Angelina Jolie Berapi-api Bicarakan Kekerasan Seksual di PBB

Sabtu, 30 Maret 2019 - 10:30 WIB
Angelina Jolie “Berapi-api” Bicarakan Kekerasan Seksual di PBB
Angelina Jolie Berapi-api Bicarakan Kekerasan Seksual di PBB
A A A
LOS ANGELES - Angelina Jolie berpidato dengan penuh semangat didepan Menteri Pertahanan Perdamaian Pertahanan PBB di Amerika Serikat, Jumat (29/3/2019) waktu setempat. Dalam pidatonya, mantan istri Brad Pitt ini menyerukan penghapusan kekerasan seksual terhadap perempuan di zona perang.

Bintang 'By The Sea' itu mengatakan di seluruh dunia ada banyak contoh perempuan yang bangkit, mengambil kepemimpinan, mengambil nasib mereka ke tangan mereka sendiri, halk itu menginspirasi banyak semua. Namun, perempuan dan gadis masih menjadi korban perang. (Baca juga: Miss Indonesia Princess Megonondo Lakukan Perawatan Kecantikan ).

“Mereka adalah lebih dari separuh dari semua pengungsi, dan sebagian besar korban perkosaan dan kekerasan seksual dan berbasis gender lainnya. Perempuan berada di episentrum absolut dari konflik modern, dalam arti terburuk. Tetapi lebih sering daripada tidak mereka masih di luar melihat ke dalam ketika datang ke politik dan keputusan tentang masa depan mereka,” kata Jolie .
Angelina Jolie “Berapi-api” Bicarakan Kekerasan Seksual di PBB

“Jika kita berpegang pada prinsip bahwa mereka yang terkena masalah harus bertanggung jawab menentukan solusi, maka mayoritas negosiator perdamaian dunia, menteri luar negeri dan diplomat adalah perempuan. Kita semua tahu realitasnya,” sambungnya.

Aktris berusia 43 tahun yang diangkat sebagai utusan khusus Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi pada 2012 itu meyakini kesetaraan bagi pria dan wanita akan membantu menjadikan dunia lebih damai. (Baca juga: Brad Pitt dan Angelina Jolie Bikin Kesepakatan Perceraian ).

“Menolak setengah perwakilan populasi dalam negosiasi damai atau dalam pemerintahan bukanlah jalan menuju stabilitas jangka panjang. Selama kita terus mengedepankan hampir setiap masalah di atas hak dan partisipasi perempuan, kita akan tetap terjebak dalam siklus kekerasan dan konflik,” tegasnya.

“Kami tidak akan belajar apapun. Dan institusi kami akan menghitung jauh lebih sedikit dari yang seharusnya,” ujar ibu enam anak ini.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4415 seconds (0.1#10.140)