Mimpi Besar Menkes Budi Gunadi: Indonesia Lebih Banyak Produksi Obat dan Alkes Mandiri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin punya mimpi cukup besar untuk Indonesia bisa memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan sendiri, ketimbang impor dari luar negeri.
Baca juga: Dikasih Al-Quran saat di Penjara, Tio Pakusadewo Mulai Mengaji
Menurut data yang dimiliki Kementerian Kesehatan , sampai saat ini produk dalam negeri alat kesehatan hanya 12 persen, sisanya impor. Dari 496 jenis alkes yang ditransaksikan dalam e-katalog tahun 2019-2020, 152 jenis alkes sudah mampu diproduksi dalam negeri, sisanya impor.
Dan soal obat-obatan, dari 1809 item obat yang ditransaksikan dalam e-katalog, hanya 56 item obat yang belum diproduksi dalam negeri. Mirisnya lagi, dari 10 molekul obat yang tinggi penggunaannya di Indonesia, hanya 2 yang bahan bakunya diproduksi dalam negeri.
Bukan tak mampu membuat sendiri, menurut Budi salah satu alasan masalah ini ada di kepastian pembelian produk.
"Perusahaan di bawah Pak Agus (Menteri Perindustrian) itu kesulitan, karena begitu dibangun (industrinya) kepastian pembeliannya enggak ada. Untuk membangun industri dalam negeri, perlu ada kepastian yang beli siapa dan berapa banyak, karena kasihan teman-teman perindustrian, ketika mereka ramai memanggil investor, enggak ada yang beli," terang Menkes Budi dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/6/2021).
Padahal, di masa pandemi seperti sekarang ini, penting bagi suatu negara untuk bisa mandiri dalam memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri karena menjadi barang yang sangat esensial dalam penanganan masalah.
"Kalau Indonesia bisa memproduksi obat-obatan sendiri atau penyediaan alat kesehatan secara mandiri dengan memproduksi semuanya dalam negeri, ketika ada masalah, kita aman," terangnya.
"Di saat pandemi, sangat dibutuhkan yang namanya obat-obatan dan kalau bahan bakunya enggak ada, ya, terpaksa impor. Begitu juga dengan vaksin. Bahkan, meski sudah taken kerjasama, itu belum tentu dapat, ada saja kondisi yang bisa geser tanggal kirimnya karena beberapa alasan," tambah dia.
Baca juga: Wajib Tahu, Berikut Tips Diet Setelah Melahirkan
Dengan mampu memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri, ini bukan hanya memperkuat kemandirian kita sebagai bangsa Indonesia, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat. Ya, dampak ekonomi yang dirasakan pun akan jauh lebih besar ketimbang menggelontorkan dana untuk negara luar.
Lihat Juga: Balita di Surabaya Dicekoki Obat Keras selama Setahun oleh Babysitter, Begini Kondisinya
Baca juga: Dikasih Al-Quran saat di Penjara, Tio Pakusadewo Mulai Mengaji
Menurut data yang dimiliki Kementerian Kesehatan , sampai saat ini produk dalam negeri alat kesehatan hanya 12 persen, sisanya impor. Dari 496 jenis alkes yang ditransaksikan dalam e-katalog tahun 2019-2020, 152 jenis alkes sudah mampu diproduksi dalam negeri, sisanya impor.
Dan soal obat-obatan, dari 1809 item obat yang ditransaksikan dalam e-katalog, hanya 56 item obat yang belum diproduksi dalam negeri. Mirisnya lagi, dari 10 molekul obat yang tinggi penggunaannya di Indonesia, hanya 2 yang bahan bakunya diproduksi dalam negeri.
Bukan tak mampu membuat sendiri, menurut Budi salah satu alasan masalah ini ada di kepastian pembelian produk.
"Perusahaan di bawah Pak Agus (Menteri Perindustrian) itu kesulitan, karena begitu dibangun (industrinya) kepastian pembeliannya enggak ada. Untuk membangun industri dalam negeri, perlu ada kepastian yang beli siapa dan berapa banyak, karena kasihan teman-teman perindustrian, ketika mereka ramai memanggil investor, enggak ada yang beli," terang Menkes Budi dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/6/2021).
Padahal, di masa pandemi seperti sekarang ini, penting bagi suatu negara untuk bisa mandiri dalam memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri karena menjadi barang yang sangat esensial dalam penanganan masalah.
"Kalau Indonesia bisa memproduksi obat-obatan sendiri atau penyediaan alat kesehatan secara mandiri dengan memproduksi semuanya dalam negeri, ketika ada masalah, kita aman," terangnya.
"Di saat pandemi, sangat dibutuhkan yang namanya obat-obatan dan kalau bahan bakunya enggak ada, ya, terpaksa impor. Begitu juga dengan vaksin. Bahkan, meski sudah taken kerjasama, itu belum tentu dapat, ada saja kondisi yang bisa geser tanggal kirimnya karena beberapa alasan," tambah dia.
Baca juga: Wajib Tahu, Berikut Tips Diet Setelah Melahirkan
Dengan mampu memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri, ini bukan hanya memperkuat kemandirian kita sebagai bangsa Indonesia, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat. Ya, dampak ekonomi yang dirasakan pun akan jauh lebih besar ketimbang menggelontorkan dana untuk negara luar.
Lihat Juga: Balita di Surabaya Dicekoki Obat Keras selama Setahun oleh Babysitter, Begini Kondisinya
(nug)