Orang yang Tak Divaksin Berpotensi Sebarkan Varian Covid-19 Super
loading...
A
A
A
JAKARTA - Orang yang tidak divaksin berpotensi menyebarkan varian Covid-19 super. Varian ini dilaporkan lebih buruk dan dapat muncul serta menginfeksi manusia pada tahun depan.
Sebagaimana diketahui, penular super atau dikenal dengan istilah super spreader adalah julukan bagi orang yang terinfeksi Covid-19 yang menyebarkan penyakit ke orang lain dengan jumlah di atas rata-rata. Kondisi inilah yang membuat kasus positif Covid-19 melonjak tinggi.
Dilansir dari News ABP Live, Jumat (27/8), super spreader kebanyakan akan memulai rantai penularan baru dan menciptakan transmisi komunitas (klaster) untuk memulai fase berikutnya. Alhasil super spreader ini sangat berbahaya dan merugikan masyarakat.
Secara rata-rata, Covid-19 dapat menyebar ke antara dua hingga 2,5 orang. Ahli Imunologi di Zurich, Profesor Sai Reddy, memberikan peringatan keras mengenai varian superini. Menurutnya campuran strain yang sudah ada saat ini dapat mengakibatkan epidemi baru dan lebih berbahaya.
"Covid-19 bisa lebih buruk dari apa yang kita lihat sekarang. Akibatnya, lebih dari satu kali vaksinasi akan diperlukan dalam beberapa tahun ke depan karena dunia akan terus melawan ancaman yang berkembang. Bahkan mungkin sampai akhir hidup manusia," terang Profesor Sai.
Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa viral load (paparan virus) dari varian Delta begitu tinggi. Sehingga tanpa vaksinasi Covid-19 , setiap orang yang terinfeksi varian tersebut bisa menjadi super spreader.
Ia juga menjelaskan karena varian Delta bukan lagi Covid-19 seperti dahulu. Ia takut siapa pun yang menolak untuk mendapatkan vaksin akan terinfeksi. Dokter Reddy mengatakan bahwa semua anak harus divaksinasi karena ada cukup bukti bahwa vaksin tidak menimbulkan risiko bagi anak di bawah usia 12 tahun.
"Kemungkinan besar akan muncul varian baru di mana kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan vaksinasi. Jadi kita harus bersiap untuk lebih dari satu vaksinasi dalam beberapa tahun ke depan, yang terus beradaptasi dengan varian baru. Varian Beta dan Gamma sebagian dapat menghindari antibodi, sedangkan varian Delta sangat menular," tuntasnya.
Lihat Juga: Covid-19 Kembali Serang Singapura, Ini Langkah Kemenkes untuk Halau Penyebarannya di Indonesia
Sebagaimana diketahui, penular super atau dikenal dengan istilah super spreader adalah julukan bagi orang yang terinfeksi Covid-19 yang menyebarkan penyakit ke orang lain dengan jumlah di atas rata-rata. Kondisi inilah yang membuat kasus positif Covid-19 melonjak tinggi.
Dilansir dari News ABP Live, Jumat (27/8), super spreader kebanyakan akan memulai rantai penularan baru dan menciptakan transmisi komunitas (klaster) untuk memulai fase berikutnya. Alhasil super spreader ini sangat berbahaya dan merugikan masyarakat.
Secara rata-rata, Covid-19 dapat menyebar ke antara dua hingga 2,5 orang. Ahli Imunologi di Zurich, Profesor Sai Reddy, memberikan peringatan keras mengenai varian superini. Menurutnya campuran strain yang sudah ada saat ini dapat mengakibatkan epidemi baru dan lebih berbahaya.
"Covid-19 bisa lebih buruk dari apa yang kita lihat sekarang. Akibatnya, lebih dari satu kali vaksinasi akan diperlukan dalam beberapa tahun ke depan karena dunia akan terus melawan ancaman yang berkembang. Bahkan mungkin sampai akhir hidup manusia," terang Profesor Sai.
Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa viral load (paparan virus) dari varian Delta begitu tinggi. Sehingga tanpa vaksinasi Covid-19 , setiap orang yang terinfeksi varian tersebut bisa menjadi super spreader.
Ia juga menjelaskan karena varian Delta bukan lagi Covid-19 seperti dahulu. Ia takut siapa pun yang menolak untuk mendapatkan vaksin akan terinfeksi. Dokter Reddy mengatakan bahwa semua anak harus divaksinasi karena ada cukup bukti bahwa vaksin tidak menimbulkan risiko bagi anak di bawah usia 12 tahun.
"Kemungkinan besar akan muncul varian baru di mana kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan vaksinasi. Jadi kita harus bersiap untuk lebih dari satu vaksinasi dalam beberapa tahun ke depan, yang terus beradaptasi dengan varian baru. Varian Beta dan Gamma sebagian dapat menghindari antibodi, sedangkan varian Delta sangat menular," tuntasnya.
Lihat Juga: Covid-19 Kembali Serang Singapura, Ini Langkah Kemenkes untuk Halau Penyebarannya di Indonesia
(dra)