Pedagang Pasar Ubud Berharap Wisata Bali Normal Lagi
Minggu, 22 November 2020 - 11:14 WIB
BALI - Pandemi Covid-19 turut memberikan dampak signifikan pada pendapatan pedagang di Pasar Ubud Bali terjun bebas. Sejumlah pedagang yang menjual souvenir, baju, kain Bali pun mengeluhkan kiosnya masih sepi pengunjung kendati pariwisata sudah mulai berangsur pulih.
Salah satu pedagang souvenir di Pasar Ubud Wayan Riani perempuan paruh baya yang sudah sejak 8 tahun berjualan di pasar Ubud ini mengungkapkan baru kali ini menceritakan kisah pilu dimana ikut merasakan dampak pandemi begitu luar biasa berpengaruh begitu merosot tajam menurun pendapatan lantaran masih sepinya pengunjung yang datang langsung ke pasar Ubud.
"Pandemi diluar dugaan datang cepat dan membuat pendapatan kami menurun drastis biasa bisa bawa pulang uang Rp2-3 juta perhari kini ada Rp100 ribu saja sudah lumayan bahkan pernah kami pulang gak bawa uang sama sekali karena gak ada pembeli seharian,"ujarnya ketika berbincang dengan SINDOnews.com, kemarin.
Pedagang lain Gusti Ngurah Ketut Oka mengaku, pengunjung yang datang ke kios miliknya yang menjual tas kain bali dan pernak pernik lain masih terbilang lambat yang tentunya berpengaruh pada pendapatan anjlok dratis hingga 80%. “ Dulu sebelum pandemi Rp 3 juta dapat sehari, sekarang Rp300 ribu aja sudah sukur,” keluhnya .
Gusti Ketut mengatakan, selama awal pandemi covid-19 Pasar Ubud berhenti beroperasi dan tidak ada aktivitas pariwisata sama sekali. Namun, mulai bulan Agustus Pasar sudah mulai normal dengan batasan waktu yang ditentukan. Tidak hanya itu, protokol kesehatan juga diterapkan dengan baik. Para pedagang diwajibkan untuk menerapkan 3M (Mencuci tangan, Memakai Masker, dan Menjaga Jarak).
“Saat normal dulu, depan jalanan ramai sampai macet. Sekarang bisa dilihat, sepi dan lewat kesempatan ini jangan takut untuk berkunjung ke pasar Ubud untuk membeli souvenir karena sudah menerapkan 3M,” imbuh Gusti. jam operasional pasar sudah sampai pukul 17.00.
Meskipun masih dibatasi untuk menjajakan barang dagangannya, baik Wayan maupun Gusti mengaku bersyukur bisa menjual kembali barang dagangannya dan berharap pandemi segera berakhir dan membuat pemasukan kembali berjalan seperti semula.
"Saya ingin segera pandemi ini berlalu, syukur syukur Desember akhir tahun musim liburan sudah banyak yang berkunjung ke Bali sehingga bisa makin membuat ekonomi semakin berangsur pulih lebih baik lagi,"harap keduanya.
Baca juga : Bali Destinasi Permintaan Paling Tinggi di Traveloka EPIC SALE 2020
Sementara itu, perlahan namun pasti, wisata Bali mulai bangkit kembali setelah terpukul pandemi covid-19 cukup besar. Kini, sejumlah wisatawan lokal sudah berangsur mengunjungi pulau Dewata. Sedangkan, wisatawan mancanegara masih tetap menunggu larangan travel warning dicabut oleh Pemerintah.
Bagi anda yang ingin berwisata jangan takut karena sejumlah tempat wisata, pasar, tempat ibadah di pulau Dewata Bali juga telah menerapkan protokol kesehatan 3M yakni dengan tersedianya tempat mencuci tangan di pintu masuk utama,pedagang dan pengunjung wajib menggunakan masker, dan menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya demi menekan penyebaran virus corona
Salah satu pedagang souvenir di Pasar Ubud Wayan Riani perempuan paruh baya yang sudah sejak 8 tahun berjualan di pasar Ubud ini mengungkapkan baru kali ini menceritakan kisah pilu dimana ikut merasakan dampak pandemi begitu luar biasa berpengaruh begitu merosot tajam menurun pendapatan lantaran masih sepinya pengunjung yang datang langsung ke pasar Ubud.
"Pandemi diluar dugaan datang cepat dan membuat pendapatan kami menurun drastis biasa bisa bawa pulang uang Rp2-3 juta perhari kini ada Rp100 ribu saja sudah lumayan bahkan pernah kami pulang gak bawa uang sama sekali karena gak ada pembeli seharian,"ujarnya ketika berbincang dengan SINDOnews.com, kemarin.
Pedagang lain Gusti Ngurah Ketut Oka mengaku, pengunjung yang datang ke kios miliknya yang menjual tas kain bali dan pernak pernik lain masih terbilang lambat yang tentunya berpengaruh pada pendapatan anjlok dratis hingga 80%. “ Dulu sebelum pandemi Rp 3 juta dapat sehari, sekarang Rp300 ribu aja sudah sukur,” keluhnya .
Gusti Ketut mengatakan, selama awal pandemi covid-19 Pasar Ubud berhenti beroperasi dan tidak ada aktivitas pariwisata sama sekali. Namun, mulai bulan Agustus Pasar sudah mulai normal dengan batasan waktu yang ditentukan. Tidak hanya itu, protokol kesehatan juga diterapkan dengan baik. Para pedagang diwajibkan untuk menerapkan 3M (Mencuci tangan, Memakai Masker, dan Menjaga Jarak).
“Saat normal dulu, depan jalanan ramai sampai macet. Sekarang bisa dilihat, sepi dan lewat kesempatan ini jangan takut untuk berkunjung ke pasar Ubud untuk membeli souvenir karena sudah menerapkan 3M,” imbuh Gusti. jam operasional pasar sudah sampai pukul 17.00.
Meskipun masih dibatasi untuk menjajakan barang dagangannya, baik Wayan maupun Gusti mengaku bersyukur bisa menjual kembali barang dagangannya dan berharap pandemi segera berakhir dan membuat pemasukan kembali berjalan seperti semula.
"Saya ingin segera pandemi ini berlalu, syukur syukur Desember akhir tahun musim liburan sudah banyak yang berkunjung ke Bali sehingga bisa makin membuat ekonomi semakin berangsur pulih lebih baik lagi,"harap keduanya.
Baca juga : Bali Destinasi Permintaan Paling Tinggi di Traveloka EPIC SALE 2020
Sementara itu, perlahan namun pasti, wisata Bali mulai bangkit kembali setelah terpukul pandemi covid-19 cukup besar. Kini, sejumlah wisatawan lokal sudah berangsur mengunjungi pulau Dewata. Sedangkan, wisatawan mancanegara masih tetap menunggu larangan travel warning dicabut oleh Pemerintah.
Bagi anda yang ingin berwisata jangan takut karena sejumlah tempat wisata, pasar, tempat ibadah di pulau Dewata Bali juga telah menerapkan protokol kesehatan 3M yakni dengan tersedianya tempat mencuci tangan di pintu masuk utama,pedagang dan pengunjung wajib menggunakan masker, dan menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya demi menekan penyebaran virus corona
(wur)
tulis komentar anda