dada dan ekstremitas atas, gangguan pencernaan, mual, sesak napas, berkeringat, pusing, lemah, dan kelelahan.

Dalam studi yang dipublikasikan di Science Direct, keringat yang menjadi indikator kuat serangan jantung mungkin diteliti lebih lanjut. Studi tersebut mencatat bahwa berkeringat selama aktivitas fisik atau cuaca panas sehat. Tetapi ketika individu mulai berkeringat saat mengalami ketidaknyamanan di dada, lengan, leher atau rahang dengan sedikit atau tanpa tenaga, itu bisa menjadi permulaan serangan jantung.

“Analisis menunjukkan bahwa individu dengan penundaan terpendek (rata-rata 9,78 jam) memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami gejala terbanyak. Individu dengan penundaan terlama (rata-rata 22,77 jam) memiliki kemungkinan sedang untuk mengalami nyeri dada dan sesak napas," jelas studi tersebut.

(wur)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More