Masuk Kelompok Generasi Sandwich, Wanita 30 Tahunan Rentan Alami Stres Berat
Selasa, 17 Agustus 2021 - 10:10 WIB
JAKARTA - Anda pernah dengar istilah generasi sandwich? Atau ada orang di sekitar Anda yang mengeluhkan dirinya saat ini jadi generasi sandwich?
Generasi sandwich cukup berisiko mengalami masalah kesehatan mental . Salah satu penyebabnya adalah tekanan yang datang dari atas maupun bawah. Maksudnya, karena memiliki tuntutan untuk menyanggupi kehidupan diri sendiri dan keluarga, terutama orangtua yang sudah lanjut usia, pribadi ini rentan merasa tidak pernah cukup.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Pondok Indah Jakarta dr Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ menerangkan makna generasi sandwich.
"Generasi sandwich adalah suatu istilah yang merujuk pada sekelompok individu yang 'terjepit' di antara tuntutan simultan dalam merawat orangtuanya yang telah lanjut usia sekaligus merawat anak-anaknya yang masih bergantung padanya baik secara fisik, mental-emosional, maupun finansial," kata dr Zulvia mengacu pada teori Ward & Spitze (1998) melalui keterangan tertulis, Selasa (17/8).
Istilah generasi sandwich muncul pertama kali dari dua pekerja sosial bernama Dorothy Miller dan Elaine Broody pada 1981 untuk menggambarkan pelaku rawat (caregiver) yang terjepit di antara dua generasi.
"Sebagai pelaku rawat individu yang berada di generasi sandwich ini, umumnya mereka dituntut untuk memberikan dukungan fisik, mental-emosional, dan finansial baik bagi anak-anaknya dan juga orangtua yang telah lanjut usia," terangnya.
Dokter Zulvia melanjutkan, "Secara umum karakteristik individu yang berada di generasi sandwich biasanya adalah pria maupun wanita berusia 30 tahun ke atas yang telah menikah dan bekerja."
Jadi, generasi sandwich ini menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan serta layanan seperti transportasi, pengaturan makan, perawatan kesehatan, dan urusan rumah tangga lain, baik bagi anak-anak maupun orangtuanya.
Lebih lanjut survei di Amerika Serikat pada 2007 menunjukkan bahwa generasi sandwich yang terdiri dari usia 35-54 tahun mengalami tingkat stres lebih tinggi karena dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orangtua mereka.
"Hampir 40% wanita generasi sandwich mengalami tingkat stres yang ekstrem. Stres ini tidak hanya memengaruhi relasi personal terhadap pasangan, anak, dan keluarga, tapi juga kesejahteraan diri sendiri," terang laporan survei tersebut.
Generasi sandwich cukup berisiko mengalami masalah kesehatan mental . Salah satu penyebabnya adalah tekanan yang datang dari atas maupun bawah. Maksudnya, karena memiliki tuntutan untuk menyanggupi kehidupan diri sendiri dan keluarga, terutama orangtua yang sudah lanjut usia, pribadi ini rentan merasa tidak pernah cukup.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Pondok Indah Jakarta dr Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ menerangkan makna generasi sandwich.
"Generasi sandwich adalah suatu istilah yang merujuk pada sekelompok individu yang 'terjepit' di antara tuntutan simultan dalam merawat orangtuanya yang telah lanjut usia sekaligus merawat anak-anaknya yang masih bergantung padanya baik secara fisik, mental-emosional, maupun finansial," kata dr Zulvia mengacu pada teori Ward & Spitze (1998) melalui keterangan tertulis, Selasa (17/8).
Istilah generasi sandwich muncul pertama kali dari dua pekerja sosial bernama Dorothy Miller dan Elaine Broody pada 1981 untuk menggambarkan pelaku rawat (caregiver) yang terjepit di antara dua generasi.
"Sebagai pelaku rawat individu yang berada di generasi sandwich ini, umumnya mereka dituntut untuk memberikan dukungan fisik, mental-emosional, dan finansial baik bagi anak-anaknya dan juga orangtua yang telah lanjut usia," terangnya.
Dokter Zulvia melanjutkan, "Secara umum karakteristik individu yang berada di generasi sandwich biasanya adalah pria maupun wanita berusia 30 tahun ke atas yang telah menikah dan bekerja."
Jadi, generasi sandwich ini menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan serta layanan seperti transportasi, pengaturan makan, perawatan kesehatan, dan urusan rumah tangga lain, baik bagi anak-anak maupun orangtuanya.
Lebih lanjut survei di Amerika Serikat pada 2007 menunjukkan bahwa generasi sandwich yang terdiri dari usia 35-54 tahun mengalami tingkat stres lebih tinggi karena dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orangtua mereka.
"Hampir 40% wanita generasi sandwich mengalami tingkat stres yang ekstrem. Stres ini tidak hanya memengaruhi relasi personal terhadap pasangan, anak, dan keluarga, tapi juga kesejahteraan diri sendiri," terang laporan survei tersebut.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda