Cerita Haru Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza
loading...
A
A
A
Saat itu Siti Fadilah bercerita pada Joserizal soal tawaran tanah dari Palestina untuk membangun rumah sakit di Gaza. Mendengar tawaran tersebut, Joserizal bahagia. Soalnya sejak dulu memang sudah ada rencana dan keinginan untuk mendirikan rumah sakit di Palestina.
Masalahnya saat itu Joserizal dan yang lainnya kesulitan mendapatkan akses. "Joserizal itu bersyukur karena memang bercita-cita membuat rumah sakit di Gaza. Dari situ dia semangat mencari dana," ujar Siti Fadilah.
Begitu berita tawaran tanah dan upaya pengumpulan dana tersiar, banyak orang mulai membantu. Sumbangan demi sumbangan berdatangan untuk membantu masyarakat Palestina mendapatkan rumah sakit.
Bahkan, tawaran bantuan datang dari Iran. Mereka siap menggelontorkan dana yang sangat besar agar rumah sakit itu bisa cepat dibangun. Hanya saja bantuan itu dikesampingkan karena semua orang ingin agar rumah sakit itu benar-benar dibangun dari dana masyarakat Indonesia.
"Ini punya Indonesia harus uang dari Indonesia itu kata Joserizal. Dananya dicari dari masyarakat Islam Indonesia dan pengajian-pengajian. Pelan-pelan kita kumpulin," ucap Siti Fadilah.
Hanya saja hambatan tidak berhenti di situ. Tanah sudah ada dan dana mulai terkumpul, yang kurang justru orang-orang yang berani membangun rumah sakit di wilayah konflik.
"Bayangin memang ada orang yang mau bangun rumah sakit di wilayah perang," ungkap Siti Fadilah.
Kebingungan itu justru ternyata langsung terhapuskan. Ternyata banyak orang Indonesia yang siap berangkat ke Palestina untuk membangun rumah sakit di Gaza.
Mereka justru datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Bahkan sebagian besar adalah kalangan profesional. Mereka ikhlas berangkat ke Palestina untuk membangun rumah sakit sebagai bagian dari jihad.
Masalahnya saat itu Joserizal dan yang lainnya kesulitan mendapatkan akses. "Joserizal itu bersyukur karena memang bercita-cita membuat rumah sakit di Gaza. Dari situ dia semangat mencari dana," ujar Siti Fadilah.
Begitu berita tawaran tanah dan upaya pengumpulan dana tersiar, banyak orang mulai membantu. Sumbangan demi sumbangan berdatangan untuk membantu masyarakat Palestina mendapatkan rumah sakit.
Bahkan, tawaran bantuan datang dari Iran. Mereka siap menggelontorkan dana yang sangat besar agar rumah sakit itu bisa cepat dibangun. Hanya saja bantuan itu dikesampingkan karena semua orang ingin agar rumah sakit itu benar-benar dibangun dari dana masyarakat Indonesia.
"Ini punya Indonesia harus uang dari Indonesia itu kata Joserizal. Dananya dicari dari masyarakat Islam Indonesia dan pengajian-pengajian. Pelan-pelan kita kumpulin," ucap Siti Fadilah.
Hanya saja hambatan tidak berhenti di situ. Tanah sudah ada dan dana mulai terkumpul, yang kurang justru orang-orang yang berani membangun rumah sakit di wilayah konflik.
"Bayangin memang ada orang yang mau bangun rumah sakit di wilayah perang," ungkap Siti Fadilah.
Kebingungan itu justru ternyata langsung terhapuskan. Ternyata banyak orang Indonesia yang siap berangkat ke Palestina untuk membangun rumah sakit di Gaza.
Mereka justru datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Bahkan sebagian besar adalah kalangan profesional. Mereka ikhlas berangkat ke Palestina untuk membangun rumah sakit sebagai bagian dari jihad.