Ketidakseimbangan Hormon Estradiol Berisiko Picu Kanker Payudara

Sabtu, 21 Januari 2023 - 16:44 WIB
loading...
Ketidakseimbangan Hormon...
Peneliti dan Ahli Herbal dari Kementerian Kesehatan, Dr. Jusuf Kristianto, MM, MHA, MPH, PhD, menjelaskan, terdapat banyak faktor pemicu kanker payudara. / Foto: Syifa Fauziah
A A A
JAKARTA - Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang sangat menakutkan di Indonesia, lantaran kasusnya cukup tinggi. Diperkirakan penderita kanker payudara bertambah sekitar 65 ribu kasus baru setiap tahunnya.

Peneliti dan Ahli Herbal dari Kementerian Kesehatan, Dr. Jusuf Kristianto, MM, MHA, MPH, PhD, menjelaskan, terdapat banyak faktor pemicu kanker payudara , mulai dari genetik, tidak pernah menyusui, mengonsumsi obat-obatan dalam waktu lama, usia, dan menstruasi dini.

"Jadi biasanya terjadi pada wanita yang menstruasi di bawah usia 10 tahun mempunyai risiko lebih besar," ujar Dr Jusuf saat ditemui dalam acara seminar dan deteksi dini kanker payudara di Pelataran FIB UI, Depok, Sabtu (21/1/2023).

Baca juga: Ancaman Kanker Payudara Meningkat, Komunitas Bakul Budaya Gelar Program Dekap Indonesia Sehat

Menurut Dr. Jusuf, hal itu terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormon estradiol di dalam tubuh wanita yang menyebabkan menstruasi dini di bawah usia 10 tahun. Akan tetapi, pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat juga sangat memengaruhi jumlah hormon estradiol dalam tubuh setiap wanita.

"Kata kuncinya karena hormonal, jadi semakin hormonal in balance, risiko (kanker payudara) tinggi. Ibarat baterai aja sering dipakai cepat habis hormon terganggu, menopause lebih cepat. Usia mens normal dan risiko kanker rendah," jelasnya.

Lebih lanjut, dia mengutarakan bahwa usia normal menstruasi adalah 16-18 tahun. Namun, saat ini banyak remaja yang sudah mens di bawah usia itu. Hal itu dipengaruhi faktor gaya hidup.

Baca juga: Masyarakat Indonesia Kurang Peduli Lakukan Sadari untuk Cegah Kanker Payudara

"Konsumsi makanan sehat, berat badan diatur. Karena dulu orang Indonesia punya kebanggaan kalau anak gemuk. Itu harus hati-hati, punya badan gemuk sangat berisiko karena berat badan tambah besar bisa kegemukan, serangan jantung dan lain-lain. Mending anak sehat daripada gemuk," pungkasnya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1598 seconds (0.1#10.140)