Covid-19 di Indonesia Terus Melonjak, Ini yang akan Dilakukan Pemerintah
Jum'at, 18 Juni 2021 - 10:09 WIB
JAKARTA - Kasus Covid-19 di Indonesia terus melonjak. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pun sudah memprediksi akan ada kenaikan konfirmasi positif Covid-19 yang tinggi di akhir Juni 2021.
Hal tersebut, kata Menkes Budi, berdasarkan pengalaman empiris di setiap libur panjang sebelumnya, yaitu libur Natal dan tahun baru, libur panjang Idul Fitri, dan libur panjang lainnya biasanya kenaikan kasus Covid-19 itu akan mencapai puncaknya sekitar 5 sampai 7 pekan.
"Jadi kemungkinan kenaikan kasus (Covid-19) diperkirakan akan sampai puncaknya di akhir bulan Juni. Sehingga arahan bapak Presiden atau lebih pastikan bahwa seluruh daerah tetap menjalankan disiplin protokol kesehatan 3 M," kata Menkes Budi di awal Juni 2021 lalu.
Dengan demikian, kesiapan rumah sakit perlu dipastikan, terutama ketersediaan tempat tidur. Kapasitas tempat tidur di Indonesia saat ini sebanyak 72 ribu.
Tak hanya kesiapan rumah sakit, Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menyarankan agar dilakukan pengetatan PPKM Mikro , bahkan menerapkan mikro lockdown sebagai upaya menurunkan kurva kasus Covid-19.
"Tentunya puncak kasus itu masih bisa kami tekan, ya. Artinya kami bisa melandaikan kurva. Bagaimana mengatasi pandemi, ya, melandaikan kurva. Ini yang terus kami atasi," ungkap Siti Nadia.
"Jadi memang betul-betul apa yang artinya melakukan PPKM mikro, melakukan evaluasi, kapan harus melakukan mikro lockdown atau pengetatan tertentu ini harus dilakukan berdasarkan analisa daerah per daerah," lanjutnya.
Hal serupa juga disampaikan Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, bahwa salah satu upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk menurunkan kurva kasus Covid-19 adalah memperketat PPKM Mikro.
"Pemerintah harus menyiapkan strategi pengetatan PPKM Mikro sebagai opsi darurat untuk meredam lonjakan kasus yang bisa sangat begitu besar," ujar Dicky Budiman.
Selain itu, Dicky menambahkan, pemerintah juga mesti memperluas cakupan 3T di masyarakat. Meski, Indonesia memiliki keterbatasan dalam surveilans genomic-nya di tengah lonjakan kasus. "Minim sekali 3T-nya di tengah positivity rate Covid-19 tinggi, jauh di atas 5 persen. Jadi harus diperkuat lagi 3T-nya," tutup Dicky.
Hal tersebut, kata Menkes Budi, berdasarkan pengalaman empiris di setiap libur panjang sebelumnya, yaitu libur Natal dan tahun baru, libur panjang Idul Fitri, dan libur panjang lainnya biasanya kenaikan kasus Covid-19 itu akan mencapai puncaknya sekitar 5 sampai 7 pekan.
"Jadi kemungkinan kenaikan kasus (Covid-19) diperkirakan akan sampai puncaknya di akhir bulan Juni. Sehingga arahan bapak Presiden atau lebih pastikan bahwa seluruh daerah tetap menjalankan disiplin protokol kesehatan 3 M," kata Menkes Budi di awal Juni 2021 lalu.
Dengan demikian, kesiapan rumah sakit perlu dipastikan, terutama ketersediaan tempat tidur. Kapasitas tempat tidur di Indonesia saat ini sebanyak 72 ribu.
Tak hanya kesiapan rumah sakit, Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menyarankan agar dilakukan pengetatan PPKM Mikro , bahkan menerapkan mikro lockdown sebagai upaya menurunkan kurva kasus Covid-19.
"Tentunya puncak kasus itu masih bisa kami tekan, ya. Artinya kami bisa melandaikan kurva. Bagaimana mengatasi pandemi, ya, melandaikan kurva. Ini yang terus kami atasi," ungkap Siti Nadia.
"Jadi memang betul-betul apa yang artinya melakukan PPKM mikro, melakukan evaluasi, kapan harus melakukan mikro lockdown atau pengetatan tertentu ini harus dilakukan berdasarkan analisa daerah per daerah," lanjutnya.
Hal serupa juga disampaikan Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, bahwa salah satu upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk menurunkan kurva kasus Covid-19 adalah memperketat PPKM Mikro.
"Pemerintah harus menyiapkan strategi pengetatan PPKM Mikro sebagai opsi darurat untuk meredam lonjakan kasus yang bisa sangat begitu besar," ujar Dicky Budiman.
Selain itu, Dicky menambahkan, pemerintah juga mesti memperluas cakupan 3T di masyarakat. Meski, Indonesia memiliki keterbatasan dalam surveilans genomic-nya di tengah lonjakan kasus. "Minim sekali 3T-nya di tengah positivity rate Covid-19 tinggi, jauh di atas 5 persen. Jadi harus diperkuat lagi 3T-nya," tutup Dicky.
(dra)
Lihat Juga :
tulis komentar anda