Kebiasaan Main Gadget Malam Hari Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kebiasaan menonton melalui gadget yang memancarkan cahaya biru pada malam hari dapat meningkatkan resistensi insulin dan menyebabkan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 atau memperburuk kondisinya. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa paparan cahaya biru yang berasal dari gadget di malam hari dapat meningkatkan rasa lapar dan mengubah metabolisme seseorang.
(Baca juga: Siapakah Calon Presiden Idola Kalian pada Pilpres 2024? )
Penelitian menemukan bahwa paparan cahaya biru dibandingkan dengan paparan cahaya redup dikaitkan dengan peningkatan rasa lapar yang dimulai 15 menit setelah onset cahaya dan bertahan hingga dua jam setelah makan. Tercatat juga bahwa paparan cahaya biru juga menurunkan rasa kantuk dan meningkatkan resistensi insulin.
Sebagaimana mengutip Daily Express, Selasa (24/11), para peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang terpapar cahaya biru tingkat tinggi dari laptop, ponsel dan lainnya memiliki glukosa darah yang lebih tinggi dan respons insulin yang lebih sedikit.
Dalam penelitian lain yang diterbitkan di Library of Medicine, paparan cahaya biru dan bagaimana hal itu mengubah fungsi metabolisme pada orang dewasa dengan berat badan normal dianalisis lebih lanjut. Penelitian tersebut mencatat, semakin banyak bukti yang menunjukkan hubungan antara pola paparan terang-gelap, perilaku makan, dan metabolisme.
"19 orang dewasa yang sehat menyelesaikan protokol rawat inap empat hari ini dalam kondisi cahaya redup. Peserta diacak ke paparan cahaya biru selama tiga jam pada hari ketiga mulai 0,5 jam setelah bangun atau 10,5 jam setelah bangun. Semua peserta tetap dalam cahaya redup pada hari kedua untuk menjadi baseline mereka," tulis penelitian tersebut.
Skala lapar dan kantuk dikumpulkan setiap jam. Darah diambil sampelnya pada interval 30 menit selama empat jam terkait dengan periode paparan cahaya untuk glukosa, insulin, kortisol, leptin, dan ghrelin. Berbeda dengan kelompok malam, untuk kelompok pagi memiliki nilai puncak glukosa yang lebih tinggi secara signifikan selama paparan cahaya yang diperkaya biru dibandingkan dengan cahaya redup.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa paparan cahaya biru secara akut mengubah metabolisme glukosa dan rasa kantuk. Hasil ini memberikan dukungan lebih lanjut untuk peran paparan cahaya lingkungan dalam regulasi metabolisme.
"Penemuan awal kami menunjukkan bahwa satu malam paparan cahaya selama tidur berdampak akut pada ukuran resistensi insulin. Paparan cahaya semalaman selama tidur telah terbukti mengganggu tidur, tetapi data ini menunjukkan bahwa hal itu juga berpotensi mempengaruhi metabolisme," kata penulis utama Dr Ivy Cheung Mason.
"Hasil ini penting mengingat semakin meluasnya penggunaan paparan cahaya buatan, terutama di malam hari. Efek yang kami lihat sangat akut, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah paparan cahaya kronis semalam selama tidur memiliki efek kumulatif jangka panjang pada fungsi metabolisme," lanjutnya.
Studi dan ahli kesehatan terkemuka sekarang memperingatkan bahwa satu malam paparan cahaya selama tidur berdampak akut pada ukuran resistensi insulin. Resistensi insulin adalah berkurangnya kemampuan sel untuk merespons tindakan insulin yang mengangkut glukosa keluar dari aliran darah dan mendahului perkembangan diabetes tipe 2.
"Resistensi insulin adalah ciri utama dari diabetes tipe 2 dan ini menjadi masalah karena memengaruhi tubuh dalam berbagai cara," demikian dikutip dari Diabetes.co.uk.
(Baca juga: Inilah Dampak Buruk Kekerasan Seksual seperti Dialami Korban Indrajid, Pelaku Penculikan di Jambi )
Situs kesehatan tersebut menambahkan bahwa resistensi terhadap insulin menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak insulin yang menyebabkan peningkatan rasa lapar, tekanan darah tinggi , dan penambahan berat badan.
