WHO Rencana Selidiki Asal Usul Covid-19, China: Tidak Mungkin Kebocoran Laboratorium
loading...
A
A
A
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana kembali ke Wuhan , China, untuk menyelidiki asal usul Covid-19 tahap kedua. Penyelidikan ini akan mencakup hipotesis bahwa Covid-19 berasal dari laboratorium China, lembaga kesehatan terkemuka.
Namun rencana tersebut ditolak oleh China. WHO bulan ini mengusulkan penyelidikan fase kedua tentang asal usul Covid-19 di China, termasuk audit laboratorium dan pasar di kota Wuhan juga menyerukan transparansi dari pihak berwenang.
"Kami tidak akan menerima rencana penyelidikan asal seperti itu, dalam beberapa aspek, mengabaikan akal sehat dan menentang ilmu pengetahuan," kata Zeng Yixin selaku Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional (NHC) dilansir dari Reuters, Sabtu (24/7).
Zeng mengaku terkejut ketika pertama kali membaca rencana WHO karena mencantumkan hipotesis bahwa pelanggaran protokol laboratorium China telah menyebabkan virus corona bocor selama penelitian.
Pada Juli, WHO mengungkapkan bahwa penyelidikan asal usul Covid-19 di China terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebaran di sana. Zeng menegaskan kembali posisi China bahwa beberapa data tidak dapat sepenuhnya dibagikan karena masalah privasi.
"Kami berharap WHO secara serius meninjau pertimbangan dan saran yang dibuat oleh para ahli China dan benar-benar memperlakukan penelusuran asal virus Covid-19 sebagai masalah ilmiah, dan menyingkirkan campur tangan politik," tegas Zeng.
Zeng, bersama dengan pejabat lain dan pakar China pada konferensi pers, mendesak WHO untuk memperluas upaya penelusuran asal di luar China ke negara lain. Lebih banyak penelitian hewan harus dilakukan, khususnya di negara-negara dengan populasi kelelawar.
"Kami percaya kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin dan tidak perlu menginvestasikan lebih banyak energi dan upaya dalam hal ini," jelas Liang Wannian, pemimpin tim China di tim ahli gabungan WHO.
Namun, Liang menuturkan hipotesis kebocoran laboratorium tidak dapat diabaikan sepenuhnya tetapi menyarankan bahwa jika bukti diperlukan, negara lain dapat melihat kemungkinan kebocoran dari laboratorium mereka.
Salah satu bagian penting dari teori kebocoran laboratorium berpusat pada keputusan Institut Virologi Wuhan (WIV) untuk menonaktifkan urutan gen dan basis data sampelnya pada tahun 2019.
Ketika ditanya tentang keputusan ini, Yuan Zhiming, profesor di WIV dan direktur Laboratorium Keamanan Hayati Nasional, menyebut bahwa saat ini database hanya dibagikan secara internal karena kekhawatiran serangan dunia maya.
Lihat Juga: 5 Drama China Terpopuler pada November 2024, Rekomendasi Terbaik untuk Pecinta Serial Asia
Namun rencana tersebut ditolak oleh China. WHO bulan ini mengusulkan penyelidikan fase kedua tentang asal usul Covid-19 di China, termasuk audit laboratorium dan pasar di kota Wuhan juga menyerukan transparansi dari pihak berwenang.
"Kami tidak akan menerima rencana penyelidikan asal seperti itu, dalam beberapa aspek, mengabaikan akal sehat dan menentang ilmu pengetahuan," kata Zeng Yixin selaku Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional (NHC) dilansir dari Reuters, Sabtu (24/7).
Zeng mengaku terkejut ketika pertama kali membaca rencana WHO karena mencantumkan hipotesis bahwa pelanggaran protokol laboratorium China telah menyebabkan virus corona bocor selama penelitian.
Pada Juli, WHO mengungkapkan bahwa penyelidikan asal usul Covid-19 di China terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebaran di sana. Zeng menegaskan kembali posisi China bahwa beberapa data tidak dapat sepenuhnya dibagikan karena masalah privasi.
"Kami berharap WHO secara serius meninjau pertimbangan dan saran yang dibuat oleh para ahli China dan benar-benar memperlakukan penelusuran asal virus Covid-19 sebagai masalah ilmiah, dan menyingkirkan campur tangan politik," tegas Zeng.
Zeng, bersama dengan pejabat lain dan pakar China pada konferensi pers, mendesak WHO untuk memperluas upaya penelusuran asal di luar China ke negara lain. Lebih banyak penelitian hewan harus dilakukan, khususnya di negara-negara dengan populasi kelelawar.
"Kami percaya kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin dan tidak perlu menginvestasikan lebih banyak energi dan upaya dalam hal ini," jelas Liang Wannian, pemimpin tim China di tim ahli gabungan WHO.
Namun, Liang menuturkan hipotesis kebocoran laboratorium tidak dapat diabaikan sepenuhnya tetapi menyarankan bahwa jika bukti diperlukan, negara lain dapat melihat kemungkinan kebocoran dari laboratorium mereka.
Salah satu bagian penting dari teori kebocoran laboratorium berpusat pada keputusan Institut Virologi Wuhan (WIV) untuk menonaktifkan urutan gen dan basis data sampelnya pada tahun 2019.
Ketika ditanya tentang keputusan ini, Yuan Zhiming, profesor di WIV dan direktur Laboratorium Keamanan Hayati Nasional, menyebut bahwa saat ini database hanya dibagikan secara internal karena kekhawatiran serangan dunia maya.
Lihat Juga: 5 Drama China Terpopuler pada November 2024, Rekomendasi Terbaik untuk Pecinta Serial Asia
(dra)