Seperti Ini Gejala dan Penyebab Seseorang Hiperseksualitas
Rabu, 01 Juli 2020 - 09:31 WIB
JAKARTA - Hiperseksualitas memiliki beberapa gejala yang dapat diketahui. Gejala tersebut meliputi punya fantasi, dorongan, serta perilaku seksual berulang maupun intens yang menghabiskan banyak waktu dan merasa seolah-olah itu di luar kendali.
Mereka yang mengalami hiperseksualitas merasa terdorong untuk melakukan perilaku seksual tertentu, merasakan pelepasan ketegangan sesudahnya, tetapi juga merasa bersalah atau menyesal. Di sisi lain, ia gagal pula untuk mengurangi atau mengendalikan fantasi, dorongan, atau perilaku seksual. ( )
Hiperseksualitas juga digunakan sebagai pelarian dari masalah lain, seperti kesepian, depresi, kecemasan, atau stres. Selain itu, hiperseksualitas bisa membuat seseorang terus terlibat dalam perilaku seksual yang memiliki konsekuensi serius, seperti potensi untuk mendapatkan atau memberi orang lain infeksi menular seksual, kehilangan hubungan penting, masalah di tempat kerja, kesulitan keuangan, atau masalah hukum.
Adapun gejala lain yang ditunjukkan dari hipersekseksualitas adalah mengalami kesulitan membangun serta mempertahankan hubungan yang sehat dan stabil. Pada dasarnya, penyebab seseorang hiperseksualitas tidak jelas. Namun, kondisi ini dapat mencakup ketidakseimbangan bahan kimia otak alami.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, bahan kimia tertentu di otak (neurotransmiter) seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin membantu mengatur suasana hati. Pada jumlah bahan kimia yang tinggi, terkait dengan perilaku seksual kompulsif, hipeseksualitas juga dapat disebabkan oleh perubahan jalur otak. Di mana perilaku seksual kompulsif dapat menjadi kecanduan yang seiring waktu bisa menyebabkan perubahan pada sirkuit saraf otak, terutama di pusat-pusat penguatan otak.
Seperti kecanduan lain, konten dan stimulasi seksual yang lebih intensif biasanya dibutuhkan seiring waktu untuk mendapatkan kepuasan atau kelegaan.
Penyakit atau masalah kesehatan tertentu, seperti epilepsi dan demensia, dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang memengaruhi perilaku seksual. Selain itu, pengobatan penyakit parkinson dengan beberapa obat agonis dopamin dapat menyebabkan perilaku seksual kompulsif. ( )
Hiperseksualitas dapat terjadi pada pria dan wanita, meskipun mungkin lebih umum pada pria. Kondisi ini bisa mempengaruhi siapa saja, terlepas dari orientasi seksualnya.
Sementara itu, peningkatan risiko perilaku seksual kompulsif dapat terjadi pada orang yang memiliki masalah alkohol atau penyalahgunaan narkoba, kondisi kesehatan mental lain seperti gangguan suasana hati (depresi atau kecemasan) atau kecanduan judi, konflik keluarga, atau anggota keluarga dengan masalah seperti kecanduan serta riwayat pelecehan fisik atau seksual.
Mereka yang mengalami hiperseksualitas merasa terdorong untuk melakukan perilaku seksual tertentu, merasakan pelepasan ketegangan sesudahnya, tetapi juga merasa bersalah atau menyesal. Di sisi lain, ia gagal pula untuk mengurangi atau mengendalikan fantasi, dorongan, atau perilaku seksual. ( )
Hiperseksualitas juga digunakan sebagai pelarian dari masalah lain, seperti kesepian, depresi, kecemasan, atau stres. Selain itu, hiperseksualitas bisa membuat seseorang terus terlibat dalam perilaku seksual yang memiliki konsekuensi serius, seperti potensi untuk mendapatkan atau memberi orang lain infeksi menular seksual, kehilangan hubungan penting, masalah di tempat kerja, kesulitan keuangan, atau masalah hukum.
Adapun gejala lain yang ditunjukkan dari hipersekseksualitas adalah mengalami kesulitan membangun serta mempertahankan hubungan yang sehat dan stabil. Pada dasarnya, penyebab seseorang hiperseksualitas tidak jelas. Namun, kondisi ini dapat mencakup ketidakseimbangan bahan kimia otak alami.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, bahan kimia tertentu di otak (neurotransmiter) seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin membantu mengatur suasana hati. Pada jumlah bahan kimia yang tinggi, terkait dengan perilaku seksual kompulsif, hipeseksualitas juga dapat disebabkan oleh perubahan jalur otak. Di mana perilaku seksual kompulsif dapat menjadi kecanduan yang seiring waktu bisa menyebabkan perubahan pada sirkuit saraf otak, terutama di pusat-pusat penguatan otak.
Seperti kecanduan lain, konten dan stimulasi seksual yang lebih intensif biasanya dibutuhkan seiring waktu untuk mendapatkan kepuasan atau kelegaan.
Penyakit atau masalah kesehatan tertentu, seperti epilepsi dan demensia, dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang memengaruhi perilaku seksual. Selain itu, pengobatan penyakit parkinson dengan beberapa obat agonis dopamin dapat menyebabkan perilaku seksual kompulsif. ( )
Hiperseksualitas dapat terjadi pada pria dan wanita, meskipun mungkin lebih umum pada pria. Kondisi ini bisa mempengaruhi siapa saja, terlepas dari orientasi seksualnya.
Sementara itu, peningkatan risiko perilaku seksual kompulsif dapat terjadi pada orang yang memiliki masalah alkohol atau penyalahgunaan narkoba, kondisi kesehatan mental lain seperti gangguan suasana hati (depresi atau kecemasan) atau kecanduan judi, konflik keluarga, atau anggota keluarga dengan masalah seperti kecanduan serta riwayat pelecehan fisik atau seksual.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda