5 Mitos Soal Antibiotik yang Tak terbukti Kebenarannya, Jangan Dipercaya
Jum'at, 12 Agustus 2022 - 15:28 WIB
2. Mitos: Antibiotik dikonsumsi seperti obat lainnya.
Fakta: Antibiotik memiliki aturan minum tersendiri. Berbeda dengan obat lain yang boleh dihentikan saat keluhan mereda, antibiotik hanya boleh dihentikan saat obat yang diberikan oleh dokter habis—walaupun keluhan sudah mereda. Ini penting agar semua bakteri “jahat” mati dan tidak tersisa.
Sayangnya, karena kurangnya informasi, banyak sekali pengguna yang menyalahi aturan ini. Mereka akan menghentikan penggunaan segera setelah keluhan mereda, meskipun obat belum habis.
Perlu diketahui bahwa penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan aturannya, akan meningkatkan resiko resistensi terhadap antibiotik. Artinya, tubuh menjadi kebal terhadap antibiotik, sehingga jika ada bakteri yang hinggap dalam tubuh pada kemudian hari, bakteri tersebut tidak akan mati dengan pemberian antibiotik yang sama.
Jadi, jika Anda mendapatkan terapi antibiotik dari dokter, konsumsilah obat tersebut sesuai dengan anjuran dan habiskan. Dengan demikian, bakteri yang ada di dalam tubuh benar-benar mati dan menurunkan risiko resistensi antibiotik.
3. Mitos: Antibiotik sisa boleh dikonsumsi saat sakit pada kemudian hari.
Fakta: Antibiotik yang diberikan untuk satu penyakit akan berbeda dengan penyakit yang lain. Contohnya, antibiotik yang diberikan untuk penyakit infeksi saluran kemih akan berbeda dengan antibiotik untuk penyakit infeksi saluran pernapasan. Karena itu, sisa dari antibiotik penyakit sebelumnya tidak seharusnya diberikan saat Anda mengalami penyakit infeksi yang lain.
Jika Anda mendengar bahwa penyakit teman atau tetangga Anda sembuh karena antibiotik A, bukan berarti antibiotik A bisa Anda gunakan untuk mengobati penyakit yang Anda alami.
4. Mitos: Antibiotik dapat menyembuhkan radang tenggorokan
Fakta: Antibiotik memiliki aturan minum tersendiri. Berbeda dengan obat lain yang boleh dihentikan saat keluhan mereda, antibiotik hanya boleh dihentikan saat obat yang diberikan oleh dokter habis—walaupun keluhan sudah mereda. Ini penting agar semua bakteri “jahat” mati dan tidak tersisa.
Sayangnya, karena kurangnya informasi, banyak sekali pengguna yang menyalahi aturan ini. Mereka akan menghentikan penggunaan segera setelah keluhan mereda, meskipun obat belum habis.
Perlu diketahui bahwa penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan aturannya, akan meningkatkan resiko resistensi terhadap antibiotik. Artinya, tubuh menjadi kebal terhadap antibiotik, sehingga jika ada bakteri yang hinggap dalam tubuh pada kemudian hari, bakteri tersebut tidak akan mati dengan pemberian antibiotik yang sama.
Jadi, jika Anda mendapatkan terapi antibiotik dari dokter, konsumsilah obat tersebut sesuai dengan anjuran dan habiskan. Dengan demikian, bakteri yang ada di dalam tubuh benar-benar mati dan menurunkan risiko resistensi antibiotik.
3. Mitos: Antibiotik sisa boleh dikonsumsi saat sakit pada kemudian hari.
Fakta: Antibiotik yang diberikan untuk satu penyakit akan berbeda dengan penyakit yang lain. Contohnya, antibiotik yang diberikan untuk penyakit infeksi saluran kemih akan berbeda dengan antibiotik untuk penyakit infeksi saluran pernapasan. Karena itu, sisa dari antibiotik penyakit sebelumnya tidak seharusnya diberikan saat Anda mengalami penyakit infeksi yang lain.
Jika Anda mendengar bahwa penyakit teman atau tetangga Anda sembuh karena antibiotik A, bukan berarti antibiotik A bisa Anda gunakan untuk mengobati penyakit yang Anda alami.
4. Mitos: Antibiotik dapat menyembuhkan radang tenggorokan
Lihat Juga :
tulis komentar anda