Transplant Fest 2024 Serukan Masyarakat Melek dan Dukung Kemajuan Transplantasi di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangka World Transplant Day 2024, Indonesian Transplant Society (InaTS) menggelar Transplant Fest 2024 dengan tema “Give a Hope, Give a Life”. Acara yang diselenggarakan di area Car Free Day Sudirman Jakarta pada Minggu (9/6/2024) itu diisi dengan fun run, talkshow, free medical check-up, dan booth.
Transplant Fest 2024 merupakan kolaborasi InaTS dengan berbagai stakeholder
Ketua InaTS Dr. dr. Maruhum Bonar H. Marbun, SpPD-KGH menyampaikan, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan awareness terkait pentingnya transplantasi untuk menyelamatkan banyak nyawa, khususnya di Indonesia.
"Rangkaian acara hingga acara puncak Transplant Fest 2024 ini merupakan perwujudan kesungguhan kami untuk mengajak lebih banyak masyarakat agar lebih melek tentang transplantasi. Dengan tema “Give a Hope, Give a Life”, InaTS mengajak kita semua untuk menyebarkan pesan harapan, meningkatkan kesadaran tentang transplantasi, dan mengingatrayakan kemampuan luar biasa manusia untuk bisa beradaptasi dan sembuh,” kata dr. Maruhum dalam sambutannya.
Dr. Bonar menambahkan, masyarakat harus melek transplantasi, baik organ, sel, maupun jaringan.
“Transplantasi memberikan harapan baru bagi para pasien yang mengalami kegagalan organ sehingga dapat tetap produktif, dapat memiliki kualitas hidup yang baik, dan dapat menjalankan rutinitas sehari-hari tanpa harus memiliki ketergantungan dengan fasilitas rumah sakit/mesin/alat tertentu. Selain itu, prosedur ini akan mengurangi komplikasi akibat dari kegagalan organ," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Transplant Fest 2024 dr. Gerhard Reinaldi Situmorang, SpU(K), PhD, mengatakan, acara tersebut bukan sekadar pertemuan, tetapi merupakan perayaan kehidupan, menjadi platform pendidikan, dan ajakan untuk memberi aksi nyata terkait permasalahan transplantasi di Indonesia.
"Acara transplant fest ini diselenggarakan serempak di berbagai kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Bali, Makassar, Manado, Medan, Padang, dan Palembang. Di sini, para ahli berkumpul untuk berbagi wawasan, pengalaman, dan kemajuan mereka, serta menyoroti pentingnya donasi organ atau sel atau jaringan, dan transplantasi," ujarnya.
Dokter Gerhard menjelaskan, transplantasi merupakan pengambilan organ atau sel atau jaringan dari tubuh seseorang dan memasukkannya ke dalam tubuh seseorang yang mengalami kegagalan organ.
Saat ini, beberapa kemajuan sudah terjadi di Indonesia. Itu ditandai dengan makin bertambahnya jenis transplantasi, yang sebelumnya hanya dapat dilakukan transplantasi organ, seperti ginjal dan hati, saat ini juga mencakup sel dan jaringan.
“Tentunya perkembangan transplantasi ini tak lepas dari dukungan pemerintah yang senantiasa memperbaiki sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga dapat membiayai tindakan transplantasi dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan sesudahnya. Selain itu, pemerintah juga mendorong perkembangan pelayanan transplantasi di berbagai senter di luar Pulau Jawa, sehingga masyarakat di bagian barat dan timur Indonesia dapat menerima pelayanan
tersebut," beber dr. Gerhard.
"Angka kesintasan para resipien transplantasi ini juga makin tinggi karena majunya teknologi kesehatan dan obat-obatan. Hal lain yang perlu diketahui juga adanya kesempatan untuk melakukan proses transplantasi organ dari donor yang berbeda golongan darah atau disebut sebagai ABO incompatible,” tambahnya.
Namun demikian, meski sudah banyak kemajuan di bidang transplantasi di Indonesia, masih ada pula rintangan yang dihadapi.
“Misalnya, ketersediaan layanan yang terintegrasi dan layanan pendukung transplantasi seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan sumber daya manusia masih berpusat di kota-kota besar. Birokrasi yang panjang dalam persiapan transplantasi, serta keterbatasan pilihan obat karena harganya masih relatif mahal," kata dr. Gerhard.
“Namun di luar akses dan fasilitas, yang menjadi hambatan juga berkaitan dengan keterbatasan donor khususnya donor hidup, karena donor untuk organ padat hanya dari donor hidup sehingga ada keterbatasan jumlah pasien yang ditransplantasi. Oleh sebab itu, lewat Transplant Fest 2024 ini, kami sangat berharap banyak masyarakat yang bisa mengetahui seberapa besar transplantasi mampu menyelamatkan banyak nyawa. Kami juga ingin membuka mata masyarakat bahwa teknologi transplantasi ini tersedia di Indonesia, dengan teknologi canggih memiliki angka kesintasan atau harapan hidup yang tinggi untuk donor dan resipien," pungkasnya.
