Mengenal Sindrom Stendhal, Gangguan Fisik dan Mental yang Disebabkan Keindahan Karya Seni

Senin, 08 Maret 2021 - 08:31 WIB
Kondisi psikosomatis bisa terjadi ketika seseorang terpapar benda, karya seni, atau fenomena keindahan yang luar biasa. Foto/Comstock/Getty Images
JAKARTA - Sindrom Stendhal adalah kondisi psikosomatis yang melibatkan detak jantung yang cepat, pingsan, kebingungan, dan bahkan halusinasi. Kondisi ini terjadi ketika seseorang terpapar benda, karya seni , atau fenomena keindahan yang luar biasa.

Sekitar dua tahun lalu, seorang pria pernah mengalami serangan jantung ketika mengagumi lukisan terkenal dari seniman Renaissance Sandro Botticelli, The Birth of Venus di Galeri Uffizi, di Florence, Italia. Keindahan luar biasa dari karya seni tersebut telah menyebabkan serangan jantung.

Meski tampak aneh, ada sejarah yang cukup panjang di balik anggapan bahwa seni bisa begitu membebani hingga menyebabkan penyakit fisik. Sindrom Stendhal, istilah yang diciptakan oleh Graziella Magherini, psikiater Italia pada 1989.





Anekdot yang menggambarkan efek hebat dari karya seni luar biasa pada manusia, berasal dari setidaknya abad ke-19. Magherini pertama kali menggambarkan fenomena ini dalam sebuah buku yang dia terbitkan pada 1989, berjudul La Sindrome di Stendhal (The Stendhal Syndrome).

Nama tersebut berdasarkan sebuah episode yang dijelaskan oleh penulis Prancis, Stendhal, dalam memoar perjalanannya ke Naples dan Florence: A Journey from Milan to Reggio, tentang perjalanan yang dia lakukan melalui Italia pada 1817.

Rasa kagum yang dialami karena berada di dekat begitu banyak monumen bersejarah dan seni yang mengesankan diduga membuat jantung penulis berdebar-debar dan menjadikannya pingsan.

Seorang profesor dan pem

Magherini melanjutkan, sindrom ini memengaruhi terutama individu yang sangat sensitif yang menjadi lebih mudah terpengaruh oleh objek seni yang mereka temui saat berada di luar negeri, dalam konteks asing. Tidak ada bukti ilmiah untuk mendefinisikan sindrom Stendhal sebagai gangguan kejiwaan tertentu. Namun, ada bukti bahwa area otak yang sama yang terlibat dalam respons emosional diaktifkan selama paparan seni.

Sindrom ini tidak terdaftar sebagai kondisi yang dikenali dalam manual diagnostik dan statistik gangguan mental.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More