Lihat Juga: Dosen FISIP UPNVJ Presentasikan Diseminasi Riset Indonesia–Belanda di Universitas Amsterdam
(Baca juga: Siapakah Calon Presiden Idola Kalian pada Pilpres 2024? )
Penelitian menemukan bahwa paparan cahaya biru dibandingkan dengan paparan cahaya redup dikaitkan dengan peningkatan rasa lapar yang dimulai 15 menit setelah onset cahaya dan bertahan hingga dua jam setelah makan. Tercatat juga bahwa paparan cahaya biru juga menurunkan rasa kantuk dan meningkatkan resistensi insulin.
Sebagaimana mengutip Daily Express, Selasa (24/11), para peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang terpapar cahaya biru tingkat tinggi dari laptop, ponsel dan lainnya memiliki glukosa darah yang lebih tinggi dan respons insulin yang lebih sedikit.
Dalam penelitian lain yang diterbitkan di Library of Medicine, paparan cahaya biru dan bagaimana hal itu mengubah fungsi metabolisme pada orang dewasa dengan berat badan normal dianalisis lebih lanjut. Penelitian tersebut mencatat, semakin banyak bukti yang menunjukkan hubungan antara pola paparan terang-gelap, perilaku makan, dan metabolisme.
"19 orang dewasa yang sehat menyelesaikan protokol rawat inap empat hari ini dalam kondisi cahaya redup. Peserta diacak ke paparan cahaya biru selama tiga jam pada hari ketiga mulai 0,5 jam setelah bangun atau 10,5 jam setelah bangun. Semua peserta tetap dalam cahaya redup pada hari kedua untuk menjadi baseline mereka," tulis penelitian tersebut.
Skala lapar dan kantuk dikumpulkan setiap jam. Darah diambil sampelnya pada interval 30 menit selama empat jam terkait dengan periode paparan cahaya untuk glukosa, insulin, kortisol, leptin, dan ghrelin. Berbeda dengan kelompok malam, untuk kelompok pagi memiliki nilai puncak glukosa yang lebih tinggi secara signifikan selama paparan cahaya yang diperkaya biru dibandingkan dengan cahaya redup.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa paparan cahaya biru secara akut mengubah metabolisme glukosa dan rasa kantuk. Hasil ini memberikan dukungan lebih lanjut untuk peran paparan cahaya lingkungan dalam regulasi metabolisme.
"Penemuan awal kami menunjukkan bahwa satu malam paparan cahaya selama tidur berdampak akut pada ukuran resistensi insulin. Paparan cahaya semalaman selama tidur telah terbukti mengganggu tidur, tetapi data ini menunjukkan bahwa hal itu juga berpotensi mempengaruhi metabolisme," kata penulis utama Dr Ivy Cheung Mason.
"Hasil ini penting mengingat semakin meluasnya penggunaan paparan cahaya buatan, terutama di malam hari. Efek yang kami lihat sangat akut, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah paparan cahaya kronis semalam selama tidur memiliki efek kumulatif jangka panjang pada fungsi metabolisme," lanjutnya.
Studi dan ahli kesehatan terkemuka sekarang memperingatkan bahwa satu malam paparan cahaya selama tidur berdampak akut pada ukuran resistensi insulin. Resistensi insulin adalah berkurangnya kemampuan sel untuk merespons tindakan insulin yang mengangkut glukosa keluar dari aliran darah dan mendahului perkembangan diabetes tipe 2.
"Resistensi insulin adalah ciri utama dari diabetes tipe 2 dan ini menjadi masalah karena memengaruhi tubuh dalam berbagai cara," demikian dikutip dari Diabetes.co.uk.
(Baca juga: Inilah Dampak Buruk Kekerasan Seksual seperti Dialami Korban Indrajid, Pelaku Penculikan di Jambi )
Situs kesehatan tersebut menambahkan bahwa resistensi terhadap insulin menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak insulin yang menyebabkan peningkatan rasa lapar, tekanan darah tinggi , dan penambahan berat badan.
Lihat Juga: Dosen FISIP UPNVJ Presentasikan Diseminasi Riset Indonesia–Belanda di Universitas Amsterdam
(nug)