Awas, Kebiasaan Sehari-hari Bisa Picu Nyeri Sendi

Senin, 27 Januari 2020 - 10:29 WIB
Awas, Kebiasaan Sehari-hari Bisa Picu Nyeri Sendi
Awas, Kebiasaan Sehari-hari Bisa Picu Nyeri Sendi
A A A
NYERI tulang belakang yang sebelumnya identik dengan penyakit degeneratif kini bergeser menjadi gangguan yang kerap dialami milenial. Beberapa kebiasaan yang dilakukan sehari-hari menjadi penyebab gangguan ini, seperti berolahraga, duduk lebih dari delapan jam, dan bermain gawai.

Menurut Spesialis Bedah Saraf Lamina Pain and Spine Center dr Victorio SpBS, idealnya saat duduk setiap dua jam sekali harus melakukan stretching, posisi duduk juga harus tegak (kurva normal), dan sebaiknya punggung diberi bantal. Untuk olahraga, sebaiknya lakukan pemanasan dan pendinginan dengan benar.

Untuk pemula yang melakukan fitness, dianjurkan menggunakan jasa personal trainer lebih dulu. “Bagi yang suka lari, jangan langsung pilih maraton, harus bertahap. Sedangkan kalau sudah nyeri sendi, olahraga yang bagus adalah berenang dan sepeda statis untuk merileksasikan sendi,” ungkap dr Victorio dalam acara Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan konstruksi PT Waskita Karya dalam rangka perayaan HUT ke-59 mereka di Jakarta.

Dia juga mengingatkan, kebiasaan bermain gawai terlalu lama dan salah posisi bisa membuat nyeri otot dan tulang belakang, misalnya bermain laptop sambil tiduran atau bermain ponsel terlalu menunduk dan lama. “Ada penyakit pada era modern saat ini, yakni text neck. Penyakit itu karena main gadget terlalu lama. Beban yang diterima di leher kalau terlalu lama nunduk hampir 27 kg beratnya. Pundak terasa berat, leher pegal, dan bisa kebas sampai kedua tangan, bisa saraf kejepit di leher, atau penyakit jemari yang kaku,” urai dr Victorio.

Posisi tidur yang salah juga menyumbang nyeri di leher atau bagian bahu dan punggung, misalnya ketika pemilihan bantal kurang tepat. “Posisi bantal jangan terlalu tinggi atau rendah, harus tersangga dengan benar,” katanya. Menyadari nyeri bukan perkara ringan, PT Waskita Karya mengadakan CSR, salah satunya pengobatan nyeri, di samping sunatan massal dan operasi katarak.

Kegiatan itu dilakukan di lima kota,yakni Jakarta, Surabaya, Medan, Yogyakarta, dan Bandung, dengan melibatkan total peserta 3.000 orang. “Ini tahun kelima kami melaksanakan CSR. Kami berharap pada tahun-tahun mendatang kegiatan ini terus berlanjut,” ujar Director of Operations I PT Waskita Karya (Persero) Tbk Didit Oemar Prihadi pada pelaksanaan CSR di Lamina Pain and Spine Center beberapa waktu lalu.

Didit menjelaskan, pihaknya memilih CSR tersebut untuk membantu masyarakat di bidang kesehatan, khususnya anak-anak dan lanjut usia. “Sunat diikuti peserta anak-anak. Operasi katarak dan pengobatan nyeri umumnya diikuti kaum lansia, walau kami juga tidak menutup kesempatan bagi pasien yang lebih muda untuk ikut serta,” katanya.

Lebih jauh, nyeri sendi juga bisa disebabkan kecelakaan. Seseorang yang kecelakaan di usia muda dapat menyebabkan nyeri dikemudian hari. “Saya pernah punya pasien usia 21 tahun sudah saraf kejepit karena pernah jatuh waktu lima tahun lalu,” kata dr Victorio. Pada kesempatan terpisah, pakar nyeri dari Lamina Pain and Spine Center dr Mahdian Nur Nasution SpBS mengatakan, nyeri leher adalah salah satu jenis nyeri tulang punggung yang paling mengganggu dan bisa membatasi mobilitas pengidapnya. (Sri Noviarni)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5379 seconds (0.1#10.140)