Makan Korban Seorang Bocah, Virus Nipah Patut Diwaspadai
loading...
A
A
A
#Apa itu Virus Nipah?
Virus Nipah secara alamiah dapat ditemukan di alam dan banyak dimiliki pada tubuh kelelawar buah dari genus Pteropus. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memastikan bahwa virus ini dapat melompat ke tubuh hewan lainnya, termasuk manusia.
"Jika virus menginfeksi tubuh, gejala yang muncul antara lain pembengkakan otak yang dikenal sebagai ensefalitis dan karena masalah tersebut, tubuh akan demam, sakit kepala, diikuti dengan kantuk, disorientasi, dan kebingungan," papar laporan tersebut.
"Orang yang terinfeksi virus Nipah dapat koma dalam waktu 48 jam setelah menunjukkan gejala," tegas CDC.
Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Lansia di Indonesia Masih Rendah
Dari beberapa informasi, virus Nipah sangat mematikan dengan tingkat kematian hingga 75 persen menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Fakta ini bahkan mengungkapkan bahwa infeksi virus Nipah lebih berbahaya daripada Covid-19 yang hanya 2% secara keseluruhan.
Namun, menjadi catatan di sini adalah bahwa virus Nipah tidak mudah menular, beda dengan Covid-19. Pada kasus varian Delta misalnya, dari satu orang yang terinfeksi, dia bisa menularkan virus ke 7 orang di sekitarnya.
"Nah, pada infeksi virus Nipah, tingkat penyebarannya sangat kecil hanya 0,5% atau dari 1 orang yang terinfeksi, tidak lebih dari 1 orang yang berisiko terinfeksi," menurut Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins.
Virus Nipah sendiri pertama kali ditemukan pada 1999 ketika infeksi itu menyebabkan wabah besar di Malaysia dan Singapura terkait dengan peternakan babi yang menewaskan lebih dari 100 orang. Sejak saat itu, virus menyebar ke beberapa negara seperti ke Bangladesh dan India.
Virus Nipah secara alamiah dapat ditemukan di alam dan banyak dimiliki pada tubuh kelelawar buah dari genus Pteropus. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memastikan bahwa virus ini dapat melompat ke tubuh hewan lainnya, termasuk manusia.
"Jika virus menginfeksi tubuh, gejala yang muncul antara lain pembengkakan otak yang dikenal sebagai ensefalitis dan karena masalah tersebut, tubuh akan demam, sakit kepala, diikuti dengan kantuk, disorientasi, dan kebingungan," papar laporan tersebut.
"Orang yang terinfeksi virus Nipah dapat koma dalam waktu 48 jam setelah menunjukkan gejala," tegas CDC.
Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Lansia di Indonesia Masih Rendah
Dari beberapa informasi, virus Nipah sangat mematikan dengan tingkat kematian hingga 75 persen menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Fakta ini bahkan mengungkapkan bahwa infeksi virus Nipah lebih berbahaya daripada Covid-19 yang hanya 2% secara keseluruhan.
Namun, menjadi catatan di sini adalah bahwa virus Nipah tidak mudah menular, beda dengan Covid-19. Pada kasus varian Delta misalnya, dari satu orang yang terinfeksi, dia bisa menularkan virus ke 7 orang di sekitarnya.
"Nah, pada infeksi virus Nipah, tingkat penyebarannya sangat kecil hanya 0,5% atau dari 1 orang yang terinfeksi, tidak lebih dari 1 orang yang berisiko terinfeksi," menurut Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins.
Virus Nipah sendiri pertama kali ditemukan pada 1999 ketika infeksi itu menyebabkan wabah besar di Malaysia dan Singapura terkait dengan peternakan babi yang menewaskan lebih dari 100 orang. Sejak saat itu, virus menyebar ke beberapa negara seperti ke Bangladesh dan India.
(nug)