Pentingnya Penanganan Individu Dewasa Autistik untuk Tingkatkan Kualitas Hidupnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penanganan individu autistik memiliki tantangan dan butuh perhatian khusus, termasuk ketika mereka bertransisi memasuki usia dewasa. Untuk itu, LSPR menggelar forum diskusi orang tua untuk membahas penanganan individu dewasa autistik di Jakarta belum lama ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2020, saat ini di Indonesia terdapat sekitar 270,2 juta dengan perbandingan pertumbuhan anak autistik sekitar 3,2 juta anak.
Sementara Pusat Data Statistik Sekolah Luar Biasa tahun 2020 mencatat jumlah siswa autistik di Indonesia pada 2019 sebanyak 144.102 siswa.
Berdasarkan data tersebut, maka penting bagi orang tua memperoleh informasi mendalam mengenai penanganan individu dewasa autistik yang tepat. Seperti digelar LSPR dalam sebuah forum diskusi belum lama ini.
“Forum ini merupakan forum berkelanjutan untuk menjadi sarana diskusi dan berbagi pengetahuan menangani individu dewasa autistik yang membutuhkan kemampuan mandiri, mengeksplorasi potensi, kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi, menjawab tantangan dalam merawat dan memenuhi kebutuhan individu dewasa autistik, serta memberikan dukungan sosial kepada orang tua," kata Founder & CEO LSPR Dr. (H.C) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, FIPR, saat membuka diskusi di kampus LSPR Jakarta pada Minggu (29/10/2023).
“Individu autistik membutuhkan orang untuk bersandar dan memahaminya, empati, mentor yang dapat menggali potensinya, serta supporter yang selalu mendorong individu autistik untuk terus berkembang dan mempunyai kemajuan. Para orang tua juga tidak boleh memikirkan ketakutan dan jangan putus harapan. Tetap semangat mendampingi tumbuh kembang dan menggali potensi anak-anak kita,” tambahnya.
Adapun panel diskusi terbagi dua. Sesi panel pertama mengangkat topik "Menggali Potensi Individu Dewasa Autistik” dipandu oleh moderator Head of Centre for Asean Autism Studies Hersinta, P.hD.
Okupasi Terapis Daya Pelita Kasih Joanes Juwanda Amd. OT. yang hadir sebagai pembicara menjelaskan, ada lima hal untuk menggali potensi individu dewasa autistik melalui pengelolaan respons adaptif. Yakni menawarkan pengalaman berkegiatan yang menyenangkan, membangun kedekatan dan keakraban emosional, memastikan pendampingan yang konsisten, pengelolaan stres respons, dan membangun peralihan dari respons reflektif ke respons kognisi atau respons dengan kesadaran berpikir.
Sementara panel sesi dua yang mengusung topik "Tantangan dan Kebutuhan Hidup Individu Dewasa Autistik", dipandu oleh moderator Dr. Chrisdina Wempi, Head of LSCAA & LSBA.
Konsultan Anak Berkebutuhan khusus dan Founder Yamet Child Development Center sekaligus Dosen Vokasi UI Tri Gunadi yang hadir sebagai pembicara pada sesi ini menjabarkan mengenai tantangan individu autistik dewasa. Misalkan kurangnya motivasi dan disiplin, terdistraksi, berpikir secara berlebihan, malas, suka menunda, dan ragu.
“Dalam mengatasi tantangan ini, diperlukan dukungan sosial dari keluarga, sekolah, dan pusat terapi yang sangat penting untuk menipiskan masalah-masalah tersebut. Individu autistik dewasa seharusnya diajarkan sejak dini mengatasi “optimum stress” sehingga nanti akan sukses di masa remaja dan dewasanya. Optimum stress mengajarkan anak untuk mudah menangani masalah adaptasi, gangguan sensori,” papar Tri Gunadi.
Dr. Zulfikar Alimuddin, Founder of Yayasan Cinta Harapan Indonesia, menambahkan, dalam menggali potensi individu autistik, kita tidak perlu dikejar waktu atau berlomba untuk apa pun.
