Ini Mitos-Mitos Burung Perkutut yang Berkembang dan Masih Dipercaya di Jawa
loading...
A
A
A
Indonesia masuk dalam jajaran 5 negara dengan populasi burung terbanyak di dunia. Fakta tersebut terungkap berdasarkan data yang ada di laman Mongabay.
Indonesia disebutkan memiliki setidaknya 1.711 spesies burung. Dari jumlah tersebut, 160 spesies di antaranya terancam punah.
Salah satu spesies yang banyak terdapat di Indonesia adalah geopelia striata atau perkutut jawa . Dalam Biotropic: The Journal of Tropical Biology (2022) dengan tajuk ‘Variasi Morfologi Burung Perkutut Berdasarkan Ras dan Warna Bulu yang Diternakkan di Daerah Istimewa Yogyakarta’, dikatakan bahwa perkutut juga sangat banyak ditemukan di berbagai negara Asia Tenggara lain seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia.
Burung tersebut memiliki ukuran tubuh yang sangat mini dengan panjang 22 cm dan warna tubuh gelap kecokelatan. Perkutut biasa memakan benih gulma dan serangga, serta rerumputan. Maka itu, perkutut bisa dimanfaatkan sebagai pengontrol alami serangga dan gulma.
Burung perkutut juga mempunyai ukuran kepala yang lebih kecil jika dibandingkan dengan badannya. Umumnya, badan perkutut berwarna abu-abu dan berbentuk bulat. Paruhnya panjang dan runcing, serta memiliki warna keabu-abuan.
Di Pulau Jawa, perkutut sangat terkenal dan kerap dijadikan hewan peliharaan. Keberadaan perkutut juga terkadang dikaitkan dengan berbagai mitos yang banyak dipercaya.
Bagi masyarakat Jawa, burung perkutut adalah simbol kesempurnaan bagi seorang pria yang sudah mapan. Perkutut juga dipercaya sebagai simbol ketenteraman batin pemiliknya. Sebab, perkutut mempunyai suara yang sangat merdu dan tenang, sehingga akan memberikan ketenangan untuk sang pemilik.
Selain itu, perkutut juga dipercaya oleh masyarakat Jawa bisa menghidupkan rezeki seseorang. Beberapa pihak bahkan menganggap perkutut masih sangat berkaitan erat dengan hal-hal gaib. Maka itu, segelintir orang enggan memelihara burung jenis ini.
Beberapa mitos burung perkutut yang banyak dipercaya adalah, perkutut diyakini mampu berubah menjadi ular. Selain itu, burung perkutut juga dikatakan mampu hidup di dua alam, yakni alam nyata dan alam gaib.
Keberadaan mitos ini bermula dari kisah legenda di era Kerajaan Majapahit. Seekor perkutut Joko Mangu, yang merupakan perkutut kesayangan raja, diyakini menjadi titisan pangeran. Sejak saat itu, masyarakat Jawa menganggap perkutut adalah hewan yang sangat disakralkan.
Mitos lain, perkutut disebut menjadi sarana bagi praktik pesugihan. Anggapan ini berkembang seiring dengan kepercayaan bahwa perkutut bisa hidup di dua alam. Mereka yang melakukan pesugihan kutut manggung, maka akan memperoleh perubahan besar dalam hidupnya. Terutama, dalam hal rezeki.
Pesugihan ini mengharuskan para pelakunya untuk memelihara burung perkutut katuranggan. Mereka juga berkewajiban memberikan sesajen dan menghindari pantangan yang diberikan.
Sementara itu, ada 4 jenis burung perkutut yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Keempatnya adalah perkutut songgo ratu, perkutut lurah, perkutut putih, dan perkutut hitam.
Perkutut songgo ratu dipercaya mampu menolak berbagai jenis santet yang mengangkat kewibawaan pemiliknya. Selanjutnya, ada perkutut lurah yang biasa dipelihara oleh mereka dengan kedudukan atau jabatan bonafide.
Sama seperti perkutut songgo ratu, perkutut lurah juga mampu mendongkrak wibawa sang pemilik dan memancarkan auranya. Perkutut lurah mempunyai bulu yang lebih terang di bagian dada.
Perkutut putih juga masuk dalam jajaran perkutut yang dinilai memiliki kekuatan gaib. Sebenarnya, perkutut ini adalah albino yang tidak memiliki pigmen warna kulit. Jadi, seluruh bulunya memiliki warna putih. Masyarakat percaya bahwa perkutut ini bisa melindungi pemiliknya dari beragam bahaya.
Terakhir, ada perkutut hitam. Biasanya, masyarakat Jawa menyebut perkutut ini dengan sebutan kol buntet. Banyak orang percaya bahwa perkutut hitam adalah rajanya perkutut dan mampu membawa keberuntungan untuk si pemilik.
Dalam memelihara perkutut, masyarakat juga tidak boleh sembarangan. Masyarakat percaya bahwa memelihara perkutut haruslah ganjil. Berbagai sumber menyebut, memelihara perkutut dalam jumlah ganjil memiliki tujuan agar pemiliknya memiliki hidup yang berkelanjutan dan dapat berkembang. Meskipun demikian, banyak pula yang percaya bahwa memelihara burung perkutut sangat bebas jumlahnya, baik itu ganjil ataupun genap.
