Mengenal Aritmia, Gangguan Fungsi Jantung yang Sering Dialami Anak Muda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Aritmia adalah gangguan fungsi jantung akibat aktivitas listrik jantung yang abnormal. Artinya, detak jantung bisa tidak teratur, lebih cepat, atau lebih lambat dari normalnya.
Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia Heartology Cardiovascular Center dr Sunu Budhi Raharjo, SpJP(K) pada kondisi istirahat, detak jantung normal itu berkisar antara 60 hingga 100 kali per menit.
Nah, soal gejala aritmia jantung yang paling sering terjadi pada anak muda, kata dr Sunu, itu adalah jantung berdebar-debar. Gejala lain bisa berupa dada tidak nyaman, sesak napas, cepat capek, atau kliyengan. Pada kondisi lebih serius, aritmia jantung dapat menyebabkan stroke, sering pingsan, bahkan kematian mendadak.
"Pada anak muda, gejala aritmia yang paling umum terjadi adalah jantung berdebar-debar. Jadi, kalau jantung sering berdebar tanpa alasan pasti, ada baiknya lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat," kata dr Sunu saat ditemui di Hotel Horison Jakarta Selatan, Senin (30/1/2023).
Untuk pemeriksaannya sendiri, lanjut dr Sunu, biasanya akan dilakukan rekam jantung menggunakan elektrokardiografi (EKG). Selain itu, kadang diperlukan juga perekaman kontinyu selama beberapa hari, supaya mampu mendeteksi gangguan aritmia yang diderita dengan alat Holter Monitor.
Dokter Sunu menjelaskan, dirinya belum lama ini mendapat satu kasus aritmia pada anak muda. Dia berjenis kelamin laki-laki berusia 30 tahun dengan keluhan jantung berdebar yang dirasakan sudah setahun lalu. "Namun, rekaman EKG sering ditemukan normal," jelasnya.
Perekaman irama jantung secara kontinyu selama 24 jam berhasil mendeteksi adanya aritmia yang berupa denyut ekstra sebanyak hampir 25% dari keseluruhan denyut jantungnya.
Dokter Sunu melanjutkan, obat-obat sudah dikonsumsi, bahkan tindakan kateter ablasi sudah diupayakan di kota lain. Namun, keluhan belum membaik. Berdasarkan laporan pasien, kegiatan dan pekerjaan sehari-hari sangat terganggu dengan penyakitnya ini.
"Setelah melalui pemeriksaan menyeluruh, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan tindakan kateter ablasi 3 dimensi untuk hasil yang lebih presisi dan maksimal," ungkapnya.
Kateter ablasi adalah tindakan intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang digunakan untuk memandu dokter memetakan, melokalisir, dan menghancurkan jaringan penyebab impuls listrik tidak normal pada jantung.
"Pada pasien tersebut, setelah dilakukan ablasi konvensional, gangguan irama jantungnya belum membaik. Namun, dengan teknologi 3D, Alhamdulillah gangguan aritmia-nya berhasil disembuhkan, sehingga kualitas hidup pasien jauh lebih nyaman dan beliau tidak perlu minum obat lagi," papar dr Sunu.
Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia Heartology Cardiovascular Center dr Sunu Budhi Raharjo, SpJP(K) pada kondisi istirahat, detak jantung normal itu berkisar antara 60 hingga 100 kali per menit.
Nah, soal gejala aritmia jantung yang paling sering terjadi pada anak muda, kata dr Sunu, itu adalah jantung berdebar-debar. Gejala lain bisa berupa dada tidak nyaman, sesak napas, cepat capek, atau kliyengan. Pada kondisi lebih serius, aritmia jantung dapat menyebabkan stroke, sering pingsan, bahkan kematian mendadak.
"Pada anak muda, gejala aritmia yang paling umum terjadi adalah jantung berdebar-debar. Jadi, kalau jantung sering berdebar tanpa alasan pasti, ada baiknya lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat," kata dr Sunu saat ditemui di Hotel Horison Jakarta Selatan, Senin (30/1/2023).
Untuk pemeriksaannya sendiri, lanjut dr Sunu, biasanya akan dilakukan rekam jantung menggunakan elektrokardiografi (EKG). Selain itu, kadang diperlukan juga perekaman kontinyu selama beberapa hari, supaya mampu mendeteksi gangguan aritmia yang diderita dengan alat Holter Monitor.
Dokter Sunu menjelaskan, dirinya belum lama ini mendapat satu kasus aritmia pada anak muda. Dia berjenis kelamin laki-laki berusia 30 tahun dengan keluhan jantung berdebar yang dirasakan sudah setahun lalu. "Namun, rekaman EKG sering ditemukan normal," jelasnya.
Perekaman irama jantung secara kontinyu selama 24 jam berhasil mendeteksi adanya aritmia yang berupa denyut ekstra sebanyak hampir 25% dari keseluruhan denyut jantungnya.
Dokter Sunu melanjutkan, obat-obat sudah dikonsumsi, bahkan tindakan kateter ablasi sudah diupayakan di kota lain. Namun, keluhan belum membaik. Berdasarkan laporan pasien, kegiatan dan pekerjaan sehari-hari sangat terganggu dengan penyakitnya ini.
"Setelah melalui pemeriksaan menyeluruh, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan tindakan kateter ablasi 3 dimensi untuk hasil yang lebih presisi dan maksimal," ungkapnya.
Kateter ablasi adalah tindakan intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang digunakan untuk memandu dokter memetakan, melokalisir, dan menghancurkan jaringan penyebab impuls listrik tidak normal pada jantung.
"Pada pasien tersebut, setelah dilakukan ablasi konvensional, gangguan irama jantungnya belum membaik. Namun, dengan teknologi 3D, Alhamdulillah gangguan aritmia-nya berhasil disembuhkan, sehingga kualitas hidup pasien jauh lebih nyaman dan beliau tidak perlu minum obat lagi," papar dr Sunu.
(hri)