Perempuan Berperan untuk Bangun Ketangguhan Bencana
Senin, 26 April 2021 - 21:38 WIB
JAKARTA - Perempuan diketahui memiliki jiwa melindungi yang tinggi pada anak dan keluarga, sehingga dengan bekal pengetahuan yang memadai, kaum hawa dapat menjadi agen perubahan dalam membentuk kesiapsiagaan dan ketangguhan terhadap bencana.
Kepala Dinas PPAP DKI Jakarta Tuty Kusumawati menyebut, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dalam kejadian bencana 60%-70% korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Padahal perempuan memiliki peran yang strategis untuk dapat menjadi pelopor ketangguhan bencana mulai dari tingkat keluarga.
"Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan salah satu hal yang esensial untuk dimiliki oleh masyarakat, termasuk kaum perempuan yang sudah seharusnya memiliki kesiapsiagaan mengingat jumlah korban bencana sebagian besar adalah perempuan. Karena itu peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana mutlak diperlukan oleh perempuan,” papar Tuty dalam Webinar “Perempuan Tangguh Bencana untuk Keluarga yang Tangguh Bencana” yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DKI Jakarta bersama Wahana Visi Indonesia (WVI), Senin (26/4).
Menurut Tuty, perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan bencana dan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuan serta wawasannya tentang kesiapsiagaan bencana kepada anak-anaknya, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Rian Sarsono menyampaikan, dalam setiap kejadian bencana, terlihat perempuan memiliki jiwa untuk melindungi anak, melindungi keluarga.
“Dalam kondisi bencana, perempuan biasanya masih memikirkan kondisi anaknya, kondisi keluarganya. Maka, sangat tepat menjadikan perempuan sebagai agen perubahan untuk membangun budaya sadar bencana dimulai dari lingkungan keluarga,” terang Rian.
Sementara itu, sejak awal tahun hingga April 2021, WVI melakukan respons bencana pada kejadian gempa di Sulawesi Barat, banjir di DKI Jakarta, dan dampak siklon tropis seroja di Nusa Tenggara Timur. Selain itu, sejak Maret 2020 WVI melakukan respons COVID-19 Pandemic Emergency Response di 14 provinsi yang menjangkau 1.373.843 masyarakat dan 333.173 anak-anak, juga Papua Education in Emergency Response di Jayawijaya dan Jayapura.
Tidak hanya melakukan respons saat terjadi bencana, WVI juga membangun masyarakat untuk tangguh bencana, termasuk pada satuan pendidikan (sekolah). WVI mendampingi dan melatih komunitas masyakarat, pemerintah daerah, dan sekolah untuk memiliki rencana kesiapsiagaan bencana.
Selama kurun waktu 2018-2020, WVI telah memfasilitasi pembuatan Rencana Kontinjensi Bencana di 125 desa/kelurahan di 35 Kabupaten/Kota, membangun kapasitas 125 Tim Siaga Bencana Desa (TSBD), serta melaksanakan 92 kali simulasi bencana. WVI juga melibatkan perempuan dalam setiap respons, mulai dari tanggap darurat hingga pemulihan pascabencana.
Selain itu WVI juga melibatkan perempuan dalam setiap respons, mulai dari tanggap darurat hingga pemulihan pascabencana.
Kepala Dinas PPAP DKI Jakarta Tuty Kusumawati menyebut, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dalam kejadian bencana 60%-70% korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Padahal perempuan memiliki peran yang strategis untuk dapat menjadi pelopor ketangguhan bencana mulai dari tingkat keluarga.
"Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan salah satu hal yang esensial untuk dimiliki oleh masyarakat, termasuk kaum perempuan yang sudah seharusnya memiliki kesiapsiagaan mengingat jumlah korban bencana sebagian besar adalah perempuan. Karena itu peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana mutlak diperlukan oleh perempuan,” papar Tuty dalam Webinar “Perempuan Tangguh Bencana untuk Keluarga yang Tangguh Bencana” yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DKI Jakarta bersama Wahana Visi Indonesia (WVI), Senin (26/4).
Menurut Tuty, perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan bencana dan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuan serta wawasannya tentang kesiapsiagaan bencana kepada anak-anaknya, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Rian Sarsono menyampaikan, dalam setiap kejadian bencana, terlihat perempuan memiliki jiwa untuk melindungi anak, melindungi keluarga.
“Dalam kondisi bencana, perempuan biasanya masih memikirkan kondisi anaknya, kondisi keluarganya. Maka, sangat tepat menjadikan perempuan sebagai agen perubahan untuk membangun budaya sadar bencana dimulai dari lingkungan keluarga,” terang Rian.
Sementara itu, sejak awal tahun hingga April 2021, WVI melakukan respons bencana pada kejadian gempa di Sulawesi Barat, banjir di DKI Jakarta, dan dampak siklon tropis seroja di Nusa Tenggara Timur. Selain itu, sejak Maret 2020 WVI melakukan respons COVID-19 Pandemic Emergency Response di 14 provinsi yang menjangkau 1.373.843 masyarakat dan 333.173 anak-anak, juga Papua Education in Emergency Response di Jayawijaya dan Jayapura.
Tidak hanya melakukan respons saat terjadi bencana, WVI juga membangun masyarakat untuk tangguh bencana, termasuk pada satuan pendidikan (sekolah). WVI mendampingi dan melatih komunitas masyakarat, pemerintah daerah, dan sekolah untuk memiliki rencana kesiapsiagaan bencana.
Baca Juga
Selama kurun waktu 2018-2020, WVI telah memfasilitasi pembuatan Rencana Kontinjensi Bencana di 125 desa/kelurahan di 35 Kabupaten/Kota, membangun kapasitas 125 Tim Siaga Bencana Desa (TSBD), serta melaksanakan 92 kali simulasi bencana. WVI juga melibatkan perempuan dalam setiap respons, mulai dari tanggap darurat hingga pemulihan pascabencana.
Selain itu WVI juga melibatkan perempuan dalam setiap respons, mulai dari tanggap darurat hingga pemulihan pascabencana.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda