Waspadai Reinfeksi Covid-19 Usai Dinyatakan Sembuh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Reinfeksi merupakan kondisi tubuh kembali terinfeksi Covid-19 usai dinyatakan sembuh. Ini merupakan kondisi yang harus diwaspadai.
"Reinfeksi Covid-19 terjadi ketika seseorang yang sudah sembuh dari infeksi virus corona terinfeksi lagi oleh struktur virus corona yang berbeda dengan infeksi virus sebelumnya," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Evasari Hospital, dr Yoga Fitria Kusuma, SpPD, lewat keterangan resminya, Jumat (16/7).
Yoga menjelaskan bahwa reinfeksi berbeda dengan repositif. Di mana reinfeksi, tubuh kembali diserang virus corona berbeda struktur dengan virus sebelumnya usai sembuh, namun repositif, tubuh kembali diserang virus yang sama usai sembuh.
"Untuk membedakannya ini harus ada pengambilan sampel untuk mengurutkan genome virus. Sampel berasal dari tes pada kasus pertama dan kedua. Peneliti kemudian mengurutkan kedua sampel itu dan membandingkannya. Bila berbeda, berarti pasien mengalami reinfeksi Covid-19," jelas Yoga.
Sementara itu, kelompok pasien Covid-19 yang berisiko alami reinfeksi, Yoga mengacu pada penelitian di Public Health England Colindale di Inggris dan Statens Serum Institut di Denmark untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Orang yang pernah terinfeksi Covid-19 mendapat perlindungan hingga 80% dari infeksi kedua atau reinfeksi. Adapun dari penelitian di Denmark, perlindungan terhadap warga lanjut usia (di atas 65 tahun) hanya 47%," ujar Yoga.
"Dengan demikian, mengacu pada hasil penelitian tersebut, kalangan lansia masuk ke dalam kelompok lebih berisiko alami reinfeksi Covid-19," sambungnya.
Analisis dari riset tersebut juga menunjukkan bahwa di antara orang yang positif pada gelombang pertama Covid-19, sebanyak 0,65% positif kembali pada gelombang kedua. "Orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) juga lebih mungkin terkena reinfeksi Covid-19," ungkap Yoga.
"Namun pada dasarnya reinfeksi Covid-19 masih jarang terjadi," lanjutnya.
Untuk itu, Yoga menyarankan agar tetap menjalankan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 masih berlangsung sekalipun pada mereka yang sudah pernah terpapar Covid-19 atau biasa dikenal dengan sebutan penyintas atau lulusan Covid-19.
"Maka dari itu, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Sama halnya seperti orang yang sudah mendapat vaksin. Walaupun vaksin memberikan perlindungan terhadap serangan virus, orang yang telah divaksin masih bisa terinfeksi jika terpapar virus corona penyebab Covid-19," saran Yoga.
"Reinfeksi Covid-19 terjadi ketika seseorang yang sudah sembuh dari infeksi virus corona terinfeksi lagi oleh struktur virus corona yang berbeda dengan infeksi virus sebelumnya," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Evasari Hospital, dr Yoga Fitria Kusuma, SpPD, lewat keterangan resminya, Jumat (16/7).
Yoga menjelaskan bahwa reinfeksi berbeda dengan repositif. Di mana reinfeksi, tubuh kembali diserang virus corona berbeda struktur dengan virus sebelumnya usai sembuh, namun repositif, tubuh kembali diserang virus yang sama usai sembuh.
"Untuk membedakannya ini harus ada pengambilan sampel untuk mengurutkan genome virus. Sampel berasal dari tes pada kasus pertama dan kedua. Peneliti kemudian mengurutkan kedua sampel itu dan membandingkannya. Bila berbeda, berarti pasien mengalami reinfeksi Covid-19," jelas Yoga.
Sementara itu, kelompok pasien Covid-19 yang berisiko alami reinfeksi, Yoga mengacu pada penelitian di Public Health England Colindale di Inggris dan Statens Serum Institut di Denmark untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Orang yang pernah terinfeksi Covid-19 mendapat perlindungan hingga 80% dari infeksi kedua atau reinfeksi. Adapun dari penelitian di Denmark, perlindungan terhadap warga lanjut usia (di atas 65 tahun) hanya 47%," ujar Yoga.
"Dengan demikian, mengacu pada hasil penelitian tersebut, kalangan lansia masuk ke dalam kelompok lebih berisiko alami reinfeksi Covid-19," sambungnya.
Analisis dari riset tersebut juga menunjukkan bahwa di antara orang yang positif pada gelombang pertama Covid-19, sebanyak 0,65% positif kembali pada gelombang kedua. "Orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) juga lebih mungkin terkena reinfeksi Covid-19," ungkap Yoga.
"Namun pada dasarnya reinfeksi Covid-19 masih jarang terjadi," lanjutnya.
Untuk itu, Yoga menyarankan agar tetap menjalankan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 masih berlangsung sekalipun pada mereka yang sudah pernah terpapar Covid-19 atau biasa dikenal dengan sebutan penyintas atau lulusan Covid-19.
"Maka dari itu, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Sama halnya seperti orang yang sudah mendapat vaksin. Walaupun vaksin memberikan perlindungan terhadap serangan virus, orang yang telah divaksin masih bisa terinfeksi jika terpapar virus corona penyebab Covid-19," saran Yoga.
(dra)