Inovasi Pengencangan Wajah dengan Gelombang Radio Frekuensi yang Disisipi Artificial Intelligence
loading...
A
A
A
“Hasil perawatan Exion sebaiknya dikerjakan sebanyak 4x sesi dengan jarak pengulangan 1 minggu. Hal ini bertujuan agar hasil perawatan benar-benar optimal dan long lasting,” terang dr. Arini.
Namun demikian, menurut dr. Arini, pasien tetap dapat merasakan perubahan pada wajah mereka pada perawatan pertama.
Sementara itu, Country Manager BTL Aesthetics Indonesia Jan Valacai mengatakan, saat ini Exion memiliki teknologi yang paling canggih dibandingkan alat pengencangan wajah lain.
“Exion merupakan alat yang canggih sekaligus pintar. Teknologi radio frekuensinya sudah dilengkapi dengan artificial intelligence, di mana alat ini mampu memberikan dosis energi yang akurat sesuai kondisi kulit setiap pasien,” terang Jan Valacai.
Jan Valacai menjelaskan, cara kerja AI adalah mendeteksi konduktivitas lapisan dalam kulit (dermis). Kemudian AI ini akan menakar seberapa besar energi radio frekuensi yang dibutuhkan lapisan kulit.
“Jadi pengguna alat ini atau dokter, tidak perlu pusing lagi mengatur dosis energi. Artificial Intelligence dapat menentukan dosis energi yang tepat untuk setiap kondisi kulit pasien. Perawatan menjadi sangat praktis dan aman,” pungkas Jan Valacai.
Lihat Juga: Natasha Skin Berkolaborasi dengan Beverly Hills Institute Menghadirkan Terapi Seluler Inovatif di Indonesia
Namun demikian, menurut dr. Arini, pasien tetap dapat merasakan perubahan pada wajah mereka pada perawatan pertama.
Sementara itu, Country Manager BTL Aesthetics Indonesia Jan Valacai mengatakan, saat ini Exion memiliki teknologi yang paling canggih dibandingkan alat pengencangan wajah lain.
“Exion merupakan alat yang canggih sekaligus pintar. Teknologi radio frekuensinya sudah dilengkapi dengan artificial intelligence, di mana alat ini mampu memberikan dosis energi yang akurat sesuai kondisi kulit setiap pasien,” terang Jan Valacai.
Jan Valacai menjelaskan, cara kerja AI adalah mendeteksi konduktivitas lapisan dalam kulit (dermis). Kemudian AI ini akan menakar seberapa besar energi radio frekuensi yang dibutuhkan lapisan kulit.
“Jadi pengguna alat ini atau dokter, tidak perlu pusing lagi mengatur dosis energi. Artificial Intelligence dapat menentukan dosis energi yang tepat untuk setiap kondisi kulit pasien. Perawatan menjadi sangat praktis dan aman,” pungkas Jan Valacai.
Lihat Juga: Natasha Skin Berkolaborasi dengan Beverly Hills Institute Menghadirkan Terapi Seluler Inovatif di Indonesia
(tsa)