Gejala Kanker Usus yang Harus Diwaspadai, Apa Saja?
Minggu, 17 Januari 2021 - 22:12 WIB
JAKARTA - Kanker usus besar (kolorektal) adalah tumor yang ganas yang tumbuh di permukaan usus besar atau rektum. Kanker ini memiliki beberapa gejala yang harus diwaspadai. Diantaranya Buang Air Besar (BAB) berdarah dan nyeri, perubahan pola BAB seperti diare berkepanjangan atau tidak teratur, sensasi tidak puas setelah BAB, nyeri perut/kembung disertai mual dan muntah, serta berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
Kanker usus besar memiliki faktor-faktor risiko. Sebut saja riwayat keluarga kanker usus, payudara, dan kandungan, penderita polip usus besar, penderita penyakit radang usus menahun, kebiasaan sering mengonsumsi daging merah, makanan tinggi lemak, dan rendah serat. Faktor risiko kanker ini juga mengintai mereka yang memiliki berat badan obesitas , perokok, dan kurang aktivitas fisik.
Kanker usus besar atau kanker kolorektal adalah jenis kanker yang sering dijumpai hampir di semua kalangan usia, terutama pada usia lanjut. Tetapi dalam satu dekade terakhir, terjadi peningkatan sebesar 30%-35% penderita kanker usus besar di usia muda (kurang dari 50 tahun).
Pada tahap awal, tidak terlalu tampak gejalanya. Hal ini membuat banyak penderita kanker usus besar datang ke rumah sakit ketika penyakit sudah kronis dan upaya pengobatan pun menjadi sulit. Padahal, kunci utama keberhasilan penanganan kanker usus besar adalah ditemukannya kanker dalam stadium awal agar terapi dan tindakan dapat dilaksanakan secara kuratif.
Menurut dr. Eko Priatno, Sp.B (K) BD, untuk mencegah kanker usus besar, pencegahan dan diagnosis yang akurat sangatlah penting. “Lakukan pemeriksaan yang sesuai dan konsultasikan hasil pemeriksaan Anda ke dokter,” kata dr. Eko. Di Indonesia, insiden penyakit ini mencapai 12,8 per 100.000 usia dewasa dengan tingkat kematian 9,5% dari seluruh kasus kanker. Posisi ke-3 untuk jenis kanker pada laki-laki dan posisi ke-2 pada perempuan.
Gejala kanker ini sering dikatakan mirip dengan wasir, misalnya BAB berdarah dan nyeri di anus. Masalahnya, beberapa gejala ini mirip dengan wasir sehingga masyarakat mengira mereka menderita wasir bukannya penyakit mematikan. “Banyak (pasien) yang seperti ini. Dikira wasir begitu diperiksa kanker dan mereka sangat kaget. Untuk membedakannya cara yang paling mudah adalah dengan melakukan pemeriksaan colok dubur,” jelas dr. Eko.
Pada kanker usus besar, maka benjolan atau ulkus yang terjadi teksturnya keras beda dengan wasir yang tonjolannya lebih lembek. “Ini sederhana tapi sangat penting,” imbuh dr. Eko. Memang, wasir tidaklah berbahaya seperti halnya kanker usus besar. Meski begitu bukan berarti kita biarkan saja. Sebab, meskipun kecil wasir dapat menyebabkan luka dan rasa nyeri.
Dijelaskan oleh Spesialis Penyakit Dalam konsultan gastroenterologi hepatologi Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, apabila kanker usus besar ini terdiagnosa pada stadium awal maka harapan hidup lima tahun seseorang bisa mencapai 92 persen. Tapi sebaliknya, jika ditemukan pada stadium IV atau lanjut maka harapan hidup lima tahunnya hanya tinggal 12 %.
Tak pelak, gaya hidup menjadi salah satu penyebab utama kematian meningkat di tengah masyarakat. ”Saat ini bahkan kasus-kasus baru ditemukan pada usia yang lebih muda. Faktor genetik memang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker usus besar, tetapi gaya hidup merupakan hal yang utama,” pungkas Prof. Ari.
Kanker usus besar memiliki faktor-faktor risiko. Sebut saja riwayat keluarga kanker usus, payudara, dan kandungan, penderita polip usus besar, penderita penyakit radang usus menahun, kebiasaan sering mengonsumsi daging merah, makanan tinggi lemak, dan rendah serat. Faktor risiko kanker ini juga mengintai mereka yang memiliki berat badan obesitas , perokok, dan kurang aktivitas fisik.
Kanker usus besar atau kanker kolorektal adalah jenis kanker yang sering dijumpai hampir di semua kalangan usia, terutama pada usia lanjut. Tetapi dalam satu dekade terakhir, terjadi peningkatan sebesar 30%-35% penderita kanker usus besar di usia muda (kurang dari 50 tahun).
Pada tahap awal, tidak terlalu tampak gejalanya. Hal ini membuat banyak penderita kanker usus besar datang ke rumah sakit ketika penyakit sudah kronis dan upaya pengobatan pun menjadi sulit. Padahal, kunci utama keberhasilan penanganan kanker usus besar adalah ditemukannya kanker dalam stadium awal agar terapi dan tindakan dapat dilaksanakan secara kuratif.
Menurut dr. Eko Priatno, Sp.B (K) BD, untuk mencegah kanker usus besar, pencegahan dan diagnosis yang akurat sangatlah penting. “Lakukan pemeriksaan yang sesuai dan konsultasikan hasil pemeriksaan Anda ke dokter,” kata dr. Eko. Di Indonesia, insiden penyakit ini mencapai 12,8 per 100.000 usia dewasa dengan tingkat kematian 9,5% dari seluruh kasus kanker. Posisi ke-3 untuk jenis kanker pada laki-laki dan posisi ke-2 pada perempuan.
Gejala kanker ini sering dikatakan mirip dengan wasir, misalnya BAB berdarah dan nyeri di anus. Masalahnya, beberapa gejala ini mirip dengan wasir sehingga masyarakat mengira mereka menderita wasir bukannya penyakit mematikan. “Banyak (pasien) yang seperti ini. Dikira wasir begitu diperiksa kanker dan mereka sangat kaget. Untuk membedakannya cara yang paling mudah adalah dengan melakukan pemeriksaan colok dubur,” jelas dr. Eko.
Pada kanker usus besar, maka benjolan atau ulkus yang terjadi teksturnya keras beda dengan wasir yang tonjolannya lebih lembek. “Ini sederhana tapi sangat penting,” imbuh dr. Eko. Memang, wasir tidaklah berbahaya seperti halnya kanker usus besar. Meski begitu bukan berarti kita biarkan saja. Sebab, meskipun kecil wasir dapat menyebabkan luka dan rasa nyeri.
Dijelaskan oleh Spesialis Penyakit Dalam konsultan gastroenterologi hepatologi Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, apabila kanker usus besar ini terdiagnosa pada stadium awal maka harapan hidup lima tahun seseorang bisa mencapai 92 persen. Tapi sebaliknya, jika ditemukan pada stadium IV atau lanjut maka harapan hidup lima tahunnya hanya tinggal 12 %.
Baca Juga
Tak pelak, gaya hidup menjadi salah satu penyebab utama kematian meningkat di tengah masyarakat. ”Saat ini bahkan kasus-kasus baru ditemukan pada usia yang lebih muda. Faktor genetik memang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker usus besar, tetapi gaya hidup merupakan hal yang utama,” pungkas Prof. Ari.
(wur)
Lihat Juga :
tulis komentar anda