Henti Jantung Bisa Terjadi Tanpa Peringatan, Kenali Gejalanya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Henti jantung seperti yang dialami Didi Kempot kerap terjadi tanpa peringatan sebelumnya. Karena itu, penting untuk mengetahui gejala pada kondisi ini agar bisa menyelamatkan nyawa dan meningkatkan peluang hidup pasien.
Henti jantung memiliki gejala seperti tiba-tiba runtuh, tidak ada denyut nadi, tidak bernapas, dan hilang kesadaran. Namun, terkadang tanda dan gejala lain terjadi sebelum henti jantung. Seperti misalnya rasa tidak nyaman pada dada, sesak napas, kelemahan, serta palpitasi.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, masalah dalam irama jantung atau aritmia terjadi karena masalah dengan sistem kelistrikan jantung, yang mana ini adalah penyebab umum pada henti jantung. Sistem kelistrikan jantung mengontrol laju dan ritme detak jantung. Jika terjadi kesalahan, jantung bisa berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur (aritmia).
Sering kali aritmia berlangsung singkat dan tidak berbahaya, tapi beberapa jenis kondisi tersebut dapat menyebabkan henti jantung. Irama jantung yang paling umum pada saat henti jantung adalah aritmia di ruang bawah jantung (ventrikel). Impuls listrik yang cepat dan tidak menentu menyebabkan ventrikel bergetar tidak berfungsi sehingga tak memompa darah (fibrilasi ventrikel).
Henti jantung dapat terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Namun, aritmia yang mengancam jiwa biasanya berkembang pada seseorang dengan kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya dan mungkin tidak terdiagnosis.
Berikut beberapa kondisi jantung yang bisa menyebabkan henti jantung.
1. Arteri Koroner
Sebagian besar kasus henti jantung terjadi pada orang yang memiliki penyakit arteri koroner, di mana arteri tersumbat oleh kolesterol dan endapan lain sehingga mengurangi aliran darah ke jantung.
2. Serangan Jantung
Jika serangan jantung terjadi, sering sebagai akibat dari penyakit arteri koroner yang parah, dapat memicu fibrilasi ventrikel dan henti jantung. Serangan jantung dapat meninggalkan jaringan parut di jantung. Hubungan arus pendek listrik di sekitar jaringan parut dapat menyebabkan kelainan pada irama jantung.
3. Jantung Membesar (Kardiomiopati)
Kondisi ini terjadi terutama ketika dinding otot jantung meregang dan membesar atau menebal. Kemudian otot jantung tidak normal, suatu kondisi yang sering menyebabkan aritmia.
4. Penyakit Jantung Valvular
Kebocoran atau penyempitan katup jantung dapat menyebabkan peregangan atau penebalan otot jantung. Ketika ruang menjadi membesar atau melemah karena stres yang disebabkan oleh katup yang kencang atau bocor, ada risiko yang meningkat terkena aritmia.
5. Penyakit Jantung Bawaan
Ketika henti jantung mendadak terjadi pada anak-anak atau remaja, bisa jadi disebabkan oleh kelainan jantung yang ada saat lahir (penyakit jantung bawaan). Orang dewasa yang telah menjalani operasi korektif untuk cacat jantung bawaan masih memiliki risiko lebih tinggi terkena henti jantung.
6. Masalah Listrik di Hati
Pada beberapa orang, masalahnya ada di sistem kelistrikan jantung itu sendiri alih-alih bermasalah dengan otot jantung ataupun katup. Kondisi ini disebut kelainan irama jantung primer dan termasuk kondisi seperti sindrom brugada dan sindrom QT panjang.
Henti jantung memiliki gejala seperti tiba-tiba runtuh, tidak ada denyut nadi, tidak bernapas, dan hilang kesadaran. Namun, terkadang tanda dan gejala lain terjadi sebelum henti jantung. Seperti misalnya rasa tidak nyaman pada dada, sesak napas, kelemahan, serta palpitasi.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, masalah dalam irama jantung atau aritmia terjadi karena masalah dengan sistem kelistrikan jantung, yang mana ini adalah penyebab umum pada henti jantung. Sistem kelistrikan jantung mengontrol laju dan ritme detak jantung. Jika terjadi kesalahan, jantung bisa berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur (aritmia).
Sering kali aritmia berlangsung singkat dan tidak berbahaya, tapi beberapa jenis kondisi tersebut dapat menyebabkan henti jantung. Irama jantung yang paling umum pada saat henti jantung adalah aritmia di ruang bawah jantung (ventrikel). Impuls listrik yang cepat dan tidak menentu menyebabkan ventrikel bergetar tidak berfungsi sehingga tak memompa darah (fibrilasi ventrikel).
Henti jantung dapat terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Namun, aritmia yang mengancam jiwa biasanya berkembang pada seseorang dengan kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya dan mungkin tidak terdiagnosis.
Berikut beberapa kondisi jantung yang bisa menyebabkan henti jantung.
1. Arteri Koroner
Sebagian besar kasus henti jantung terjadi pada orang yang memiliki penyakit arteri koroner, di mana arteri tersumbat oleh kolesterol dan endapan lain sehingga mengurangi aliran darah ke jantung.
2. Serangan Jantung
Jika serangan jantung terjadi, sering sebagai akibat dari penyakit arteri koroner yang parah, dapat memicu fibrilasi ventrikel dan henti jantung. Serangan jantung dapat meninggalkan jaringan parut di jantung. Hubungan arus pendek listrik di sekitar jaringan parut dapat menyebabkan kelainan pada irama jantung.
3. Jantung Membesar (Kardiomiopati)
Kondisi ini terjadi terutama ketika dinding otot jantung meregang dan membesar atau menebal. Kemudian otot jantung tidak normal, suatu kondisi yang sering menyebabkan aritmia.
4. Penyakit Jantung Valvular
Kebocoran atau penyempitan katup jantung dapat menyebabkan peregangan atau penebalan otot jantung. Ketika ruang menjadi membesar atau melemah karena stres yang disebabkan oleh katup yang kencang atau bocor, ada risiko yang meningkat terkena aritmia.
5. Penyakit Jantung Bawaan
Ketika henti jantung mendadak terjadi pada anak-anak atau remaja, bisa jadi disebabkan oleh kelainan jantung yang ada saat lahir (penyakit jantung bawaan). Orang dewasa yang telah menjalani operasi korektif untuk cacat jantung bawaan masih memiliki risiko lebih tinggi terkena henti jantung.
6. Masalah Listrik di Hati
Pada beberapa orang, masalahnya ada di sistem kelistrikan jantung itu sendiri alih-alih bermasalah dengan otot jantung ataupun katup. Kondisi ini disebut kelainan irama jantung primer dan termasuk kondisi seperti sindrom brugada dan sindrom QT panjang.
(tsa)