"Karena setiap anak mempunyai pencapaiannya masing-masing," ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2020, saat ini di Indonesia terdapat sekitar 270,2 juta dengan perbandingan pertumbuhan anak autistik sekitar 3,2 juta anak.
Sementara Pusat Data Statistik Sekolah Luar Biasa tahun 2020 mencatat jumlah siswa autistik di Indonesia pada 2019 sebanyak 144.102 siswa.
Berdasarkan data tersebut, maka penting bagi orang tua memperoleh informasi mendalam mengenai penanganan individu dewasa autistik yang tepat. Seperti digelar LSPR dalam sebuah forum diskusi belum lama ini.
“Forum ini merupakan forum berkelanjutan untuk menjadi sarana diskusi dan berbagi pengetahuan menangani individu dewasa autistik yang membutuhkan kemampuan mandiri, mengeksplorasi potensi, kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi, menjawab tantangan dalam merawat dan memenuhi kebutuhan individu dewasa autistik, serta memberikan dukungan sosial kepada orang tua," kata Founder & CEO LSPR Dr. (H.C) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, FIPR, saat membuka diskusi di kampus LSPR Jakarta pada Minggu (29/10/2023).
“Individu autistik membutuhkan orang untuk bersandar dan memahaminya, empati, mentor yang dapat menggali potensinya, serta supporter yang selalu mendorong individu autistik untuk terus berkembang dan mempunyai kemajuan. Para orang tua juga tidak boleh memikirkan ketakutan dan jangan putus harapan. Tetap semangat mendampingi tumbuh kembang dan menggali potensi anak-anak kita,” tambahnya.
Adapun panel diskusi terbagi dua. Sesi panel pertama mengangkat topik "Menggali Potensi Individu Dewasa Autistik” dipandu oleh moderator Head of Centre for Asean Autism Studies Hersinta, P.hD.
Okupasi Terapis Daya Pelita Kasih Joanes Juwanda Amd. OT. yang hadir sebagai pembicara menjelaskan, ada lima hal untuk menggali potensi individu dewasa autistik melalui pengelolaan respons adaptif. Yakni menawarkan pengalaman berkegiatan yang menyenangkan, membangun kedekatan dan keakraban emosional, memastikan pendampingan yang konsisten, pengelolaan stres respons, dan membangun peralihan dari respons reflektif ke respons kognisi atau respons dengan kesadaran berpikir.
Sementara panel sesi dua yang mengusung topik "Tantangan dan Kebutuhan Hidup Individu Dewasa Autistik", dipandu oleh moderator Dr. Chrisdina Wempi, Head of LSCAA & LSBA.
Konsultan Anak Berkebutuhan khusus dan Founder Yamet Child Development Center sekaligus Dosen Vokasi UI Tri Gunadi yang hadir sebagai pembicara pada sesi ini menjabarkan mengenai tantangan individu autistik dewasa. Misalkan kurangnya motivasi dan disiplin, terdistraksi, berpikir secara berlebihan, malas, suka menunda, dan ragu.
“Dalam mengatasi tantangan ini, diperlukan dukungan sosial dari keluarga, sekolah, dan pusat terapi yang sangat penting untuk menipiskan masalah-masalah tersebut. Individu autistik dewasa seharusnya diajarkan sejak dini mengatasi “optimum stress” sehingga nanti akan sukses di masa remaja dan dewasanya. Optimum stress mengajarkan anak untuk mudah menangani masalah adaptasi, gangguan sensori,” papar Tri Gunadi.
Dr. Zulfikar Alimuddin, Founder of Yayasan Cinta Harapan Indonesia, menambahkan, dalam menggali potensi individu autistik, kita tidak perlu dikejar waktu atau berlomba untuk apa pun.
"Karena setiap anak mempunyai pencapaiannya masing-masing," ujarnya.
(tsa)