Tak Hanya Sebabkan Anemia, Kurang Zat Besi Juga Hambat Perkembangan Otak Anak

Kamis, 28 Januari 2021 - 14:15 WIB
loading...
Tak Hanya Sebabkan Anemia, Kurang Zat Besi Juga Hambat Perkembangan Otak Anak
Kekurangan zat besi pada anak bisa menyebabkan anemia dan terhambatnya perkembangan otak. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Kekurangan zat besi khususnya pada anak memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang, misalnya gangguan pada perkembangan kognitif , motorik, sensorik serta perilaku dan emosi. Terlebih saat anak memasuki usia sekolah, kekurangan zat besi akan berdampak pada kurangnya konsentrasi saat belajar, ketidakmampuan belajar, hingga perkembangan yang tertunda.

Dijelaskan Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, ahli Gizi Ibu dan Anak, bahwa zat besi adalah salah satu mikronutrien atau sering juga dikenal sebagai vitamin dan mineral yang sangat penting untuk mendukung kemampuan belajar anak. “Jutaan anak mengalami pertumbuhan terhambat, keterlambatan kognitif, kekebalan yang lemah dan penyakit akibat defisiensi zat besi.

Padahal, anak usia prasekolah membutuhkan dukungan lingkungan yang baik, terutama dukungan gizi seimbang,” jelas Prof. Fika dalam Diskusi Virtual Efek Kekurangan Zat Besi pada Kemampuan Belajar Anak yang diadakan Danone Specialized Nutrition Indonesia.

Baca Juga : 11 Tips Penggunaan Masker yang Tepat dan Efektif

Jika orang tua tidak waspada, dampaknya akan diketahui saat sudah terlambat. Meskipun seorang anak mungkin terlihat kenyang, bisa jadi tubuhnya tengah kelaparan akibat kekurangan zat gizi mikro. Dokumen WHO menyatakan, ada bukti kuat melalui penelitian bahwa kekurangan zat besi terlihat secara meyakinkan menunda perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak prasekolah dan anak usia sekolah di Mesir, India, Indonesia, Thailand, dan Amerika Serikat.

Diperkirakan 30-80% anak di negara berkembang, mengalami kekurangan zat besi pada usia 1 tahun. Anak-anak ini akan mengalami keterlambatan perkembangan kognitif maupun psikomotor, dan ketika mereka mencapai usia sekolah mereka akan mengalami gangguan kinerja dalam tes bahasa keterampilan, keterampilan motorik, dan koordinasi, setara dengan defisit 5 hingga 10 poin dalam IQ.

Kekurangan gizi yang terjadi pada masa ini bersifat irreversible; bila sudah rusak maka permanen, dan tidak bisa diperbaiki. Zat besi merupakan nutrisi yang berfungsi penting untuk perkembangan otak, termasuk neurotransmitter atau pengantar sinyal saraf. “Zat besi juga berperan dalam pembentukan myelin saraf, serta berperan meningkatkan kecerdasan dan kemampuan belajar pada anak,” ujar Prof. Fika.

Baca Juga : Jalan Cepat Terbukti Tingkatkan Umur Panjang

Kekurangan zat besi tidak terjadi secara mendadak, namun bertahap. Diawali dari penurunan jumlah zat besi, lalu tuubh pun mulai membuat lebih sedikit sel darah merah. Konsentrasi belajar menurun adalah salah satu tanda dan gejala anak kekurangan zat besi. Akhirnya performa belajarnya pun turun. Ia malas mengerjakan tugas dan PR.

Secara fisik kurang zat besi bisa dilihat dari bagian bawah mata anak pucat, sering pusing, kuku dan telapak tangan tampak pucat, serta mengalami gejala 5L (lemah, letih, lesu, lelah, lalai). Sementara itu Prof. Dr. Ir. Netti Herawati, M.Si, Ketua Umum HIMPAUDI Pusat pada kesempatan yang sama mengatakan, zat besi yang lebih rendah dari AKG berdampak pada rendahnya tumbuh kembang anak. Bila ini terjadi dalam jangka panjang dan di usia dini, maka tidak bisa diperbaiki lagi di masa depan. “Bonus demografi yang seharusnya menjadi jendela kesempatan, malah menjadi beban,” kata Prof. Netti.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1557 seconds (0.1#10.140)