Cerita dari Skouw, Pintu Perbatasan yang Tak Lagi Terbelakang

Senin, 28 Mei 2018 - 17:30 WIB
Cerita dari Skouw, Pintu Perbatasan yang Tak Lagi Terbelakang
Cerita dari Skouw, Pintu Perbatasan yang Tak Lagi Terbelakang
A A A
SKOUW - Keberadaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang berbatasan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini diharapkan Presiden Joko Widodo mampu menaikkan martabat Indonesia. Dari tujuh PLBN yang ada di Indonesia, salah satu yang patut dibanggakan adalah PLBN Terpadu Skouw di Jayapura, Papua.

Pintu yang menjadi pembatas antara Indonesia dengan Papua Nugini itu beberapa tahun lalu tak terdengar keberadaannya, seolah terbelakang dan tertinggal. Namun sejak diresmikan dengan wajah baru pada 9 Mei 2017, PLBN Skouw kini menjadi pintu gerbang yang diharapkan dapat memajukan perekonomian masyarakat Skouw.

Jika dulu PLBN Skouw hanya memiliki bangunan kecil, kini pos ini telah disulap menjadi bangunan yang megah. Pos perbatasan yang terletak di Distrik Muara Tami, Jayapura ini berada di lahan seluas 21 hektare dengan luas bangunan sekira 9.921 meter persegi yang dikelola oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

Bangunan didesain dengan gaya rumah tanfa yang merupakan rumah adat Skouw. Pun dengan motif yang tergambar pada bagian luar bangunan, melambangkan kearifan lokal dari bangunan dua lantai tersebut. Pos perbatasan ini juga dilengkapi dengan fasilitas money changer dari mesin ATM.

"Saya selaku orang Papua dan administrator memberikan apresiasi khusus kepada Bapak Presiden RI, Jokowi dengan nawacitanya. Pembangunan dibangun dari pinggiran ke kota. Terbukti telah dibangun satu gedung megah yang tadinya ini pintu belakang yang terbelakang, dan sekarang menjadi beranda depan Timur Indonesia. Banyak yang datang dan mengagumi pos lintas batas ini," tutur Yan Z. Numberi, Administrator PLBN Terpadu Skouw kepada MNC Media di Jayapura, Papua, Kamis (24/5/2018).

Sejak gedung ini dibangun, kunjungan warga Papua Nugini dilaporkan semakin meningkat. Baik untuk bertransaksi di Pasar Skouw yang berada tak jauh dari pos perbatasan maupun sekadar berswafoto. Namun kunjungan lebih banyak terjadi saat hari pasar yang digelar pada Selasa dan Kamis saja. Jika pada hari biasa jumlah kunjungan sekira 200-300, saat hari pasar, kunjungan warga Papua Nugini dapat mencapai 1.000-1.500.

Berdasarkan data pelintas periode April 2018, tercatat pengunjung yang melintas melalui PLBN Skouw berjumlah 10.600 orang. Pengunjung tersebut terbagi atas beberapa jenis, yaitu pengunjung yang melintas menggunakan paspor, warga lokal yang menggunakan kartu kuning pada hari pasar (suplemen), dan pengunjung dari Papua Nugini yang hanya berwisata di sekitar bangunan PLBN.

Saat hari pasar, pelintas kebanyakan datang dengan kartu kuning yang merupakan kartu khusus pengganti paspor bagi warga lokal Papua Nugini yang tinggal di wilayah perbatasan, Wutung. Penggunaan kartu kuning untuk warga Papua Nugini sama seperti penggunaan kartu merah untuk warga lokal Skouw yang akan berkunjung ke Papua Nugini. Kebijakan ini merupakan langkah yang diambil melalui kesepakatan antara kedua negara.

Ada berbagai alasan bagi warga Papua Nugini yang memilih berbelanja di Pasar Skouw. Selain harga yang relatif murah dibandingkan di Papua Nugini, jenis barang yang ditawarkan pun beragam. Mulai dari kebutuhan sandang hingga pangan mudah didapatkan di pasar ini, seperti buah-buahan, makanan dan minuman kemasan, snack, pakaian, bantal, karpet, hingga peralatan rumah tangga.

"Saya beli 22 slop rokok. Selalu beli di sini (Skouw). Karena harganya lebih murah dari di Papua Nugini. Saya juga mau beli beras dan minuman kaleng hari ini. Setiap hari saya belanja ke sini, lebih suka belanja di Indonesia," ujar seorang warga Papua Nugini dalam bahasa Inggris khas yang diterjemahkan oleh Kasubbid Pengembangan Kawasan PLBN, Frans Willem K. Imbiri.

Penduduk Papua Nugini dalam kesehariannya menggunakan beragam bahasa, termasuk bahasa Inggris campuran dengan bahasa setempat. Meski ada yang setiap hari datang untuk berbelanja di Pasar Skouw, ada pula yang datang hanya pada periode tertentu. Seperti Ruth, wanita yang datang dari daerah yang cukup jauh di Papua Nugini.

"Tidak setiap hari saya ke sini. Tiga bulan atau empat bulan sekali. Tempat saya agak jauh dari sini. Saya ke sini untuk membeli bahan-bahan laundry dan baju. Karena harganya murah, lebih bagus, dan hampir semua barang bisa ditemukan di sini," ujarnya dengan bahasa khas.

Pelayanan ekspor dan impor antara Indonesia dengan Papua Nugini diharapkan berkembang dengan adanya PLBN Skouw. Peningkatan pajak pun dirasakan di daerah ini. Berdasarkan data Bea Cukai PLBN Skouw, penerimaan pajak sepanjang tahun 2017 berjumlah Rp3,5 miliar. Sementara penerimaan pajak dari Januari-April 2018 telah bernilai Rp3,8 miliar.

Peningkatan nilai pajak tersebut menjadi tolok ukur bagi perkembangan perekonomian daerah sejak adanya PLBN Skouw. Selain meningkatkan perekonomian, PLBN Skouw yang tampil dengan wajah baru ini diharapkan dapat menjadi obyek wisata baru di daerah Jayapura. Karenanya, program jelajah lintah batas yang merupakan kerjasama antara BNPP dan MNC Travel ini mendapat apresiasi.

"Kami dari PLBN Skouw menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada MNC Travel karena hadir meliput Skouw dan menunjukkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa inilah Skouw. Skouw yang dulu beda dengan sekarang. Bahwa Papua beda, dulu maju, sekarang lebih maju. Dan PLBN Skouw tidak terbelakang, tapi sudah maju," tandas Yan.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4854 seconds (0.1#10.140)