Pasien Terus Bertambah, Kemenkes Tambah Ruang Khusus Pasien COVID-19
Jum'at, 29 Januari 2021 - 13:30 WIB
“Caranya dengan memastikan aliran layanan lancar dari IGD, masuk rawat isolasi atau ICU hingga pulang. Kalaupun perlu rawatan lain kami ada hotel atau penginapan yang bisa dipakai sebagai safe house. Kemudian jika ada yang penuh juga bisa kami carikan ke jaringan rumah sakit yang lainnya sehingga aliran layanan terkontrol. Kami juga bekerjasama dengan RS swasta,” ungkapnya.
Terkait Bed Occupancy Rate (BOR), dr. Fathema menjelaskan bahwa biarpun tempat tidur terus ditambah, BOR tetap ikut naik. Untuk saat ini BOR di angka 80-90 persen. Artinya meski tambah terus ruang isolasi atau ICU di RS, BOR tetap tinggi dan naik, artiinya memang terjadi peningkatan jumlah pasien yang terkena COvid 19-bertambah secara signifikan.
Meski begitu, penambahan pasien ini tidak bisa direspon dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas RS saja. Justru yang harus dilakukan adalah lebih giat lagi melaksanakan 3T (Tracing, Testing, Treatment) serta bagaimana pelayanan di primary health care. Untuk tracing dan testing, perlu berbarengan dengan pemerintah daerah dan primary health care seperti Puskesmas.
Bagaimana memastikan orang yang tertular (status kontak) sudah diisolasi terlebih dahulu sebelum hasil tesnya keluar. Sebab kalau menunggu hasil tes baru dilakukan isolasi, maka sudah terlambat dalam hal pencegahan penularan. “Perlu dipahami bahwa testing, tracing, dan isolasi adalah langkah awal mengurangi jumlah hunian di rawat inap dan jumlah kematian ICU.
Menurut dr. Fathema, sebenarnya rumah sakit adalah garda atau terminal terakhir. Tapi yang disebut garda depan itu adalah primary healthcare seperti puskesmas dan klinik-klinik yang perannya harus ditingkatkan.
Lihat Juga: Covid-19 Kembali Serang Singapura, Ini Langkah Kemenkes untuk Halau Penyebarannya di Indonesia
Terkait Bed Occupancy Rate (BOR), dr. Fathema menjelaskan bahwa biarpun tempat tidur terus ditambah, BOR tetap ikut naik. Untuk saat ini BOR di angka 80-90 persen. Artinya meski tambah terus ruang isolasi atau ICU di RS, BOR tetap tinggi dan naik, artiinya memang terjadi peningkatan jumlah pasien yang terkena COvid 19-bertambah secara signifikan.
Meski begitu, penambahan pasien ini tidak bisa direspon dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas RS saja. Justru yang harus dilakukan adalah lebih giat lagi melaksanakan 3T (Tracing, Testing, Treatment) serta bagaimana pelayanan di primary health care. Untuk tracing dan testing, perlu berbarengan dengan pemerintah daerah dan primary health care seperti Puskesmas.
Baca Juga
Bagaimana memastikan orang yang tertular (status kontak) sudah diisolasi terlebih dahulu sebelum hasil tesnya keluar. Sebab kalau menunggu hasil tes baru dilakukan isolasi, maka sudah terlambat dalam hal pencegahan penularan. “Perlu dipahami bahwa testing, tracing, dan isolasi adalah langkah awal mengurangi jumlah hunian di rawat inap dan jumlah kematian ICU.
Menurut dr. Fathema, sebenarnya rumah sakit adalah garda atau terminal terakhir. Tapi yang disebut garda depan itu adalah primary healthcare seperti puskesmas dan klinik-klinik yang perannya harus ditingkatkan.
Lihat Juga: Covid-19 Kembali Serang Singapura, Ini Langkah Kemenkes untuk Halau Penyebarannya di Indonesia
(wur)
tulis komentar anda