Indonesia disebutkan memiliki setidaknya 1.711 spesies burung. Dari jumlah tersebut, 160 spesies di antaranya terancam punah.
Salah satu spesies yang banyak terdapat di Indonesia adalah geopelia striata atau perkutut jawa . Dalam Biotropic: The Journal of Tropical Biology (2022) dengan tajuk ‘Variasi Morfologi Burung Perkutut Berdasarkan Ras dan Warna Bulu yang Diternakkan di Daerah Istimewa Yogyakarta’, dikatakan bahwa perkutut juga sangat banyak ditemukan di berbagai negara Asia Tenggara lain seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia.
Baca Juga
Burung tersebut memiliki ukuran tubuh yang sangat mini dengan panjang 22 cm dan warna tubuh gelap kecokelatan. Perkutut biasa memakan benih gulma dan serangga, serta rerumputan. Maka itu, perkutut bisa dimanfaatkan sebagai pengontrol alami serangga dan gulma.
Burung perkutut juga mempunyai ukuran kepala yang lebih kecil jika dibandingkan dengan badannya. Umumnya, badan perkutut berwarna abu-abu dan berbentuk bulat. Paruhnya panjang dan runcing, serta memiliki warna keabu-abuan.
Di Pulau Jawa, perkutut sangat terkenal dan kerap dijadikan hewan peliharaan. Keberadaan perkutut juga terkadang dikaitkan dengan berbagai mitos yang banyak dipercaya.
Bagi masyarakat Jawa, burung perkutut adalah simbol kesempurnaan bagi seorang pria yang sudah mapan. Perkutut juga dipercaya sebagai simbol ketenteraman batin pemiliknya. Sebab, perkutut mempunyai suara yang sangat merdu dan tenang, sehingga akan memberikan ketenangan untuk sang pemilik.
Selain itu, perkutut juga dipercaya oleh masyarakat Jawa bisa menghidupkan rezeki seseorang. Beberapa pihak bahkan menganggap perkutut masih sangat berkaitan erat dengan hal-hal gaib. Maka itu, segelintir orang enggan memelihara burung jenis ini.
Beberapa mitos burung perkutut yang banyak dipercaya adalah, perkutut diyakini mampu berubah menjadi ular. Selain itu, burung perkutut juga dikatakan mampu hidup di dua alam, yakni alam nyata dan alam gaib.
Keberadaan mitos ini bermula dari kisah legenda di era Kerajaan Majapahit. Seekor perkutut Joko Mangu, yang merupakan perkutut kesayangan raja, diyakini menjadi titisan pangeran. Sejak saat itu, masyarakat Jawa menganggap perkutut adalah hewan yang sangat disakralkan.
Mitos lain, perkutut disebut menjadi sarana bagi praktik pesugihan. Anggapan ini berkembang seiring dengan kepercayaan bahwa perkutut bisa hidup di dua alam. Mereka yang melakukan pesugihan kutut manggung, maka akan memperoleh perubahan besar dalam hidupnya. Terutama, dalam hal rezeki.
Pesugihan ini mengharuskan para pelakunya untuk memelihara burung perkutut katuranggan. Mereka juga berkewajiban memberikan sesajen dan menghindari pantangan yang diberikan.
Sementara itu, ada 4 jenis burung perkutut yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Keempatnya adalah perkutut songgo ratu, perkutut lurah, perkutut putih, dan perkutut hitam.
Perkutut songgo ratu dipercaya mampu menolak berbagai jenis santet yang mengangkat kewibawaan pemiliknya. Selanjutnya, ada perkutut lurah yang biasa dipelihara oleh mereka dengan kedudukan atau jabatan bonafide.
Sama seperti perkutut songgo ratu, perkutut lurah juga mampu mendongkrak wibawa sang pemilik dan memancarkan auranya. Perkutut lurah mempunyai bulu yang lebih terang di bagian dada.
Perkutut putih juga masuk dalam jajaran perkutut yang dinilai memiliki kekuatan gaib. Sebenarnya, perkutut ini adalah albino yang tidak memiliki pigmen warna kulit. Jadi, seluruh bulunya memiliki warna putih. Masyarakat percaya bahwa perkutut ini bisa melindungi pemiliknya dari beragam bahaya.
Terakhir, ada perkutut hitam. Biasanya, masyarakat Jawa menyebut perkutut ini dengan sebutan kol buntet. Banyak orang percaya bahwa perkutut hitam adalah rajanya perkutut dan mampu membawa keberuntungan untuk si pemilik.
Dalam memelihara perkutut, masyarakat juga tidak boleh sembarangan. Masyarakat percaya bahwa memelihara perkutut haruslah ganjil. Berbagai sumber menyebut, memelihara perkutut dalam jumlah ganjil memiliki tujuan agar pemiliknya memiliki hidup yang berkelanjutan dan dapat berkembang. Meskipun demikian, banyak pula yang percaya bahwa memelihara burung perkutut sangat bebas jumlahnya, baik itu ganjil ataupun genap.
(tsa)