Vaksin Booster Merah Putih Belum Bisa Digunakan Pertengahan 2022, Ini Alasannya

Selasa, 28 Desember 2021 - 15:35 WIB
loading...
Vaksin Booster Merah...
Vaksin booster merah putih yang rencananya akan mulai digunakan pertengahan 2022 terpaksa harus diundur karena terkendala beberapa faktor, diantaranya keamanan. Hal tersebut dijelaskan Peneliti Eijkman, Prof Amin Subandrio. Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
JAKARTA - Vaksin booster merah putih yang rencananya akan mulai digunakan pertengahan 2022 terpaksa harus diundur karena terkendala beberapa faktor.

Hal tersebut dijelaskan Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio saat ditemui di Auditorium Eijkman, Jakarta, Selasa (28/12/2021).

"Kami berharap, ketika vaksin Merah Putih tersedia, itu akan bisa memenuhi sekurang-kurangnya 50 persen kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia," terang Prof Amin.

Tapi, kata Prof Amin, tak bisa ditampik bahwa ada beberapa kendala yang membuat vaksin ini molor dari tenggat waktu yang sudah ditetapkan yaitu pertengahan 2022.



"Ada 3 hal yang harus kami pertimbangkan matang-matang sebelum rilis vaksin ke masyarakat. Pertama keamanan vaksin itu sendiri, efikasinya, dan faktor kehalalannya yang memang penting untuk masyarakat Indonesia," katanya.

Prof Amin menjelaskan bahwa sebetulnya Januari kemarin sudah siap bibit vaksinnya. Tapi, untuk bisa memenuhi semua faktor, diperlukan waktu dan proses yang tidak sebentar.

"Jadi, beberapa hal yang harus ditingkatkan dan disempurnakan agar industri bisa memprosesnya dengan lebih efisien, karena kalau efisien ini akan menurunkan harga juga.

"Sehingga, vaksin yang dihasilkan bisa dinikmati dengan harga yang terjangkau, tidak memberati masyarakat dan negara," tambah Prof Amin.



Vaksin merah putih yang dikembangkan Eijkman ini bekerja sama dengan Bio Farma dan diyakini mampu melawan varian Delta yang masih mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia. Soal apakah vaksin bisa melawan Omicron, masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

"Vaksin Merah Putih Eijkman ini saat proses dibuatnya diujikan pada varian Delta yang memang mendominasi kasus di Indonesia dan terbukti efektif. Dalam prosesnya, ternyata muncul Omicron dan karena itu penelitian lebih lanjut diperlukan," tambah Prof Amin.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2078 seconds (0.1#10.140)