Setahun Pandemi Covid-19, Berharap Pariwisata Bangkit Kembali

Rabu, 03 Maret 2021 - 14:30 WIB
loading...
Setahun Pandemi Covid-19, Berharap Pariwisata Bangkit Kembali
Selama pandemi pandemi Covid-19 sektor pariwisata begitu terpukul, termasuk Bali. Foto/Goodadventure
A A A
JAKARTA - Pariwisata adalah salah satu sector yang begitu terpukul gegara Covid-19 . Selama setahun ini industri pariwisata nyaris tiarap. Kepala BPS Suharinyanto mengatakan kunjungan wisman pada Januari 2021 juga mengalami penurunan 13,90% dibandingkan jumlah kunjungan pada Desember 2020 yang sebanyak 164.080 kunjungan.

"Kunjungan wisman masih mengalami penurunan karena pandemi. Wabah ini membawa dampak yang luar biasa ke sektor pariwisata dan berbagai sektor pendukungnya. Beberapa negara yang merupakan pasar utama wisman Indonesia juga masih memberlakukan pelarangan (bepergian)," jelas Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Senin (1/3/2021).

Menurutnya, jika dilihat dari jumlah kunjungan menurut kebangsaan, penurunan tertinggi jumlah kunjungan wisman bulan Januari 2021 terhadap bulan Januari 2020 adalah pada wisman asal Timur Tengah dengan persentase sebesar 99,13%. Sementara penurunan paling rendah terlihat pada wisman yang datang dari wilayah Asia di luar ASEAN sebesar 82,66%.

Baca Juga : Nikmati Keheningan Nyepi Bersama Keluarga di The Westin Resort Nusa Dua Bali

Namun, jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada bulan Desember 2020, penurunan tertinggi tercatat pada wisman yang datang dari wilayah Eropa sebesar 68,95% dan penurunan terendah tercatat pada wisman yang datang dari wilayah Asia di luar ASEAN sebesar 15,60%. "Pemulihan sektor pariwisata masih butuh waktu panjang," tuturnya.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengakui selama pandemi ini industri perhotelan dan restoran sangat . Secara rata-rata PHRI mencatat okupansi nasional berada di level 20%. Bahkan, PHRI melihat saat ini sudah banyak hotel-hotel yang mulai dijual.

Pemerintah tak tinggal diam. Berbagai upaya melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraft) terus berupaya untuk membangkitkan pariwisata yang seakan sedang mati suri. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, pemerintah terus berupaya membangkitkan industri pariwisata yang mengalami dampak terparah.

"Sekarang udah nggak ada tanggalan merah lagi, semua tanggalannya hitam. Kita kerja 24 jam tujuh hari, urus pariwisata dan ekonomi kreatif. Kita all out untuk masa-masa yang sulit ini, jadi harapannya semua pihak juga ikut mendukung," ungkap Sandiaga Uno dalam webinar Vaksin Datang Pariwisata Gemilang beberapa waktu lalu.

Dampak paling besar dirasakan oleh Provinsi Bali, sebagai salah satu destinasi wisata populer di Indonesia. "Jutaan masyarakat di Bali, sekitar 80 persen sangat bergantung dari pariwisata dan banyak juga yang dirumahkan. Saya sangat sedih, apalagi secara tahun 2020 ekonomi Bali minus 19 persen, dan ini terbawah di 34 provinsi,” katanya.

Baca Juga : Ini Lokasi Wisata di Sekitar Candi Borobudur yang Cocok untuk Bersepeda

Sandiaga mengatakan, upaya pemulihan sektor pariwisata harus dilakukan dengan cepat. Caranya, seluruh pelaku industri wajib bekerja sama dan tidak bekerja sendiri-sendiri.

Untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pun sudah menyiapkan menyiapkan tiga langkah, yaitu inovasi produk dan destinasi wisata sesuai tren. Kemudian adaptasi dan kolaborasi.

"Fokus pada segmen dalam negeri dulu. Adaptasi dengan tetap disiplin protokol kesehatan 3M dengan mendorong Destinasi bersertifikasi CHSE " terang dia. Sandi yakin tahun ini pariwisata diprediksi menunjukkan tren positif.

"Konsensus para analis menyebutkan di 2021 Indonesia akan bangkit. World Bank memprediksi ekonomi Indonesia akan positif 3,1 persen di 2021. Bahkan, IMF memperkirakan ekonomi akan tumbuh 4,8 persen tahun ini dan 6 persen di 2022,” jelas dia.

Ia juga menjelaskan bahwa pandemi mengubah tren pariwisata dari mass tourism ke sustainable tourism. Preferensi traveling customized, personalized, localized, dan smaller in size untuk mengurangi transit dan contactless.

“Sekarang yang banyak dicari adalah pariwisata berbasis budaya berbasis alam terbuka. Nature dan culture. dari tadinya hanya melihat laut pasir putih sinar matahari sekarangmencari keheningan, keberlanjutan, spiritualitas dari kunjungannya ke tempat pariwisata. Program lain yang disiapkan adalah destinasi yang didasari free covid corridor di mana destinasi di daerah zona hijau mulai dibuka untuk pariwisata mancanegara," imbuh dia.

Baca Juga : Nikmati Keindahan Nihi Sumba secara Virtual

Sandi menyebut pariwisata Bali benar-benar terdampak sangat dalam akibat pandemi. Dampak itu lebih dalam dari bom Bali dan krisis moneter."Dibandingkan bom bali satu dan dua, krisis moneter maupun krisis global tidak pernah kita mengalami krisis sedalam ini," kata Sandi.

Sandi mengibaratkan Bali saat ini sedang sakit demam tinggi dan kekurangan darah sehingga sudah selayaknya dibantu. Apalagi selama ini Bali menyumbangkan 55% devisa nasional. Dia meminta pengusaha hotel dan restoran tetap optimistis dan yakin badai ini pasti berlalu. "Di balik kesulitan ada kemudahan. Dan kita harus yakin Tuhan tidak akan mencoba suatu kaum di luar batas kemampuan," pungkasnya. wuri
(wur)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1853 seconds (0.1#10.140)