Puasa di Bulan Ramadan Jadi Cara Efektif Mengelola Depresi dan Kemarahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Puasa selama bulan Ramadan dapat menjadi cara yang efektif untuk mengelola depresi dan kemarahan . Selain itu, puasa juga bisa membantu untuk memperkuat pengendalian diri dan kesabaran.
Psikolog Klinis, dan Wakil Kepala Unit Layanan Psikologis di Hamad Medical Corporation (HMC) Ameera Al Ishaq mengatakan bahwa tradisi saat puasa dapat memiliki sejumlah manfaat mental dan emosional.
Selama Ramadan, keluarga akan duduk bersama untuk berbuka puasa setiap hari. Menurut Al Ishaq, kebiasaan ini dan lainnya selama Ramadan telah terbukti berdampak positif pada kesehatan mental.
“Manfaat ini sangat jelas bagi mereka yang mengalami depresi dan kesepian. Terlibat dalam puasa dapat membawa keluarga dan kelompok sosial lebih dekat bersama dan ini dapat meyakinkan bagi individu yang mengelola depresi atau kecemasan,” kata Al Ishaq dilansir dari Gulf Times, Rabu (29/3/2023).
“Puasa bisa menjadi cara alami untuk meringankan gejala banyak penyakit kesehatan mental. Ramadan juga bisa menjadi waktu yang tepat untuk menghentikan kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan membangun kebiasaan baru yang sehat,” tambahnya.
Menurut Al Ishaq, puasa dan praktik sosial yang menyertainya, dapat membantu beberapa individu mengatasi banyak tekanan kehidupan sehari-hari. Puasa juga dapat membantu meningkatkan pengendalian diri dan mendukung manajemen kemarahan pada individu yang mudah marah.
“Ibadah saat berpuasa, seperti doa tarawih, mendorong komunikasi dan interaksi sosial. Bagi banyak individu, doa, dan tindakan berdoa sebagai kelompok dapat memiliki efek menenangkan," jelas Al Ishaq.
Al Ishaq mengungkapkan bahwa selain menyebabkan konflik keluarga, kemarahan dan kecemasan yang tidak terkendali memiliki efek fisik negatif jangka panjang.
Hal ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, dan peningkatan pembekuan, yang semuanya dapat menjadi pemicu serangan jantung.
Al Ishaq menyebut Al-Quran dan Sunnah memberikan panduan yang berguna untuk mengatasi berbagai emosi, termasuk kemarahan. Di mana Nabi Muhammad menawarkan panduan tentang cara mengendalikan amarah dan mengatasi kecenderungan untuk menjadi marah.
“Kami dibimbing untuk duduk, memecah urutan peristiwa, dan berlindung kepada Allah sebagai cara untuk melewati amarah. Dianjurkan agar orang berwudhu karena ini akan membantu mereka menjauh dari kemarahan dan memberikan waktu dan ruang untuk berpikir sebelum berbicara atau bereaksi," tutup Al Ishaq.
Lihat Juga: Mengenal Self-Harm, Masalah Kesehatan Mental yang Membuat Seseorang Menyakiti Diri Sendiri
Psikolog Klinis, dan Wakil Kepala Unit Layanan Psikologis di Hamad Medical Corporation (HMC) Ameera Al Ishaq mengatakan bahwa tradisi saat puasa dapat memiliki sejumlah manfaat mental dan emosional.
Selama Ramadan, keluarga akan duduk bersama untuk berbuka puasa setiap hari. Menurut Al Ishaq, kebiasaan ini dan lainnya selama Ramadan telah terbukti berdampak positif pada kesehatan mental.
“Manfaat ini sangat jelas bagi mereka yang mengalami depresi dan kesepian. Terlibat dalam puasa dapat membawa keluarga dan kelompok sosial lebih dekat bersama dan ini dapat meyakinkan bagi individu yang mengelola depresi atau kecemasan,” kata Al Ishaq dilansir dari Gulf Times, Rabu (29/3/2023).
“Puasa bisa menjadi cara alami untuk meringankan gejala banyak penyakit kesehatan mental. Ramadan juga bisa menjadi waktu yang tepat untuk menghentikan kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan membangun kebiasaan baru yang sehat,” tambahnya.
Menurut Al Ishaq, puasa dan praktik sosial yang menyertainya, dapat membantu beberapa individu mengatasi banyak tekanan kehidupan sehari-hari. Puasa juga dapat membantu meningkatkan pengendalian diri dan mendukung manajemen kemarahan pada individu yang mudah marah.
“Ibadah saat berpuasa, seperti doa tarawih, mendorong komunikasi dan interaksi sosial. Bagi banyak individu, doa, dan tindakan berdoa sebagai kelompok dapat memiliki efek menenangkan," jelas Al Ishaq.
Al Ishaq mengungkapkan bahwa selain menyebabkan konflik keluarga, kemarahan dan kecemasan yang tidak terkendali memiliki efek fisik negatif jangka panjang.
Hal ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, dan peningkatan pembekuan, yang semuanya dapat menjadi pemicu serangan jantung.
Al Ishaq menyebut Al-Quran dan Sunnah memberikan panduan yang berguna untuk mengatasi berbagai emosi, termasuk kemarahan. Di mana Nabi Muhammad menawarkan panduan tentang cara mengendalikan amarah dan mengatasi kecenderungan untuk menjadi marah.
“Kami dibimbing untuk duduk, memecah urutan peristiwa, dan berlindung kepada Allah sebagai cara untuk melewati amarah. Dianjurkan agar orang berwudhu karena ini akan membantu mereka menjauh dari kemarahan dan memberikan waktu dan ruang untuk berpikir sebelum berbicara atau bereaksi," tutup Al Ishaq.
Lihat Juga: Mengenal Self-Harm, Masalah Kesehatan Mental yang Membuat Seseorang Menyakiti Diri Sendiri
(dra)