Menapaktilasi Perjalanan Pesinden Legendaris Mimi Marni

Minggu, 10 Januari 2021 - 03:31 WIB
loading...
Menapaktilasi Perjalanan...
Mimi Marni, salah satu penyanyi yang sudah merasakan banyak tempat sebagai panggungnya dalam bidang seni tarik suara. / Foto: Tangkapan Layar YouTube
A A A
MAJALENGKA - Geliat seni di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, dalam beberapa waktu terakhir mulai mendapat perhatian dari para musisi kota besar. Ary Juliant dan Mukti-Mukti adalah contoh kecil musisi balada yang jadi saksi akan geliatan seni musik di daerah ini.

(Baca juga: Angkat Kisah Peperangan, Asphyx Syuting Video Klip di Museum Perang )

Geliat seni musik di Kabupaten Majalengka, jika melihat perjalanannya, bukan hal yang aneh. Jauh sebelum kehadiran grup musik LAIR, Kabupaten Majalengka telah memiliki sederet tokoh dalam bidang tarik suara.

Marni, salah satu penyanyi yang sudah merasakan banyak tempat sebagai panggungnya dalam bidang seni tarik suara. Mimi Marni, demikian artis asal Desa Beber, Kecamatan Ligung itu biasa disapa, dikenal sebagai sinden legendaris yang sudah wiri-wiri puluhan tahun lalu.

"Mimi lahir 10 Juli 1949 dengan nama Sutiah. Sudah mulai aktif nyinden (sinden) sejak masih SD. 1957 Mimi sudah ikut lomba tingkat kabupaten, dan jadi juara," kata cucu Marni, Wina Luthfiyya Ipnayati saat berbincang dengan SINDONews di sela-sela pameran 'Menapak Jejak Marni' di Desa Beber, Kecamatan Ligung, baru-baru ini.

Sepak terjang Mimi semakin menjadi saat dia beranjak remaja. Sekitar 1970, Mimi berkolaborasi dengan 3 Mestro Tarling (musik tradisional daerah Pantura Jabar), Sunarto, Jayana, dan Abdul Ajid. Ketiga nama itu dikenal luas oleh para pecinta musik Tarling.

"Tahun 1976 sudah mulai rekaman. Ada sekitar 27 kali masuk dapur rekaman, dan juga punya album. Golet Pasangan dan Kiser Saedah adalah contoh kecil album Mimi yang keluar tahun 1977 dan 1978," papar Wina.

Seiring berjalannya waktu, nama Mimi Marni semakin dikenal kalangan luas. Tidak hanya di wilayah Ciayumajakuning saja. Dalam perjalanannya, Mimi juga pernah menginjakkan kaki di Sumatera, untuk perform di sana. "Di sana Mimi bersama grupnya tinggal selama 3 tahun, manggung dari satu tempat ke tempat lain. Mimi membentuk grup Warna Sari tahun 1976 yang kemudian diganti jadi Marni Grup pada 1982," kata dia.

"Nah, setelah ada Marni Grup ini, sudah mulai beragam. Ada tarlingan, dangdut dan bobodoran. Awalnya Mimi fokus di (jenis) Kliningan (sebagai Sinden). Untuk album pun beragam, bahkan ada yang musik qasidah. Namun kasetnya belum ketemu semua," lanjutnya.

Pentas di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, memiliki nilai tersendiri bagi seorang musisi. Mimi, selama perjalanan kariernya, sudah pernah menjajah tempat tersebut. "Sekitar tahun 1988, 2 kali Mimi pentas di sana," tandas Wina.

Perjalanan Mimi dari satu panggung ke panggung lainnya, berlangsung hingga sekitar 1998. Selain faktor usia, adanya regenerasi dari anak didiknya, membuat Mimi mulai kembali ke rumah. Tahun 2000-an, Mimi mulai fokus dengan kegiatan keagamaan. Mengikuti pengajian rutin, membaca buku-buku tema agama adalah kegiatan Mimi di masa senjanya.

"Bisa dikatakan puncak kejayaan Mimi itu dari 1983 sampai 1988. Mimi tutup usia pada 2012 lantaran sakit, meninggalkan seorang putri dan dua orang cucu," kata Wina.

"Sekarang bisa dikatakan tidak ada lagi regenerasi. Karena anak didik Mimi pun sekarang sudah sepuh, dan tidak ada penerusnya. Adapun dari keturunannya, tidak ada yang mengikuti jejak Mimi. Saya sendiri lebih ke seni rupa," ungkap Wina.

Berharap perjalanan Mimi Marni dan semangatnya bisa dijadikan pelajaran untuk generasi muda, Wina berinisiatif untuk menggelar pameran sebuah arsip di rumah peninggalan almarhumah, Gang Bisma Blok Kliwon, Desa Beber, Kecamatan Ligung. Pameran ini berlangsung dari 7-22 Januari 2021, dengan menampilkan dokumen-dokumen sang legenda.

Kasi Kesenian dan Kebudayaan Disparbud Majelengka, Didin Aminudin menilai Pameran Menapak Jejak Pesinden Keliningan Marni sebagai apresiasi besar bagi perjalanan di dunia seni yang telah dilakoni Mimi. "Dia layak disebut maestro kliningan. Penghargaan besar bagi perjalanannya membesarkan daerah kelahirannya dengan bidang seni tradisi kliningan dari mulai gadis sampai akhir hayatnya," ujarnya.

"Desa Beber jadi banyak dikenal orang baik wilayah tatar Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Ini prestasi luar biasa yang perlu diambil spirit perjuangan dan pengkaryaannya di bidang seni tradisi kliningan. Terbukti dengan 27 hasil recording album berupa kaset, walaupun tercecer dan masih proses pengumpulan untuk dikoleksi kembali," lanjut dia.

Ketua harian Komite Ekraf Majalengka, Ginggi Syar Hasyim menilai, pengetahuan terhadap seniman-seniman terdahulu dan karya-karyanya memiliki arti sangat penting. "Sehingga bisa menjadi akar kreasi untuk berinovasi dan bisa menjadi inspirasi bagi karya-karya para seniman muda saat ini," ucapnya.

(Baca juga: Ini Rencana Karen Rantung Setelah Tereliminasi dari Indonesian Idol )

"Kaitannya dengan ekonomi kreatif karena (ekonomi kreatif) merupakan kreasi dan inovasi dari akar-akar budaya, ditambah selera dan pengetahuan serta teknologi kekinian," lanjut Ginggi.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3245 seconds (0.1#10.140)