Persatuan Dokter Paru: Perokok Potensi Terjangkit COVID-19 Lebih Tinggi

Kamis, 13 Agustus 2020 - 11:28 WIB
loading...
Persatuan Dokter Paru: Perokok Potensi Terjangkit COVID-19 Lebih Tinggi
Orang yang memiliki penyakit komorbid, seperti paru, punya potensi lebih besar untuk terjangkit COVID-19. Foto Ilustrasi/CGTN
A A A
JAKARTA - Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan, potensi perokok terjangkit COVID-19 dua sampai tiga kali lebih tinggi dari yang tidak merokok. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah reseptor ACE 2 atau tempat duduknya Sars Cov-II di saluran pernapasan para perokok lebih banyak.

Ketua Umum PDPI Agus Dwi Susanto mengatakan, penyebab lain adalah asap rokok dapat menurunkan imunitas tubuh. Padahal, peran imunitas ini sangat penting dalam menghambat terjadinya infeksi virus dan bakteri. ( )

“Bahan-bahan yang ada di dalam asap rokok terbukti mengganggu proses migrasi berbagai sel-sel imunitas tubuh saat melawan infeksi. Ketika seorang perokok mengalami infeksi, migrasi dari sel-sel imunitasnya itu akan menurun,” terangnya dalam keterangan tertulis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (12/8) malam.

Agus mengungkapkan mengenai ancaman besar bagi orang-orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid). Orang yang memiliki penyakit komorbid, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, punya potensi lebih besar untuk terjangkit COVID-19.

Merokok dapat meningkatkan potensi komorbid yang lebih banyak. “ Penyakit-penyakit komorbid ini lebih banyak ditemukan pada seorang perokok . Akibatnya, ketika perokok memiliki komorbid menimbulkan risiko terjangkit COVID-19 ,” tuturnya.

Perokok boleh dibilang paling rentan. Kebiasaan para perokok memegang rokok secara berulang-ulang, menurut Agus, menyebabkan transmisi virus ke dalam tubuh meningkat. Hal itu disebabkan adanya inhalasi dari tangan ke saluran pernapasan.

Agus menuturkan, angka kematian (mortalitas) pada perokok menempati presentasi yang cukup tinggi. "Kalau perokok terkena COVID-19 dan meninggal itu 25%. Sedangkan mortalitas umum di dunia sekitar 5%," ucapnya. ( )

Sementera itu, Ketua Forum Jogja Sehat Tanpa Tembakau (JSTT) Yayi Suryo Prabandari mengatakan, perlu edukasi yang masif di berbagai media. Itu untuk menciptakan kesadaran masyarakat akan bahaya merokok di tengah pandemi COVID-19.

“Masyarakat harus menjalankan seluruh protokol kesehatan dan gerakan masyarakat hidup sehat,” pungkasnya.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1317 seconds (0.1#10.140)