Kurang Vitamin D Bisa Bikin Covid-19 Makin Parah, Ini Penjelasannya!
Kamis, 14 Januari 2021 - 16:32 WIB
JAKARTA - Viamin D tak hanya bagus untuk kekuatan tulang, vitamin ini juga sangat memengaruhi kesehatan paru-paru. Sekitar 200 ribu kasus penyakit paru interstisial atau Interstitial Lung Disease (ILD), terdiagnosa setiap tahunnya di Amerika Serikat. Kebanyakan kasus akibat lingkungan.
Misalnya terpapar asbes atau debu batubara. Tapi bisa juga disebabkan karena penyakit autoimun, infeksi, atau efek samping pengobatan. Peneliti dari Johns Hopkins University di Baltimore menganalisa data medis lebih dari 6000 orang diatas usia 10 tahun.
Mereka menemukan bahwa rendahnya kadar vitamin D yang terkandung dalam darah partisipan, berhubungan dengan meningkatnya risiko ILD. Ya, rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh diasosiasikan dengan peningkatan risiko penyakit yang menyebabkan peradangan di paru dan jaringan parut. Temuan ini sudah dipublikasikan pada Journal of Nutrition. “Kita tahu bahwa vitamin D mengandung anti peradangan yang membantu mengatur sistem imun,” kata Ketua Peneliti Dr. Erin Michos.
Bukti lain menunjukkan, vitamin D berperan penting dalam mencegah penyakit paru seperti asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). “Kita juga menemukan hubungan antara vitamin D dengan penyakit ILD,” kata Michos dikutip dari Webmd. Ia melanjutkan, dari temuan tersebut peneliti menyarankan memenuhi asupan vitamin D guna menjaga kesehatan paru. Terlebih di musim pandemi seperti sekarang, dimana paru menjadi organ paling terdampak COVID-19 . SarsCov2 bisa menyebabkan organ vital itu kehilangan fungsinya dan rusak.
Menurut dr. Cindiawaty Pudjiadi, MARS, MS, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik dari RS Medistra, sudah ada penelitian terkait asupan suplementasi vitamin D untuk mengurangi risiko influenza dan infeksi COVID-19. Vitamin D disinyalir dapat menurunkan risiko replikasi virus, mengurangi risiko badai sitokin penyebab peradangan yang bisa berujung pneumonia, dan meningkatkan kosentrasi antiinflamasi, “ kekurangan vitamin D ditemukan berkontribusi terhadap sindrom distres pernapasan akut (ARDS),” imbuh dr. Cindiawaty.
Untuk diketahui, penderita ARDS mengalami sesak napas berat dan sering tidak dapat bernapas tanpa bantuan ventilator. Penelitian terkait hubungan vitamin D dengan tingkat keparahan COVID-19 saat ini di seluruh dunia tengah dilakukan. Salah satunya adalah yang dipublikasikan di British Medical Journal, dimana dalam penelitian ini ditemukan bahwa memiliki kadar vitamin D yang cukup, berimbas pada manfaat kesehatan.
Tim peneliti mengatakan, vitamin D memainkan peranan penting untuk meningkatkan imunitas tubuh disamping menjaga kesehatan tulang dan otot, serta menekan inflamasi. Vitamin D yang selama ini dikenal untuk kesehatan tulang nyatanya mempunyai banyak manfaat.
Misalnya terpapar asbes atau debu batubara. Tapi bisa juga disebabkan karena penyakit autoimun, infeksi, atau efek samping pengobatan. Peneliti dari Johns Hopkins University di Baltimore menganalisa data medis lebih dari 6000 orang diatas usia 10 tahun.
Mereka menemukan bahwa rendahnya kadar vitamin D yang terkandung dalam darah partisipan, berhubungan dengan meningkatnya risiko ILD. Ya, rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh diasosiasikan dengan peningkatan risiko penyakit yang menyebabkan peradangan di paru dan jaringan parut. Temuan ini sudah dipublikasikan pada Journal of Nutrition. “Kita tahu bahwa vitamin D mengandung anti peradangan yang membantu mengatur sistem imun,” kata Ketua Peneliti Dr. Erin Michos.
Bukti lain menunjukkan, vitamin D berperan penting dalam mencegah penyakit paru seperti asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). “Kita juga menemukan hubungan antara vitamin D dengan penyakit ILD,” kata Michos dikutip dari Webmd. Ia melanjutkan, dari temuan tersebut peneliti menyarankan memenuhi asupan vitamin D guna menjaga kesehatan paru. Terlebih di musim pandemi seperti sekarang, dimana paru menjadi organ paling terdampak COVID-19 . SarsCov2 bisa menyebabkan organ vital itu kehilangan fungsinya dan rusak.
Menurut dr. Cindiawaty Pudjiadi, MARS, MS, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik dari RS Medistra, sudah ada penelitian terkait asupan suplementasi vitamin D untuk mengurangi risiko influenza dan infeksi COVID-19. Vitamin D disinyalir dapat menurunkan risiko replikasi virus, mengurangi risiko badai sitokin penyebab peradangan yang bisa berujung pneumonia, dan meningkatkan kosentrasi antiinflamasi, “ kekurangan vitamin D ditemukan berkontribusi terhadap sindrom distres pernapasan akut (ARDS),” imbuh dr. Cindiawaty.
Untuk diketahui, penderita ARDS mengalami sesak napas berat dan sering tidak dapat bernapas tanpa bantuan ventilator. Penelitian terkait hubungan vitamin D dengan tingkat keparahan COVID-19 saat ini di seluruh dunia tengah dilakukan. Salah satunya adalah yang dipublikasikan di British Medical Journal, dimana dalam penelitian ini ditemukan bahwa memiliki kadar vitamin D yang cukup, berimbas pada manfaat kesehatan.
Baca Juga
Tim peneliti mengatakan, vitamin D memainkan peranan penting untuk meningkatkan imunitas tubuh disamping menjaga kesehatan tulang dan otot, serta menekan inflamasi. Vitamin D yang selama ini dikenal untuk kesehatan tulang nyatanya mempunyai banyak manfaat.
tulis komentar anda