Transplant Fest 2024 merupakan kolaborasi InaTS dengan berbagai stakeholder
Ketua InaTS Dr. dr. Maruhum Bonar H. Marbun, SpPD-KGH menyampaikan, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan awareness terkait pentingnya transplantasi untuk menyelamatkan banyak nyawa, khususnya di Indonesia.
"Rangkaian acara hingga acara puncak Transplant Fest 2024 ini merupakan perwujudan kesungguhan kami untuk mengajak lebih banyak masyarakat agar lebih melek tentang transplantasi. Dengan tema “Give a Hope, Give a Life”, InaTS mengajak kita semua untuk menyebarkan pesan harapan, meningkatkan kesadaran tentang transplantasi, dan mengingatrayakan kemampuan luar biasa manusia untuk bisa beradaptasi dan sembuh,” kata dr. Maruhum dalam sambutannya.
Dr. Bonar menambahkan, masyarakat harus melek transplantasi, baik organ, sel, maupun jaringan.
“Transplantasi memberikan harapan baru bagi para pasien yang mengalami kegagalan organ sehingga dapat tetap produktif, dapat memiliki kualitas hidup yang baik, dan dapat menjalankan rutinitas sehari-hari tanpa harus memiliki ketergantungan dengan fasilitas rumah sakit/mesin/alat tertentu. Selain itu, prosedur ini akan mengurangi komplikasi akibat dari kegagalan organ," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Transplant Fest 2024 dr. Gerhard Reinaldi Situmorang, SpU(K), PhD, mengatakan, acara tersebut bukan sekadar pertemuan, tetapi merupakan perayaan kehidupan, menjadi platform pendidikan, dan ajakan untuk memberi aksi nyata terkait permasalahan transplantasi di Indonesia.
"Acara transplant fest ini diselenggarakan serempak di berbagai kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Bali, Makassar, Manado, Medan, Padang, dan Palembang. Di sini, para ahli berkumpul untuk berbagi wawasan, pengalaman, dan kemajuan mereka, serta menyoroti pentingnya donasi organ atau sel atau jaringan, dan transplantasi," ujarnya.
Dokter Gerhard menjelaskan, transplantasi merupakan pengambilan organ atau sel atau jaringan dari tubuh seseorang dan memasukkannya ke dalam tubuh seseorang yang mengalami kegagalan organ.
Saat ini, beberapa kemajuan sudah terjadi di Indonesia. Itu ditandai dengan makin bertambahnya jenis transplantasi, yang sebelumnya hanya dapat dilakukan transplantasi organ, seperti ginjal dan hati, saat ini juga mencakup sel dan jaringan.
“Tentunya perkembangan transplantasi ini tak lepas dari dukungan pemerintah yang senantiasa memperbaiki sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga dapat membiayai tindakan transplantasi dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan sesudahnya. Selain itu, pemerintah juga mendorong perkembangan pelayanan transplantasi di berbagai senter di luar Pulau Jawa, sehingga masyarakat di bagian barat dan timur Indonesia dapat menerima pelayanan
tersebut," beber dr. Gerhard.
"Angka kesintasan para resipien transplantasi ini juga makin tinggi karena majunya teknologi kesehatan dan obat-obatan. Hal lain yang perlu diketahui juga adanya kesempatan untuk melakukan proses transplantasi organ dari donor yang berbeda golongan darah atau disebut sebagai ABO incompatible,” tambahnya.
Namun demikian, meski sudah banyak kemajuan di bidang transplantasi di Indonesia, masih ada pula rintangan yang dihadapi.
“Misalnya, ketersediaan layanan yang terintegrasi dan layanan pendukung transplantasi seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan sumber daya manusia masih berpusat di kota-kota besar. Birokrasi yang panjang dalam persiapan transplantasi, serta keterbatasan pilihan obat karena harganya masih relatif mahal," kata dr. Gerhard.
“Namun di luar akses dan fasilitas, yang menjadi hambatan juga berkaitan dengan keterbatasan donor khususnya donor hidup, karena donor untuk organ padat hanya dari donor hidup sehingga ada keterbatasan jumlah pasien yang ditransplantasi. Oleh sebab itu, lewat Transplant Fest 2024 ini, kami sangat berharap banyak masyarakat yang bisa mengetahui seberapa besar transplantasi mampu menyelamatkan banyak nyawa. Kami juga ingin membuka mata masyarakat bahwa teknologi transplantasi ini tersedia di Indonesia, dengan teknologi canggih memiliki angka kesintasan atau harapan hidup yang tinggi untuk donor dan resipien," pungkasnya.
(tsa)