Mengenal Trigeminal Neuralgia, Nyeri Saraf Wajah yang Sakitnya Melebihi Melahirkan

Senin, 10 Juli 2023 - 06:30 WIB
loading...
A A A
“Rasa sakit masih sering datang dan saya hanya minum obat pereda nyeri. Sampai akhirnya saya dirujuk ke dokter saraf,” bebernya.

Diagnosis Trigeminal Neuralgia

Diagnosis Trigeminal Neuralgia melibatkan pemeriksaan fisik dan riwayat medis terperinci untuk menyingkirkan penyebab nyeri wajah lainnya.

Biasanya dokter saraf akan bertanya tentang frekuensi dan intensitas rasa sakit, hal-hal yang kerap memicu rasa sakit, dan yang membuat rasa sakit jadi membaik atau memburuk.

Lantaran tidak ada tes tunggal untuk TN, mengetahui sifat nyeri adalah kunci dari diagnosis dan dokter yang menangani juga harus paham betul.

“Gejala TN sangat khas. Diagnosisnya pertama kali secara klinis, berdasar keluhan yang dirasakan pasien. Nyeri pada satu sisi wajah, bisa di satu atau lebih cabang persyarafan trigeminal, yang sifatnya hilang timbul dan dipicu oleh hal-hal yang seharusnya tidak menyebabkan nyeri,” jelas Tyo.

“Kalau sudah minum obat nyeri dan tidak mengalami perubahan, maka arahnya cenderung ke TN,” tambah dokter yang mendalami tentang TN di Jepang itu.

Jika sudah ada indikasi TN, dokter biasanya merekomendasikan tes pencitraan atau laboratorium, seperti pemindaian CAT atau MRI resolusi tinggi dari saraf trigeminal dan area sekitarnya. Tes ini dapat membantu menentukan penyebab nyeri TN.

Teknik MRI lanjutan tertentu juga membantu dokter melihat di mana pembuluh darah menekan cabang saraf trigeminal.

“Kita perlu mengetahui penyebabnya karena berhubungan dengan alternatif pengobatan yang akan dilakukan,” tandas Tyo.

Penanganan TN, Minum Obat hingga Operasi

Pengobatan trigeminal neuralgia bisa dilakukan secara berjenjang. Dokter biasanya dapat menangani TN secara efektif dengan obat-obatan, suntikan, hingga operasi atau pembedahan.

Obat yang digunakan bukan penghilang nyeri biasa melainkan golongan antikejang, di antaranya Carbamazepine dan Gabapentin. Sebagian besar pasien memulai dengan dosis rendah, lalu secara bertahap meningkatkan dosis di bawah pengawasan klinis sampai mereka mencapai pereda nyeri terbaik dengan efek samping paling minimal.

“Kita coba dengan satu dosis, evaluasi ketat efek obat tersebut. Kalau tidak ada perubahan bermakna atau reda tapi tidak optimal, bisa menaikkan dosis atau menambah obat dari golongan lain,” terang Tyo.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1324 seconds (0.1#10.140)