Travel bubble adalah kesepakatan dengan negara lain untuk membuka akses masuk untuk turis agar timbul gelembung atau koridor perjalanan. Rencana ini dilakukan untuk memudahkan perjalanan wisatawan untuk keluar-masuk Indonesia, termasuk dari Singapura yang selama ini menjadi negara penyumbang jumlah wisman terbesar ke Indonesia.
Baca Juga: Kota Daegu, Kampung Halaman V dan Suga BTS Akan Dimasukkan ke Paket Tur di Korea
Menparekraf mengatakan, meski Indonesia saat ini masih fokus meningkatkan pergerakan wisatawan Nusantara untuk membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan Indonesia akan membuka pintunya untuk melakukan travel bubble. Dengan catatan, hal itu tergantung pada ada-tidak adanya perubahan dalam status COVID-19 di setiap negara.
Baca Juga:
"Untuk jangka pendek dengan segala ketidakpastian ini, kita sekarang lebih fokus pada pariwisata Nusantara. Akan tetapi saya rasa tidak menutup kemungkinan pasti untuk merenggangkannya, seperti dengan Singapura. Sebab, salah satunya saya rasa titik masuk wisatawan dari Singapura adalah Batam dan Bintan," ujar Sandiaga dalam keterangan resminya, kemarin (20/1).
Sandiaga menjelaskan, meski persiapan travel bubble masih tahap diskusi dan perencanaan, Kemenparekraf akan terus mendisiplinkan protokol kesehatan dengan ketat di tiap destinasi wisata Indonesia. Agar jika kelak kebijakan travel bubble diterapkan, Indonesia telah siap, khususnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Lebih lanjut Sandiaga menjelaskan bahwa salah satu persiapan untuk melakukan kesepakatan dengan negara lain untuk membuka akses masuk untuk turis, sehingga terbentuk koridor perjalanan di salah satu destinasi wisata, Sandiaga akan mengusulkan beberapa destinasi. Di antaranya Bali, Jakarta, Batam, dan Bintan untuk menjadi prioritas mendapat vaksin lebih awal. Sebab, wilayah tersebut adalah titik masuk wisatawan.
"Vaksinasi sudah mulai di Indonesia. Saya telah melobi bahwa area seperti Bali, Jakarta, Batam, dan Bintan juga akan mendapat semacam prioritas, karena ekonomi Bali resesi -4% akibat turunnya kinerja pariwisata. Batam dan Bintan juga lumpuh," terangnya.